All Chapters of SURA, PANGERAN TERBUANG: Chapter 61 - Chapter 70

Perjalanan ke Negeri Asia dan Ancaman di Atas LangitKapal terbang raksasa dengan delapan sayap berkelopak tampak melayang tinggi di udara, meninggalkan ujung utara Negara Wuzu. Cahaya matahari memantul di permukaan sayap peraknya, menebar kilau gemilang di langit biru yang bersih. Dari bawah, kapal itu terlihat seperti bunga surgawi yang sedang menari di angkasa.Di Dalam Kapal TerbangSeorang wanita bertubuh besar dengan wajah bulat dan kulit kehitaman duduk di kursi utama. Kedua pria peliharaannya sibuk memijat bahunya dan menuangkan teh harum ke cawan giok di depannya.“Aku cukup terkejut,” ucap wanita itu seraya mengisap pipa rokok panjang berukir naga. “Mendengar bahwa Su Lele, gadis yang biasanya tak tertarik pada pria dan hanya fokus pada kultivasi, akhirnya memilih pasangan daoist. Ternyata Su Lele-ku yang anggun sudah mulai tumbuh dewasa.”Wanita itu adalah Xu Ning, Matriak Sekte Wangi Surgawi—sosok yang ditakuti sekaligus dihormati.“Apakah kalian berdua sudah.... melakukan

Su Lele terlonjak kaget saat melihat suaminya bertingkah aneh. He Sura tiba-tiba merogoh bagian bawah celananya dengan gerakan mencurigakan.“Kyaaa!” teriak Su Lele refleks, wajahnya memerah. Ia segera melemparkan pedang hitamnya ke arah He Sura dengan kecepatan kilat.Swoooosh!Jleb!Pedang itu menancap dalam di lantai hanya beberapa jengkal dari tubuh He Sura—hampir saja mengenai “senjata pamungkas” miliknya.“Hufff... nyaris saja...,” He Sura bergumam dalam hati sambil menahan napas lega. “Kalau aku tidak sigap, mungkin aku sudah jadi pria tanpa... burung perkasaku...!”Wajahnya pucat pasi membayangkan kemungkinan itu.“Puan, tolong tenang dulu,” katanya tergesa, mengangkat kedua tangan tanda menyerah. “Aku hanya ingin menunjukkan talisman ini padamu! Jangan salah paham dulu, Puan. Kedua talisman ini adalah harta yang sangat langka dan berguna untuk meningkatkan bakat serta mempercepat kenaikan ranah kultivasi!”He Sura mengeluarkan dua lembar kertas talisman berwarna emas dari sak

“Kultivator iblis...!”Ekspresi wajah Su Lele menegang, matanya menatap tajam ke arah beberapa sosok gelap yang baru saja menampakkan diri di udara.“Jie-jie-jie... tak kusangka isi sekte ini ternyata semua perempuan,” ucap salah satu dari mereka sambil menjilat bibirnya.“Kekekeke... aku benar-benar menyukai wanita berkelas seperti kalian,” tambah yang lain dengan tawa serak.“Kikiki... hei gadis-gadis pintar, jika kalian tidak melawan, mungkin aku bisa mempertimbangkan untuk tidak merusak mayat kalian. Sayang sekali kalau tubuh seindah itu harus terpotong-potong...”“Shi-shi-shi... sudah cukup bicara! Ayo serang mereka! Aku yang akan mengambil wanita berpakaian hitam itu! Kalian boleh bersenang-senang dengan sisanya!”Empat kultivator iblis itu menatap mangsa mereka penuh gairah. Tatapan mereka menyapu para murid perempuan Sekte Wangi Surgawi yang rata-rata telah mencapai ranah Nascent Soul.“Dasar iblis bajingan!” bentak Jie Rong dengan wajah penuh amarah. “Kalau begitu, bermainlah

Beberapa Hari Kemudian —Negeri Asia, kota termakmur dan paling tersohor di seluruh Benua Bumi, kini bersinar di bawah cahaya mentari. Inilah pusat dunia — tempat di mana para penguasa, klan besar, dan sekte terkuat berkumpul.Istana-istana megah berdiri anggun di sepanjang lembah dan puncak bukit. Burung-burung spiritual berkicau di udara, bunga-bunga abadi bermekaran dengan wangi semerbak, sementara hutan bambu berayun lembut ditiup angin. Sungai jernih mengalir di bawah jembatan batu, dan air terjun menggantung menuruni tebing, memantulkan cahaya pelangi yang indah.“Akhirnya kita sampai juga!” ucap He Sura sambil menatap pemandangan megah itu penuh kekaguman.Ia tak pernah menduga, bahwa di dunia fana yang rapuh ini masih tersisa panorama semegah itu—seolah bayangan surga menurunkan cahayanya ke bumi.Sepanjang hidupnya, ia hanya mengenal keagungan kota-kota ilahi yang terukir dalam ingatan yang diwariskan oleh ayah asuhnya, He Lagus, di dunia para dewa.Selamat datang di Asia, Ib

— Alun-Alun Istana Besar Negeri Asia —Di sekitar Istana Kuno yang megah, berdiri bangunan-bangunan indah berjajar rapi. Bunga-bunga eksotis bermekaran di taman, semerbak harumnya memenuhi udara. Burung bangau dan burung phoenix berterbangan di langit biru, sementara para pelayan berpakaian indah melayani para tamu dengan menuangkan anggur dan menyajikan hidangan berkelas tinggi.Semua tamu undangan telah berkumpul, duduk di tempat masing-masing yang telah disiapkan oleh Penguasa Negeri Asia. Para tokoh besar dunia duduk di bagian tengah alun-alun, berdekatan dengan kursi para penguasa negara lain.Di hadapan semua orang, Penguasa Negeri Asia berdiri tegap mengenakan jubah kebesaran berwarna biru muda dengan pola kelopak putih di tepinya. Mahkota emas berbentuk burung phoenix menghiasi kepalanya. Rambut biru panjangnya bergelombang lembut di bawah cahaya matahari, menambah aura anggun sekaligus berwibawa. Wajahnya yang putih bersih dengan tubuh tegap menunjukkan kelayakannya sebagai p