All Chapters of Pesona Perawat Papa : Chapter 61 - Chapter 70

Riki menatap kesal dari kejauhan saat dia melihat Santi digandeng terus oleh Bimo saat Santi masuk ke mobil. Bimo seolah tak membiarkan Santi sedetik pun jauh darinya.Sial. Kalau terus seperti ini, bagaimana aku mencari cara untuk mendekati Santi-ku. Dan, kenapa laki-laki itu dekat sekali sih dengan Santi. Pake acara pelak peluk segala kayak begitu. Bukannya Santi perawat ayahnya? Kenapa sekarang Santi dekat banget dengannya. Bikin kesal saja. Aku yang pacarnya aja, boro-boro bisa sedekat itu kalau sedang di luar. Aku selalu menjaga Santi dengan baik.Lalu kenapa Santi sekarang ingkar janji padaku. Kemarin hari Sabtu dan sekarang hari minggu. Santi bahkan ga menelpon atau sekedar kirim pesan padaku. Lihat saja, San, setelah kita bertemu aku akan menangihnya double. Aku menginginkan-mu hari ini. Aku akan mendapatkan-mu hari ini. Ga perduli lagi kolam lele kamu disegel keras sama kamu. Aku, Riki pasti bisa mendapatkan kolam lele kamu duluan. Aku ga akan biarkan bos kamu itu terus de

“Fan, bagaimana penampilanku?” Rina berteriak lirih membuyarkan Irfan yang masih anteng dengan ponselnya.Rina berdiri tepat di depan Irfan memamerkan baju yang dia pakai. Rina ga mau ada kesalahan hanya kerena dia salah milih baju dan diamuk oleh Irfan.Irfan menatapnya dari rambut hingga ujung kaki. Untuk sementara waktu Rina mencari dress yang tertutup. Dia ga mau sampai orang tahu luka ditubuhnya.Irfan berjalan mendekat, “Dimana ruang gantinya?” suara Irfan lantang bertanya pada salah satu staf."Disebelah sana, Tuan!" staff tadi memberi arah pada pintu tertutup di ujung sebelah kanan.Rina mendelik saat Irfan mengatakan itu, dia tahu maksud Irfan jika dia sampai ikut ke ruangan ganti dengannya.“Fan, jangan aneh-aneh. Aku ga mau melakukannya disini, aku mohon!” Rina segera melemparkan dirinya kedalam pelukan Irfan, takut laki-laki itu akan menggagahinya di ruang ganti. "Siapa suruh kamu begitu cantik, meski ditutupi, tubuhmu dimataku tetap membuatku bergairah," bisik Irfan mak

"Ahh sshh iyaa kakak masukin aja, Lana rela kok. Lana juga pengen ngesain itu. Lana pengen bebas bercinta dengan Kak Alan, ayo Kak Masukin aja aahh shh ahhh."Lana mengocok liangnya sendiri makin dalam sampai cairan bening dan licinnya terasa di jarinya, sambil juga meremas-remas payudara saat Alan sedang mengurut batangnya. "Kamu ga akan nyesel Lana? Perawan kamu kakak Alan yang mengambilnya?" Alan tetap menanyakan kembali, dia ga ingin Lana menyesal. Padahal Alan berniat menyetubuhi Lana setelah Lana tahu tentang perasan dia yang sesungguhnya. Tapi, saat Alan melihat Lana keluar dari salon. Dia sendiri ga tahan, batangnya langsung menegang dan mengeras.Melihat body yang aduhai, payudara yang menantang, montok, padat dan tentu saja Alan yakin liang Lana tadi pasti sudah basah saat menatap wajahnya. Alan tahu saat Lana menatap dirinya sambil menunjukan wajah sayu dan menggigit bibirnya. Alan tahu, Lana menginginkan bercinta dengan dirinya. "Lana rela kak ahh aahh shhh ayoo kakak

“Riki, aku beneran minta maaf, tapi soal aku bilang putus, itu benar-benar, Rik. Kita putus dan aku ga bisa mentolerir perselingkuhan kamu dengan Rina, Rik!”Santi masih mencoba mengatur intonasi suaranya. Dia ga mau terdengar meledak ledak atau emosi soal perasaanya. Ya meski pun benar adanya saat itu Santi marah dan kecewa sama Riki.“Ga Santi. Aku ga mau putus sama kamu. Aku Cuma ingin kita balikan lagi kayak dulu San. Aku mau kita menikah San. Aku mau rencana kita yang tertunda segera kita jalankan. Aku ga mau kau berpaling dan pindah hati kepada pelukan laki-laki lain, San. Aku Cuma mau kamu yang jadi istri aku.”Lagi Santi masih harus mengatur suasana hatinya. Meski nanti akan berakhir dengan kekecewaan, Santi harus coba berani katakan.“Ga Riki, aku ga bisa jadi istri kamu lagi, maafin aku, Riki!” tegas Santi.“Ga sayang, apapun kesalahan kamu dengan dia aku maafkan, meski kolam kamu sudah dibobol sama dia, ga apa-apa sayang, yang penting kita menikah.” Riki bersikeras dengan o

“Benarkah? Aku lihat tadi tidak seperti itu? Kau sangat senang dipeluk olehnya!” pancing Irfan.“Fan, dengarkan aku,” Rina melepaskan pelukannya. Beralih berdiri dihadapan Irfan dan menggengam kedua tangannya.“Aku beneran minta putus sama dia, Fan. Beneran, aku berani ke samber gledek kalo aku bohong. Aku kan sudah janji sama kamu, aku pasti menepatinya, Fan. Suwer, Fan, aku mohon kamu percaya aku!”Rina mengenggam kedua tangan Irfan makin erat saat menjelaskan situasinya. Rina sangat berharap kalau Irfan mempercayainya.“Uhm, lalu?” Irfan berkomentar pendek, seolah ga perduli dengan ucapan Rina.“Fan!” Rina memekik tajam.“Apa?” Irfan melepaskan genggaman tangan Rina dan berjalan duduk di sofanya. Spontan Rina mengikuti dan duduk di sebelahnya.“Fan, aku beneran ga bohong, agh!” Rina sedikit frustasi menghadapi laki-laki keras kepala di hadapannya.Rina menghentakkan kakinya saat duduk.persis seperti anak kecil yang ngambek saat meminta sesuatu dang a di turuti.“Iya, sayang!”“Iya