All Chapters of Gairah Sahabat Suami : Chapter 111 - Chapter 120

"Ya ampun, Nyonya Farah, Nyonya Besar kenapa?" sambil tergopoh pelayan tadi mendekati ibu mertua Farah yang sudah bersimbah darah dan tak sadarkan diri. "Huhuhuhuhu, aku tidak tahu, Bi, sepertinya Mama jatuh dari tangga. Aku aja kaget, aku baru mau minum susu yang aku buat," jelas Farah mode on terisak. Benar-benar terlihat kalau Farah tak mengetahui apapun. Melodrama Farah pasti berlangsung sukses. Meski dia mendorong, keuntungan Farah sangat besar, ya, mungkin karena efek ibu mertuanya yang pelit dan perhitungan itu. Tidak akan ada bukti yang memberatkan dirinya karena di rumah itu tidak ada CCTV. Boro-boro CCTV, pelayan atau pembantu rumah saja dibatasi. Bukan dibatasi, tapi mertuanya itu memang pelit dan perhitungan banget. Saking pelitnya benar-benar irit dengan tenaga seseorang. Bukan berarti ibu mertuanya itu tidak ada uang, tapi untuk hal seperti itu perhitungannya delit sekali. Bahkan uang keluarga Wiguna bisa untuk menggaji lebih dari sepuluh pembantu atau pelayan, itu p

"Dasar sial! Apes, apes, aku pagi ini, Rita!" seorang gadis sedang mengeluh di depan seorang gadis lain yang sedang membersihkan meja-meja tamu. "Ada apa sih? Pagi-pagi malah ngedumel di warung orang, Amara? Jangan bikin rejeki warungku ikutan apes karena ocehanmu deh. Mending cari kerja sana," jawab gadis berambut pendek bernama Rita dengan appron yang sudah menggantung di lehernya. Berkacak pinggang di depannya yang sedang menaruh kepalanya di atas meja. "Bukan begitu, Rita, benar-benar deh pagi tadi aku sial banget. Aku tuh lagi bantuan orang ngejar copet dan …" gadis yang bernama Amara itu tidak berani melanjutkan ceritanya. Dia mengingat kembali saat dua jeruk sunkist nya di remas kuat oleh seorang laki-laki. Benar-benar memalukan, apalagi itu pertama kalinya dia mendapat perlakuan seperti itu. "Dan apa? Hayo nggak usah cerita yang nggak masuk akal deh," celetuk Rita, berbalik dan bersiap di balik meja kasirnya. "Rit, coba dong ngomong ke Sigi, dia bisa nggak sementara wakt

Semua terjadi begitu cepat dimata Arya, dia bahkan tak bisa menyelamatkan adik satu-satunya. Nada tergeletak tak bernyawa di dekapannya. "Nada, maafkan, Mas Arya, Mas tidak bisa menjagamu. Mas mohon, maafkan Mas, Nada. Beristirahatlah dengan tenang."Arya memeluk tubuh adiknya dengan erat sebagai tanda dari pelepasan dirinya sebagai tanggung jawab sebagai seorang kakak. Meski semua terasa pedih, Arya tetap harus merelakan apa yang terjadi dan itu semua adalah keputusan adiknya. Setidaknya dalam misi perbaikan diri, Arya masih memiliki seorang ibu. Ya, kini yang tertinggal hanya ibunya, Mama Sri. Bagaimanapun sikapnya dulu terhadap Arya, sebagai anak saat ini Arya hanya ingin menunjukkan baktinya. "Dok, saya mohon bantuannya untuk mengurus prosedur kematian adik saya, sementara saya mengurus dan mengatur masalah pemakamannya."Arya tidak mengira akan menerima hal seperti ini. Kehilangan kedua adiknya dengan cara yang sedikit tidak wajar dan tragis. Keduanya bunuh diri, menyisakan se

"Kenapa? Apa itu jadi masalah besar. Aku hanya meminta itu. Atau kau benar-benar menginginkan aku melakukan hal lain?" Erriol memicingkan tatapannya. Gadis itu menjawab dengan gelengan cepat. "Ayo, cepat lakukan. Kepalaku masih sedikit sakit. Aku akan tidur dan mengeksekusi dirimu besok pagi. Jadi, malam ini, tidurlah dengan memelukku."Erriol berkata lagi, tetap melihat reaksi Amara yang terdiam. Kemudian, gadis itu memajukan wajahnya. Lelaki itu benar-benar menantikan sikap dari darinya. "Maaf, tapi, bolehkah, aw!" Amara terkejut saat dirinya di serang mendadak kembali oleh lelaki itu. "Dasar siput bodoh, kau ini benar-benar lelet dan lambat sekali," Erriol berkata kecut. Lelaki itu mengumpat kesal karena tak sabar. Namun, dia benar-benar tidak berbohong pada gadis itu. Meskipun kondisi Amara masih berbalut handuk. Ia menarik selimut dan benar-benar terlelap sambil memeluk tubuh Amara. Gadis itu membatu. Dia sebenarnya ikutan lelah juga, tapi dia takut, kalau-kalau dia ketidur

"Wowowo, apa itu? Gila. Si Err, baru balik udah dapet barang gres, mantap!" celetuk Bara menaruh tangan di kedua pundak Bob dan Bastian. "Tau begitu, semalam gue pilih dia aja, nyesel gue!" oceh Bastian. "Lah, lo aja semalam udah nggak tahan, siapa coba yang nyosor duluan. Main tancap aja pas tuh cewek datang," cibir Bob, mengingatkan Bastian yang paling beringas semalam langsung tanpa adanya foreplay. "Eh, intip yuk. Gue, penasaran tuh sama si Err, biasanya burungnya kan nggak bangun. Selama ini, dia yang paling diragukan," ajak Bob, menoleh pada B lainnya, Bastian dan Bara. Erriol menurunkan Amara dan saat berganti baju Amara membelakangi lelaki itu. Erriol melipat kedua tangan dan tersenyum kecil. Dapat si Siput, sepertinya tidak rugi. Aku akan buat dia menyerahkan diri. Tapi, yang model begini harus sering-sering di jebak biar ketagihan. Otak dan bisikan setan hati Erriol sedang mengatur siasat untuk menaklukkan Amara. "Jadi, apa alasannya kamu ingin melepaskan segelmu?" uc