Aku terbangun dengan napas tersengal, seolah baru saja ditarik paksa dari dasar sungai yang gelap. Keringat dingin membasahi tengkuk, padahal angin malam yang masuk lewat jendela terasa begitu dingin hingga menembus tulang. Di langit-langit kamar, bayangan-bayangan panjang seperti menari, mengikuti gerak nyala lampu minyak yang redup.Untuk beberapa detik, aku tidak ingat aku berada di mana.Lalu bau kayu tua, obat gosok, dan dupa yang sudah hampir padam mengembalikan ingatanku. Ini kamar tamu di rumah Bu Warni, perempuan yang bersedia menampungku setelah kejadian di bukit tadi malam. Di luar sana, desa masih diselimuti kabut tipis yang entah kenapa tidak hilang meski fajar sudah lewat berjam-jam.Tanganku refleks meraba jari manis. Cincin dingin itu masih di sana, tapi warnanya berubah. Bukan lagi perak pucat seperti biasanya, melainkan kehitaman, seperti diselimuti jelaga. Permukaannya terasa berdenyut pelan, seirama detak jantungku.Kontrak itu masih mengikatku.Kontrak sebagai pen
ปรับปรุงล่าสุด : 2025-12-08 อ่านเพิ่มเติม