All Chapters of Gairah Sahabat Suami : Chapter 161 - Chapter 170

"ARGGHHH! NGGAK MAU!" Amara berteriak kencang sambil menggelengkan kepalanya. Otaknya tiba-tiba ngeblank. Ternyata tadi hanya lamunan gilanya saja.Saat ini Arya masih menariknya dalam pelukan dan meletakkan kepalanya di pundak."Jadi, kamu tetap nggak mau memberikan sarapan susu untukku? Hemm?" Arya mengulangi pertanyaan lembut. Amara menoleh ke arah wajahnya yang serius dan tanpa ekspresi.Lalu, suami tampan dan gagahnya tetap percaya diri dan sama sekali tidak terusik dengan permintaan gila Arya. Persis sama dengan lamunan panasnya barusan.Ya ampun, Amara, bagaimana bisa kamu membayangkan hal gila seperti barusan. Bermain bertiga. Apa kamu benar-benar sudah gila. Apa sampai harus seperti itu. Ini benar-benar tidak masuk akal. Jangan bilang kalau kamu juga menginginkan hal seperti yang Erriol katakan. Kontan wajahnya memerah. Amara menoleh, terus menggeleng dan tanpa sadar menjatuhkan dirinya di dada Arya. Alis Arya berkerut dan sudut bibirnya seperti terangkat sesaat membentuk se

Amara menoleh pada laki-laki di sampingnya yang terlihat fokus sekali menyetir. Tidak menoleh padanya atau pun bersuara. Mobilnya melaju dengan kecepatan sedang, tapi tetap saja raut wajah gelisahnya terlihat.Mereka memasuki kawasan perumahan yang cukup elite. Amara hanya memperhatikan jalanan dari matanya yang menoleh saat ke jendela. Tak ada suara di antara mereka yang terdengar hanya deru mesin yang bergema.Mobil melintasi pagar bercat putih tinggi. Kedua gerbang langsung terbuka saat mobil Arya memasuki pekarangan. Amara melihat sekeliling kiri dan kanan. Rumah yang sangat besar dengan pemandangan yang menyejukkan mata. Ada kolam dengan air mancur kecil di depannya, di sekelilingnya taman bunga berbagai warna menghiasi. Rasanya benar-benar membuat adem dan nyaman saat memandangnya.Suara pintu dibuka, Amara sedikit terkejut karena berada dalam lamunan pemandangan tadi. Kemudian, Amara dikejutkan dengan datangnya beberapa pelayan, sepertinya mereka sudah tahu akan kedatangan Ary

"Gue ngerti perasaan lo, Arya. Gue juga, tetap banyak bersyukur. Kalau lagi itu bukan karena bini lo yang datang antar kue ke kantor, gue jadi nggak kenal bini lo. Gue juga tau, lo pasti udah banyak banget belajar dari perbuatan lo dulu karena nyakitin Nay. Tapi, jujur sebagai sahabat, gue tetap berharap lo dapat yang terbaik. Masalah hati lo benerin sendiri deh, gue nggak berani campur.""Tapi, ngeliat wajahnya sekarang, gue yakin dia kaget banget dan pastinya butuh penjelasan dari lo," ucap Alex menepuk pundak Arya. Sekarang Arya sedang memandangi diam-diam wajah Amara yang tertunduk meski sedang diajak ngobrol oleh Nayara. "Mas Alex, Mas Arya, cepet dong kesini. Ngapain sih di situ? Ngobrol aja main rahasia-rahasiaan," panggil Nayara dari meja makan. Nayara merasa sedikit canggung, meskipun dia juga sesama wanita, Amara seperti masih memberikan jarak saat dirinya sedang syok sekarang. Alex dan Arya bergegas mendekat saat dipanggil oleh Nayara. Alex menarik kursi duduk dekat deng

"Ngasal deh, Mas. Nggak usah aneh-aneh lagi kalau mau langgeng hubungannya. Aku ini perempuan loh, Mas. Pasti ngerti perasaannya," Arya lagi-lagi mendapatkan kode keras dari mantan istrinya. Arya dilarang keras untuk menyakiti hati Amara. "Iya, Nyonya Wijaya, siap akan saya laksanakan pesannya. Sehat-sehat ya, Nay. Salam buat Zahra, aku belum sempat lihat langsung. Semoga nanti kesini lagi aku sudah bawa Azka dan bisa lihat Zahra," Arya berkata, tapi matanya melirik Amara. "Iya, Mas Arya, sering-sering mampir. Ajak Mara kalau kesini, sekalian menginap saja," ucap Nayara, tetap saja pandangan matanya tidak beralih pada gadis yang di sebelah mantan suaminya. Namun, Amara hanya terdiam mendengarkan pembicaraan mereka. "Doakan aku, Naya, semoga aku nggak di tolak terus sama dia dan namanya segera berubah menjadi Nyonya Wiguna."Kode keras lagi untuk Amara kalau ada pengharapan besar dari Arya tentang hubungan yang sedang mereka jalani. Arya tidak hanya ingin main-main dengan Amara mesk

Suara berisik mengganggu pendengaran Amara. Jelas sekali itu bunyi spatula yang bertemu dengan penggorengan. Aroma harum secara langsung menusuk pada hidungnya dan membuat perut Amara bertabuh genderang yang kencang. Ia membuka matanya dan sudah tidak menemukan Erriol disisinya. Kepalanya masih terasa sedikit nyeri saat dia benar-benar membuka mata. Amara menurunkan kedua kalinya di lantai dan keluar perlahan dari kamarnya. "Selamat pagi, sayang. Kamu sudah bangun. Kemarilah, aku sudah buatkan kamu nasi goreng spesial," sapa Erriol mengembangkan senyuman saat melihat Amara berdiri tak jauh dari meja makannya. Amara belum beraksi. Hanya melihat meja makan sudah ada beberapa hidangan di sana selain nasi goreng yang baru dibuat Erriol. "Emm, aku mau mandi dulu," jawab Amara, namun suara bel berbunyi. Amara melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 07:05. Dia tahu dengan pasti siapa tamu yang ada di depan pintu. Amara juga sadar, dia sudah telat bangun. "Biarkan aku yang buka pintun