All Chapters of Pemuda Sakti Di Tengah Desa Penuh Godaan: Chapter 41 - Chapter 50

Sari segera menggeleng. “Aku nggak mau pergi.”Bukannya membiarkan pria ini berdua bersama Rini sama saja dengan memasukkan Rini ke dalam lubang buaya? Tentu saja Sari mesti mengawasinya.“Astaga!” jerit Rini secara tiba-tiba.Arif menoleh untuk melihat. Ternyata kaki Rini terlilit oleh tanaman rambat. Dia berusaha untuk melepaskan kakinya, tetapi setelah mencoba berkali-kali, dia tetap tidak berhasil mengeluarkannya.“Kak Rini, biar aku bantu.” Usai berbicara, Arif langsung berjongkok. Satu tangannya memegang kaki panjang Rini, sedangkan tangannya yang satu lagi melepaskan tanaman rambat itu.Otot di bagian kaki Rini sangat lunak dan elastis. Arif menekan-nekan dengan nikmatnya. Rasanya sangat nyaman ….Sari yang berada di samping pun terbelalak. “Arif, kamu masih ingin bilang kamu nggak ambil kesempatan dalam kesempitan!”Arif pun berkata dengan serius, “Aku lagi bantu Kak Rini untuk lepaskan kakinya. Kamu kira aku lagi ngapain?”Bagian kaki Rini yang dipegang oleh Arif terasa merind

Arif kelihatannya seperti anak jujur, tetapi sebenarnya dia memiliki niat buruk. Arif segera memasukkan rehmannia ke dalam keranjang bambunya, lalu mengangkatnya dengan santai. Dia berkata, “Bibi Sari, kalau kamu nggak percaya, sekarang kamu bisa ke rumahku untuk ambil uang.”Sari pun menyetujuinya. Meskipun Arif tidak sanggup membelinya, dia juga bisa menjualnya ke kota. Dia tidak akan mengalami kerugian apa-apa.Tidak lama kemudian, mereka bertiga telah kembali ke Desa Sukasari. Arif membawa pulang rehmannia dan obat herbal hasil panen mereka. Sementara, Sari dan Rini pun menunggu di halaman.Sari tidak berhenti melirik isi rumah dengan “mata elangnya". “Rini, rumahnya Arif semiskin ini, apa dia sanggup mengeluarkan uang 10 juta?”Baru saja ucapan selesai dilontarkan, Arif pun mengeluarkan uang dari dalam rumah. “Bibi Sari, ini uang 10 jutanya. Kamu hitung dengan baik.”Tumpukan uang kertas berwarna merah itu menyilaukan mata Sari. Ujung bibirnya juga sudah melengkung lebar ke atas.

Tangan Sari sudah disandarkan ke atas pintu. Asalkan dia membuka pintu, dia pun dapat melihat gambaran Rini berpelukan dengan Arif.Jantung Arif berdebar kencang. Dia bahkan tidak berani bernapas dengan terlalu kencang. “Kak Rini, kamu jangan bandel lagi!”Kalau sampai kepergok oleh Sari, belum pasti Sari akan menghukum Rini, tetapi Sari pasti akan memukul Arif fan mengusirnya keluar dari rumah. Pada saat itu, Arif-lah yang akan dipermalukan.“Kenapa kamu malah takut sama dia?” Rini berusaha untuk menenangkan Arif. Kemudian, terdengar nada bicara tinggi dari luar pintu. “Ibu, aku dan Arif lagi ngomong masalah serius. Kalau kamu ikut campur, bisa jadi malah nggak akan berhasil!”Di luar pintu, Sari sungguh kelihatan galau. Dia merasa Rini dan Arif sedang melakukan hal buruk di dalam kamar. Namun setelah dipikir-pikir, ada dia yang berjaga di depan pintu, mereka berdua seharusnya tidak akan melakukan hal di luar batas. Sari sungguh berharap Rini bisa berhasil mencari tahu cara Arif menca

Gambaran ajaib benar-benar terjadi. Energi spiritual berwarna keemasan itu bergabung dengan tanaman herbal dan berputar-putar di dalam ember kayu.Sekitar sepuluh menit kemudian, tanaman herbal dan energi spiritual telah bergabung, membentuk seember cairan spiritual yang berwarna transparan. Cairan itu tidak berwarna dan tidak beraroma, seperti air saja.Arif berkata dengan antusias, “Bagus sekali. Ramuan spiritual mesti diencerkan. Asalkan aku menuang cairan spiritual ke dalam sumur, nggak ada yang akan menemukan rahasia bercocok tanam jamur pinus!”Ketika kepikiran hal ini, rasa penat di hati Arif langsung menghilang. Pada saat ini, langit sudah sepenuhnya gelap. Saking gembiranya, Arif bahkan tidak bisa tidur. Dia pun duduk di atas tempat tidur, lalu memejamkan matanya untuk mulai latihan.…Keesokan paginya, Arif dibangunkan oleh suara ricuh di depan pintu rumah. Dia membuka matanya, lalu mengenakan sepatu sebelum keluar. Pada saat ini, ada belasan penduduk desa sedang berkumpul d

Ketika kepikiran hal ini, Arif pun tersenyum lebar.Pada saat ini, pada penduduk desa sudah mengerumuni Rania. “Rania, cepat daftarkan nama kami.”Rania sungguh merasa gembira. Ini pertama kalinya dia diperlakukan ramah oleh para penduduk desa setelah dia kembali ke desa. Dia segera mengeluarkan kertas dan pena yang sudah dipersiapkan, lalu berkata dengan suara keras, “Semuanya jangan buru-buru. Semuanya akan kebagian kok!”Lima menit kemudian, akhirnya Rania sudah menyelesaikan pendaftaran. Para penduduk desa merasa sangat puas, lalu memujinya, “Rania itu orang pertama di desa yang tamatan universitas, kerjanya cepat dan tangkas!”“Aku ingat waktu kecil dulu, Rania selalu mengekor di belakang Arif, bahkan pernah mengatakan ingin menikah dengan Arif!”“Sampai sekarang Arif belum menikah. Bagaimana kalau Rania jadi istrinya saja?”Wajah Rania spontan merona. “Paman, Bibi, aku berbaik hati membantu kalian mencari pekerjaan, kenapa kalian malah jadikan aku sebagai bahan candaan?”Suara t