Share

05. Lari Pagi

"Keenan, Wake up!" 

Sean menyibak selimut Keenan secara kasar, membuat Keenan yang terlelap kini menggeliat, matanya yang baru saja ia buka langsung menyipit kembali saat silau sinar matahari menembus kaca jendela kamarnya.

"Cepat cuci muka, gosok gigi lalu pakai sepatumu, Ayah tunggu di luar." perintah Sean yang sudah rapih dengan setelan olah raganya. Seperti biasa, setiap hari libur ia selalu mengajak Keenan untuk ikut olah raga bersamanya. 

"5 menit lagi, Yah..." rengek Keenan kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

"5 menit lagi atau ayah akan membuang Wish-mu." ancam Sean sembari terus berjalan keluar dari kamar Keenan, tangan kanannya terangkat menunjukan boneka kucing milik Keenan yang menjadi tawanannya.

Keenan berdecak kesal, ia menegakan tubuhnya kemudian menggaruk kepalanya jengkel. Keenan masih sangat menyayangi Wish-nya, maka dari itu ia segera bangun dan beranjak ke kamar mandi. Sean pasti akan sungguhan membuang Wish-nya jika ia tidak segera bergegas.

"Cepat, Ken! Kenapa kamu lama sekali?!" tegur Sean saat melihat Keenan yang menuruni anak tangga, hampir sepuluh menit Sean menunggu di ruang tamu. Padahal ia hanya menyuruh Keenan untuk cuci muka, gosok gigi dan memakai sepatu, tapi Keenan lelet sekali.

"Tadi aku pup dulu. Perutku sakit, Yah." lapor Keenan sambil mengusap perutnya dramatis.

"Apa yang kamu makan kemarin malam?" tanya Sean cemas.

Keenan tampak berpikir, "Aku makan sate yang Ayah belikan." jawab Keenan membuat Sean mengernyit.

"Hanya itu? Ayah juga memakannya tapi Ayah baik-baik saja." tanya Sean penuh selidik, ia cuirga Keenan memakan makanan lain yang tidak ia ketahui, karena pencernaan Keenan memang sangat sensitif.

Keenan mengangkat pundaknya, memilihi untuk tidak menjawab pertanyaan Ayahnya sebab sebenarnya semalam ia memakan kripik pedas yang neneknya berikan tanpa sepengetahuan Sean. Dengan cepat Keenan berjalan keluar rumah mendahului Sean.

"Tante Heera!" 

Mendengar Keenan yang memanggil nama Heera, praktis Sean menoleh dan berlari menghampiri Keenan. Tangan Sean dengan sigap menahan Keenan yang ingin berlari kearah Heera.

"Kenapa Ayah menarikku? Aku ingin bersama tante Heera." protes Keenan karena pasalnya saat ini Heera memakai celana training, kaus serta sepatu, sudah pasti dia ingin pergi olah raga juga. Tapi masalahnya, kedua telinga Heera di sumpal earphone, itu yang membuat Heera tidak berhenti dan menoleh saat Keenan memanggilnya. 

"Apa kamu tidak lihat earphone di telinganya?" tanya Sean.

"Aku melihatnya."

"Itu tandanya tante Heera tidak ingin di ganggu. Biarkan saja dia olah raga sendiri, kita ikuti dia dari belakang." jawab Sean dengan langkah yang terus mengekori Heera, mata sipit Sean bahkan tidak berkedip melihat pemandangan tubuh Heera dari belakang, rambut terikat satu yang menjuntai dan tengkuk mulus Heera yang membuat Sean menelan ludah.

"Apa aku juga tidak boleh berlari di samping tante Heera, Yah?" tanya Keenan masih berusaha ingin berdekatan dengan Heera.

Dengan tegas Sean menggeleng.

"Aku hanya berlari di sampingnya, tidak mengganggunya."

Mata Sean menatap Keenan tajam, lalu menggeleng. Keenan berdecak, kepalanya menunduk dalam dengan langkah yang terseret malas. Keenan bahkan masih berjalan santai saat Sean sudah berlari, mengejar Heera yang juga mulai menambah kecepatan langkahnya di depan sana.

"Run, Ken!" perintah Sean saat menyadari kalau Keenan tertinggal di belakangnya.

Keenan mendengus, dengan wajah tertekuknya ia berlari menghampiri Sean. Sean tersenyum tipis seraya mengusap kepala Keenan, keduanya kemudian berlari di belakang Heera.

"Ayah kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Keenan menatap heran Sean yang sedari tadi menerbitkan senyum tipisnya, kedua matanya pun tak lepas memandang insan yang sedang berlari di depannya.

Sean tertegun, dengan cepat ia mengubah raut wajahnya menjadi datar, "Siapa yang tersenyum." jawab Sean ketus, ia sendiri bahkan tidak sadar kalau sedari tadi tersenyum. 

"Oh, tante Heera!" Keenan berlari menghampiri Heera yang sedang beristirahat di tepi lapangan, gadis itu tengah meneguk air.

Mata Sean spontan melebar, tubuhnya langsung membatu melihat pemandangan indah di depan sana, Heera yang sedang meneguk air membuat Sean menyadari kalau wajah Heera semakin mempesona jika di lihat dari samping, hidung yang mancung, dagu yang lancip dan kulit wajah yang mulus meski keringat membanjiri dahinya. Sepertinya Sean harus menarik kembali kata-katanya saat mengatakan bahwa Heera cewek yang biasa-biasa saja. Karena faktanya, pagi ini Heera terlihat sangat cantik dan seksi.

"Ekhem!" Sean berdehem dan tersadar saat Heera tersenyum menyapanya, tampaknya Keenan yang memberitahu Heera tentang keberadaannya sebab anaknya itu sudah nempel saja di sebelah Heera. Sean tidak tahu sejak kapan Keenan dan Heera sedekat itu. Baguslah, berarti ia tidak salah sudah merekrut Heera sebagai baby sitter Keenan.

"Ayah, sini!" ujar Keenan meminta Sean untuk menghampirinya, namun Sean menggeleng dan melanjutkan larinya yang tertunda.

* * * 

"Sarapan, Ra." tawar Jessi saat melihat Heera yang datang. Seperti biasanya, temannya itu baru selesai lari pagi.

"Thanks, tapi aku sudah sarapan." jawab Heera seraya mendudukan tubuhnya di atas sofa ruang tengah, tepat di samping Jessi yang sedang memakan sarapannya.

"Tumben. Habis gajian lo?" tanya Jessi, karena Heera ini manusianya irit banget, dia lebih milih makan di kosan dari pada beli makanan di luar. Sebab kalau pagi, ibu kost selalu memasak sarapan untuk penghuni kost, gratis.

Heera mengeluarkan cengirannya, "Hehe, di bayarin sama Ayahnya Keenan." jawab Heera malu-malu. Omong-omong, Heera belum memberitahu Jessi kalau dirinya akan menjadi baby sitternya Keenan.

Mata Jessi spontan membulat, "Whattt?!" Jessi terkejut, raut wajahnya tak terkontrol. Sementara Heera tersenyum bangga. Merasa hebat karena habis breakfast bareng duda tampan yang tinggal di sebrang kosannya.

Sebenarnya, tadi Heera sempat menolak saat di ajak sarapan bareng sama Sean, ia masih merasa canggung dan malu karena insiden di mobil kemarin dimana Sean menawarkan diri untuk menafkahinya. Tapi Heera mencoba biasa saja dan pada akhirnya menerima ajakan Sean karena Keenan terus memaksanya, kalau Keenan yang meminta, jelas sangat sulit untuk Heera menolak. Lagi pula, ia juga harus mendekatkan diri kepada Ayah dan anak itu agar terbiasa.

"Ra, kayaknya lo harus hati-hati deh sama Ayahnya Keenan." ujar Jessi mendadak serius.

"Kenapa?" tanya Heera kebingungan melihat wajah khawatir Jessi.

Jessi mendekatkan bibirnya ke daun telinga Heera, "Ayahnya Keenan sudah 2 kali gagal menikah"  

"Wow." refleks bibir Heera membulat. Tapi, Heera tidak heran, Sean tampan dan sepertinya pandai merayu wanita. Buktinya kemarin bibir Sean sangat enteng saat menawarkan diri untuk menafkahinya. Secara halus, Sean mengajaknya menikah, bukan?

"Dan lo tahu siapa mamahnya Keenan?" Jessi kembali bertanya, lagi-lagi Heera menggeleng.

"Yuna Ashily. Lo tau kan kasusnya Yuna yang di sebut pelakor dan hamil di luar nikah?" 

Heera mengangguk, meskipun ia jarang menonton acara gosip entertainment di televisi, tapi Heera suka membaca artikel gosip yang lewat di time line sosmednya. Dari yang Heera ketahui, Yuna Ashily adalah selebriti papan atas yang karirnya hancur karena merebut suami perempuan lain dan hamil di luar nikah. Pujian yang sering Yuna dapatkan berubah jadi cacian karena prilaku Yuna sendiri. Bahkan hingga saat ini image Yuna masih buruk di mata netizen, meski Yuna sudah menghilang dan tidak ada lagi berita tentangnya.

"Berarti Keenan..."

"That's it! Tapi Keenan gak tahu apa-apa." Jessi menyela.

"Berarti Keenan anaknya Yuna? Pantes saja dia tampan sekali!" ujar Heera tampak tak percaya. Jessi kira Heera berpikir kalau Keenan adalah anak hasil...

Jessi mendesah, menggeleng tak percaya. "Berarti mereka sudah pisah ya? Terus Yuna kemana? Padahal mami gue dulu ngefans banget sama dia." gumam Jessi bertanya-tanya. "Gila sih, gue gak percaya kalau kita tetanggaan sama mantan suami dan anaknya Yuna." Jessi masih tidak percaya.

"Apa lagi aku yang tadi sarapan bareng mantan suami dan anaknya Yuna." sahut Heera tersirat nada sombong. 'Aku juga akan menjadi baby sitter anaknya Yuna.' lanjut Heera dalam hati.

Jessi berdecih, "Cih, sombong! Awas lo ra, hati-hati sama Ayahnya Keenan."

Heera mendengus, pundaknya langsung melemas, "Padahal aku mau daftar jadi sugar babynya." guyon Heera. Tangan Jessi spontan langsung memukul pundaknya.

"Sugar baby matamu!" Jessi langsung murka, tidak akan ia biarkan Heera terjerumus tipu muslihat Sean.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Goodn00051944
terlalu mhl koinnya stiap bab
goodnovel comment avatar
Uut Suga Kèrä Ñgäl
menghibur banget
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status