Vanka refleks berdiri lebih rapat ke pintu, seolah ingin menghalangi lelaki itu agar tidak bisa masuk.Dan di depannya, Shankara berdiri dengan wajah yang sulit dibaca. Lelaki itu terlihat lelah, kusut, namun tetap dengan aura yang selalu membuat Vanka sulit untuk bernapas."Ada apa, Bang?" Vanka menanyakan kepentingan lelaki itu datang menemuinya."Van, boleh Abang masuk?""Maaf, Bang, dokter barusan ke sini dan mengatakan aku harus membatasi tamu.""Membatasi tamu?" Shankara mengulangi."Iya.""Tapi Abang bukan tamu."Nada Shankara jadi lebih tegas. "Abang ayah kandung Lengkara."Penekanan itu seperti hantaman ke dada Vanka. Ayah kandung.Dua kata yang selama ini Shankara selalu hindari, selalu ia tolak, selalu ia tampik dengan berbagai alasan.Jadi sekarang dia ingat? Sekarang dia sadar?Batin Vanka menertawakan getirnya nasib.Sikap Shankara kali ini begitu berbeda. Bukan lagi lelaki yang Vanka datangi sampai berkali-kali, memohon, memelas, bahkan merendahkan diri. Yang berdiri d
Last Updated : 2025-12-04 Read more