Nayla menatap mata Renzo yang memerah, samar-samar teringat bahwa dulu dia juga berkata hal yang sama padanya.Namun, dia bukan lagi gadis kecil yang akan tersentuh hanya karena satu kalimat darinya. Dia tentu tidak akan menyetujuinya.Dia mendorong Renzo dengan dingin, lalu tersenyum. "Bukankah istri Pak Renzo sudah lama mati? Nggak, dia bahkan nggak bisa dihitung sebagai istrimu. Lagi pula, kamu nggak pernah menerima lamarannya."Renzo sedikit terisak. Dia menggenggam tangan Nayla dengan gemetaran. "Nayla, aku salah. Aku benar-benar salah. Aku kira kamu sudah mati. Tanpa kamu, aku baru sadar aku benar-benar nggak bisa hidup."Nayla menepis tangannya. "Namaku Nadya, Nayla sudah lama mati. Lagi pula, bukankah kamu masih hidup dengan baik sekarang?"Renzo menoleh sebentar ke arah Novya. Dia buru-buru menjelaskan, "Kamu pasti cemburu, 'kan? Aku nggak mencintainya. Dari awal sampai akhir, yang aku cintai hanya kamu seorang."Rylan menyela dengan tidak sabar, "Nayla, ada lalat yang terlalu
อ่านเพิ่มเติม