All Chapters of Lembah Awan Berkabut: Chapter 51 - Chapter 60

Di salah satu simpul energi utama, Ling Er merasakan konflik itu seperti pisau di dalam jiwanya. Ia merasakan dua kehendak terkuat di dunia saling mendorong, mengancam akan merobek seluruh formasi dari dalam. Ia melihat wajah kakaknya Ling Yue yang dipenuhi air mata dan wajah Tuan Wang Yue yang kaku karena tekad mati. Ketakutan akan kehilangan keduanya, memberinya kekuatan yang tidak ia duga. Dengan memfokuskan seluruh kekuatan Ascendant tingkat mudanya, ia mengerahkan seluruh Qi-nya ke simpul telepati mereka, sebuah jeritan dari hati adiknya. “CUKUP! HENTIKAN! BERHENTILAH BERTENGKAR SEPERTI ANAK KECIL! KALIAN AKAN MENGHANCURKAN KITA SEMUA DI SINI! KALIAN TELAH MENGAJARKAN KESEIMBANGAN PADA KAMI, LALU KENAPA KALIAN MENOLAK KESEIMBANGAN DI ANTARA KALIAN SENDIRI?!” Suara Ling Er, yang begitu tiba-tiba, penuh dengan keputusan yang lahir dari keputusasaan, dan diliputi oleh kepolosan yang polos, mengejutkan Ling Yue dan Wang Yue hingga terdiam. Formasi itu bergetar, lalu tiba-tiba st

Hal pertama yang Ling Yue sadari saat ia terbangun adalah rasa sakit. Bukan rasa sakit spiritual yang agung, bukan kehampaan yang memusingkan, tetapi rasa sakit yang tumpul dan nyata. Otot-ototnya terasa seperti telah dicabik-cabik, kepalanya berdenyut-denyut seolah menanggapi ritme jantung yang terlalu keras, dan gravitasi terasa seperti sebuah beban yang menindihnya ke kasur. “Ini adalah… tubuhku,” pikirnya. Selama berabad-abad, tubuhnya hanyalah wadah Qi tak terbatas tapi sekarang, ini adalah daging, tulang yang nyata bukan lagi sebuah wadah. Hal kedua yang ia sadari adalah keheningan. Keheningan total di dalam benaknya. Penderitaan dan kegembiraan dari miliaran jiwa di alam kultivasi di sekitarnya telah lenyap. Ia hanya bisa mendengar desau angin lembut di luar, percakapan samar dari luar pintu, dan napasnya sendiri yang dangkal. Itu adalah keheningan seorang manusia, dan itu terasa memekakkan. Dengan panik, ia mencoba merasakan Qi-nya. Kekuatan Ascendant-nya, lautan energi y

Puluhan tahun berlalu dalam kedamaian yang belum pernah terjadi sebelumnya di dunia fana. Perisai yang ditenun kembali oleh pengorbanan Ling Yue dan Wang Yue dengan setia melindungi dunia dari ancaman luar. Dunia kultivasi, yang tadinya terobsesi dengan peperangan dan perebutan sumber daya, secara perlahan mulai berubah, terinspirasi oleh ajaran tentang keseimbangan dan kasih sayang yang disebarkan dari Lembah Awan Berkabut. Di dalam lembah itu sendiri, waktu seolah mengalir lebih lembut. Ling Yue dan Wang Yue menjalani sisa hidup mereka yang panjang dalam kebahagiaan yang tenang. Rambut hitam mereka perlahan memutih, bahkan rambut Wang Yue menjadi perak murni, rambut Ling Yue menjadi seputih salju dan kerutan-kerutan halus mulai menghiasi sudut mata mereka. Mereka telah menjadi tetua yang dihormati, dua legenda hidup yang kekuatannya yang mengerikan di masa lalu telah memudar menjadi cerita pengantar tidur, digantikan oleh aura kebijaksanaan dan kebaikan yang mendalam. Mereka tela

Kematian Ling Yue dan Wang Yue bukanlah sebuah akhir yang tragis, melainkan sebuah awal yang baru. Jiwa mereka yang bersatu tidak lenyap ke ketiadaan, tetapi menyatu dengan esensi lembah, merangkul perisai yang telah mereka ciptakan dalam tindakan cinta dan pengorbanan terakhir mereka. Mereka menjadi penjaga abadi yang sunyi dari lemah itu sendiri, Qi mereka terjalin di dalam akar pohon beringin kuno, Dao mereka bergema di setiap aliran mata air. Warisan mereka kini tidak lagi berupa perintah atau ajaran, melainkan sebuah tanggung jawab besar yang jatuh ke pundak dua orang, Ling Er, sang pilar terakhir dari generasi pertama, yang menua dengan anggun dalam kesedihan masa lalu dan kebahagiaan masa depan, dan A-Chen, murid terakhir mereka yang membawa benih dari masa lalu ke masa depan. Tahun-tahun pertama setelah kepergian para legenda berlalu dalam kesibukan yang penuh tujuan, tetapi hati Ling Er dan A-Chen tetap berlubang. Lembah Awan Berkabut, yang tadinya bercahaya, kini terasa d

Api masih berderak pelan saat Xiao Li terbangun, bukan karena kehangatan yang ditawarkan, tetapi karena bau busuk dari daging yang terbakar dan asap yang menyesakkan paru-parunya. Untuk sesaat, ia bingung. Udara terasa berat dan panas, membebani setiap napasnya. Langit malam yang seharusnya gelap kini berwarna jingga mengerikan, dilukis oleh api yang melahap setiap rumah di desa kecilnya, Desa Bambu Tenang. Di sekelilingnya, kayu bakar yang melindunginya hangus, hanya menyisakan tumpukan arang yang rapuh. Ingatannya kembali dalam sekejap yang menyakitkan. Jeritan. Tawa kejam. Kilatan pedang di bawah cahaya bulan purnama. Sekelompok kultivator atau lebih tepatnya, bandit yang menyalahgunakan kekuatan mereka yang menyerbu desa mereka, menuntut upeti yang tidak mereka miliki. Ayahnya, kepala desa yang dikenal karena keberanian dan keramahannya, mencoba bernegosiasi. Ibunya menarik Xiao Li yang saat itu baru berusia dua belas tahun, dan menyembunyikannya di gudang bawah tanah di bawa