Semua Bab Gairah Sahabat Suami : Bab 181 - Bab 190

Ekor mata Erriol terus memindai Amara yang baru saja keluar dari kamar mandi dan berganti baju. Tidak ada lingerie seksi yang digunakan Amara, hanya kaos oblong kebesaran, tapi itu tetap membuat Erriol menelan ludahnya berkali-kali. Ia berjalan dan mendekat, duduk di pinggir ranjang saat Amara sedang memberikan pelembab di wajahnya. "Apa ini masih sakit? Maafkan aku, sayang? Bolehkah aku periksa wajahmu?" ucap Erriol benar-benar merasa bersalah saat melihat kedua pipi Amara masih ada sedikit memerah bekas gambar tangannya. "Aku sudah nggak apa-apa. Ayo, kita bicara," ucap Mara dengan enggan memalingkan wajahnya sebelum tangan Erriol berhasil menyentuh pipinya. Erriol menghela napas pelan saat menerima penolakan Amara, "Duduk disini, Sayang," pinta Erriol sambil menepuk tangannya di sisi ranjang Amara. "Uhm, kita bicara di luar saja," jawab Amara, dia baru saja beranjak dari kursi rias, tapi tangannya ditarik oleh Erriol hingga Amara jatuh ke dalam pangkuan. "Arghh, Err, jangan

"Seperti kamu, aku juga lagi mencari suasana baru," jawab Amara, tapi terlihat jelas kalau wajahnya sedih. "Kenapa? Apa ada masalah? Cerita saja," Rita tidak ingin memaksa bercerita karena itu memang bukan tipe yang mengharuskan detik itu juga Mara menceritakan semua. "Uhm, entahlah, tapi aku rasa, saat ini aku perlu waktu untuk sendiri," lanjut jawabannya, tetap belum ingin menceritakannya. "Oke. Aku nggak akan maksain cerita kok. Lagian juga kamu bebas kok pulang kapan aja, rumah ini kan punya kamu," Rita menunjukkan sederet gigi putihnya. "Iya, iya, nanti aku cerita. Tapi, untuk hari ini dan beberapa hari kedepan aku ingin tidur dan menghirup udara segar. Atau mungkin jalan jalan sendiri. Seperti itu rencana yang bagus," tiba-tiba saja Amara terbersit ide seperti itu. Sesaat Rita menatap, jelas ini bukan masalah sepele yang sedang dihadapi. Pasti ada hal lain yang belum ingin Amara ceritakan. "Nonton film. Kayaknya kita sudah lama nggak nonton film bersama," celetuk Rita, ia

"Kamu serius? Kita nggak jadi menonton?" ucap Arya, tanpa melirik Amara dan tetap fokus dengan setirnya."Uhm. Terserah kemana aja, tapi aku nggak ingin ke tempat yang ramai. Aku mau ketenangan!" Amara berbicara, tapi pandangan matanya hanya ke jalanan."Heheheh, kalau aku ajak kamu kepemakaman, bagaimana? Kamu nggak keberatan kan?" Arya membalasnya seolah tanpa dosa dan tidak menoleh saat Amara spontan menoleh mendengar ucapannya."Aish! Nggak usah ngadi-ngadi ya. Kalau pergi kesana itu bukan ketenangan yang aku dapatkan, tapi ketakutan. Aneh deh kamu. Masa nggak ada otaknya. Kasih saran ke perempuan kayak begitu," oceh Mara, kesal setengah mati karena dijawab cuek dan tidak masuk akal oleh Arya."Loh, kan kamu yang bilang kemana aja. Eh, sekarang aku yang disalahin, huh, serba salah deh kalau ngadepin perempuan yang mau PMS," Arya belum berhenti menggoda Amara dan benar-benar ingin membuatnya kesal."Arrgh! Arya. Kamu benar-benar deh. Sok tau banget, bilang PMS segala, memangnya kam

"Ahh ouhh terus ahh hisap yang benar dan lebih dalam lagi ahhh ahhh uuummm!" Erriol sedang membuka kedua kakinya dan menyuruh seorang wanita mengulum benda berurat miliknya. Rambut wanita itu terus dijambak dengan kasar agar benda berurat miliknya yang besar itu masuk kedalam mulutnya."Arghh, kau benar-benar nggak bisa diandalkan. Ini nggak enak tahu, huh!" teriak Erriol menarik kasar kepala seorang wanita yang tengah memasukan maju mundur benda berurat miliknya ke dalam mulut.Erriol menjambak rambutnya dan mendorong tubuh wanita itu. Saat ini Erriol sedang berada bersama 3B dan para wanita dengan suara suara meresahkan dalam ruangan. Bara yang merasa terganggu karena teriakan Erriol pun menghentikan kegiatan olahraga malamnya."Ada apa Err, lo nggak usah ngamuk kayak begitu. Kalau nggak cocok sebaiknya lo balik dan cari orang yang bisa memanjakannya. Jangan lampiaskan kemarahan lo sama wanita itu. Dia nggak salah!" kata Bara dengan suara lantang. Ia melihat wajah Erriol seperti sed

"Ah–ya jangan iseng umm. Aku bilang, aku ngantuk!" Amara berkata dengan menggerakkan kaki dan menutup kakinya yang dibuka. Sesaat Erriol tertegun, bahkan di dalam keadaan setengah sadar pun yang diingat oleh Mara adalah Arya bukan dirinya. Erriol benar-benar sudah terlempar jauh dari hatinya.Erriol melepaskan semua yang dikenakan hingga tersisa boxer saja. Ia tak ingin lagi memancing di air keruh seperti tadi yang hanya akan membuatnya terluka. Ia bergegas masuk ke dalam selimut dan memeluk punggung Amara yang sedang tertidur dari belakang."Uhm, Ar–ya, kamu nggak jadi pulang?" Mara berkata masih dalam keadaan mata tertutup. Dalam benaknya, semua sekarang yang ada adalah Arya.Tangan Erriol mendekap erat dan menyusup ke dalam jeruk Sunkist kenyal milik Amara. Tapi, Amara membuka matanya, hidungnya mencium aroma yang berbeda. Ia memutar bola matanya dan memperhatikan tangan yang sedang memeluknya."Argghhh!" jerit Amara, spontan membuat Erriol pun terkejut dan ketika Amara bangun, Er