Christian begitu bahagia kala berinteraksi dengan para sahabat ayahnya. Christian bahkan dapat tertawa dengan lepas.
Marvel bertanya. “Hei Tuan. Apakah kakakmu juga tampan sepertimu?”
Christian menjawab. “Tentu saja. Bahkan menurut orang lain kakakku adalah seorang perfeksionis. Tentunya aku juga tidak kalah tampan bukan? Ucapnya. Seraya melakukan gerakan yang imut.
Semua orang tertawa kala melihat gerakan yang dilakukan olehnya.
“Bos putramu sungguh berbeda denganmu,” ucap Yo Han.
“Yang sama persis dengan Ayah itu adalah kakakku. Kakakku seperti Ayah versi mini nya.”
“Semuanya yang diturunkan kepada kakakku itu semua milik ayah,” Ucap Christian.
“Ya. Bagaimana kau bisa secerdas ini?” Ucap Marvel.
“Tentu saja. Karena ayahku juga sangat cerdas,” ungkapnya.
“Eh. Benar-benar anak ini,” ungkap Marvel.
Lukas yang mendengarka
Para sahabat Lukas kini telah meninggalkan Lukas dan Christian, mereka kembali pulang setelah hadiah untuk Christian datang, mereka menggunakan lift untuk turun ke lantai bawah.Di saat yang bersamaan Clarisa turun dari mobil Maserati Hitam. Dia berjalan dengan anggunnya, gaun selutut nya mengekspos kaki jenjang yang indah milik Clarisa.Saat berada di lobi rumah sakit mereka berempat berpapasan dengan Clarisa, 2 pasang mata menatap Clarisa dengan intens. Hingga Clarisa berlalu memasuki Lift.“Lihatlah wanita itu cantik bukan?” ucap Yo han.“Ya. Kau benar dia benar-benar cantik,” balas Marvel. Seraya memandangi Clarisa hingga masuk lift.“Apakah aku harus mengejarnya? Untuk mendapatkan nomor teleponnya,” ucap Raymond.“Ah. Sepertinya aku harus mendapatkannya. Lagi pula aku tidak memiliki kekasih,” ucap Yo Han.Gerald yang sudah tahu wajah Clarisa pun seketika berkata. “
“Istriku, sebaiknya kau membersihkan dirimu terlebih dulu. Setelah itu istirahatlah,” ucap Lukas “Mmm... sebentar lagi. Biarkan aku memelukmu sebentar lagi,” ungkap Clarisa yang semakin erat memeluk Lukas. Lukas hanya tersenyum kala mendapati Clarisa yang sedang bermanja dengannya. Tiba-tiba saja Clarisa berkata. “Lukas. Jika saja dulu aku tahu kau adalah pria yang tidur bersamaku.” “Apakah kau akan menerimaku? saat aku tiba-tiba datang kepadamu dan meminta pertanggung jawabanmu?” Lukas sedikit terdiam. Namun dia mengingat kembali bahwa dirinyalah yang pertama kalinya untuk Clarisa. Orang yang pertama menjamah tubuhnya adalah dirinya, dan terlebih dirinya juga yang merenggut kesucian Clarisa. Dengan tersenyum Lukas berkata. “Tentu saja. Aku akan menerimamu sepenuh hatiku,” ucapnya. “Lagi pula sejak kejadian malam 10 tahun yang lalu itu. Aku tidak bisa melupakannya.” “Aku selalu membayangkan wanita yang berada di bawahku
Di Quebec, Kanada. Conan terlihat menawan kala sinar mentari pagi menyinari wajah tampannya. Senyumannya begitu memesona. Namun sedetik kemudian Conan terjatuh, memegangi kepalanya. Dirinya begitu kesakitan. Jay yang melihat kejadian itu segera berteriak. “Athes...” seraya berlari menghampiri Conan yang tersungkur di lantai. “Tuan kecil.” “Tuan kecil.” “Athes...” Jay setengah berteriak. Kala memanggil Athes yang tak kunjung datang. Athes yang baru selesai mandi pun dengan segera menghampiri Jay. Rambut basahnya masih meneteskan air, tanda dia menyelesaikan mandinya dengan tergesa-gesa. “Ada apa?” Tanya Athes yang berlari kecil. Conan yang tersungkur kesakitan berkata dengan lirih. “Ini sangat menyakitkan, sangat menyakitkan sekali,” seraya mencengkeram lengan Jay dengan begitu eratnya. Hingga merasakan sakitnya. “Bertahanlah sebentar. Aku akan membawa obat penenang,” ucap Athes seraya meninggalkan Conan bersama
“Tuan Jay... “ Conan yang terbangun dari tidurnya mencoba memanggil Jay. Namun tak ada seorang pun yang datang menghampirinya. Dengan kondisinya yang masih lemah dia mencoba meraih gelas yang berada di nakas samping tempat tidur. Namun karena kondisinya yang masih lemah itu tak sengaja Conan menjatuhkan gelasnya hingga pecah. “Ah,” Conan mencoba untuk turun dari ranjangnya. JAY dan Athes yang mendengar keributan di dalam kamar Conan pun segera berlari menuju kamar Conan. Saat Jay mendorong pintu, di saat itu dia melihat Conan yang sudah terduduk membersihkan pecahan gelas yang berserakan di lantai kamarnya. Wajahnya pucat pasi, namun tetap memberikan senyuman yang hangat pada keduanya. Seraya berkata. “Maaf. Aku tidak sengaja menjatuhkannya.” Jay dengan segera mengangkat Conan untuk naik ke ranjangnya. Seraya berkata. “Apa yang tuan butuh kan? Biarkan aku atau Mr. Athes yang mengambilkannya.” “Aku sudah mencoba
Dua minggu kemudian Lukas telah keluar dari rumah sakit, Clarisa beserta Christian yang selalu menemaninya, dia begitu bahagia. Namun di satu sisi dia juga merasa sedih, karena ketiadaan putra sulungnya Conan. Lukas sangat senang kala mendengar Conan ingin kembali ke mansion nya. Namun di satu sisi juga dia takut. Takut akan kenyataan saat Clarisa mengetahui kondisi Conan yang sebenarnya. Dan kondisi mentalnya tidak kuat menerima kenyataannya. Lukas yang duduk di ranjang sedikit melamun. Dirinya ingin memberi tahu Clarisa namun dia juga tak ingin melukainya. “Ada apa?” sebuah suara yang menyadarkannya dari lamunan. Lukas sedikit terkejut namun dia berusaha untuk tenang kembali. Saat dia menatap Clarisa tiba-tiba saja dia menjadi bergairah kala melihat Clarisa memakai gaun tidur yang sangat seksi itu. Napas Lukas kini sedikit memburu. Sedangkan Clarisa dengan tampang tanpa dosa mengitari Lukas, dan sesekali menggodanya. Seraya b
Di hari ini Lukas bertekad untuk memberi tahu Clarisa tentang penyakit yang di derita oleh Conan. Walaupun sebenarnya dia tak kuasa kala ingin memberitahunya. Namun demi kebaikan semuanya dia harus memberanikan dirinya. Ada pergolakan dalam dirinya. Lukas membayangkan bagaimana dirinya saat pertama kali tahu Conan sakit. Itu sangatlah menyakitkan. Apalagi rasa sakit yang akan di rasakan oleh Clarisa nanti. Lukas menguatkan hatinya. Mencoba untuk tetap tenang kala mengatakan kebenaran pada Clarisa. “Lukas. Apa yang kau pikirkan?” ucap Clarisa, membuyarkan lamunan Lukas. Lukas segera tersadar, dan menatap nanar Clarisa yang berada di ambang pintu. Lukas berkata. “Kemarilah ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu,” ucapnya. Clarisa sedikit bingung, dengan heran di berjalan menghampiri Lukas yang berada di depan Jendela bergaya prancis itu. “Ada apa?” Tanya Clarisa yang sedikit kebingungan. “Apakah kau menya
Di dalam kamar masih dipenuhi isak tangis Clarisa. Lukas bahkan ikut menangis bersama Clarisa. Ingin sekali menghiburnya namun dirinya sama sekali tahu cara menghibur orang.Lukas hanya mengusap lembut puncak kepala Clarisa seraya berkata. “Semuanya akan baik-baik saja. Tenanglah,” ucapnya.Lukas berusaha menenangkannya dengan mengusap pelan serta lembut punggungnya seraya berkata. "Percayalah Tuhan tidak pernah meninggalkan kita.”Clarisa hanya membenamkan wajahnya pada dada bidang milik Lukas.Setelah dirinya puas menangis kini dirinya dapat bersandar di tubuh Lukas.Dia bertanya dengan lirih. “Apakah kondisinya baik-baik saja?” ucapnya.Lukas menjawabnya. Suaranya begitu lembut kala bicara pada Clarisa. “Tentu saja dia baik. Dia bahkan memiliki seorang perawat pribadi,” ungkapnya.Clarisa sedikit memaksakan senyumannya seraya berkata. “Syukurlah jika Conan baik. Aku harap dia bi
Di ruang tamu Lukas sedang menunggu putranya turun dari kamarnya. Terlihat seorang pria berdiri menghadap jendela. Di sela jarinya yang lentik dan indah itu terselip sebatang rokok. Ya. Itu adalah Lukas. Dengan anggun nya dia menghisap kembali rokok di tangannya. Drrrttt... Drrrttt... ponsel Lukas bergetar. Terlihat di layar ponselnya panggilan luar negeri. Saat Lukas menjawab panggilannya terdengar suara di seberang telepon. “Ayah. Bagaimana kabarmu?” sebuah suara terdengar. Lukas terdiam sejenak, dalam batinnya dia berkata. “Ah sial. Aku melupakan putraku yang satunya lagi,” ucapnya. Lukas berkata. “Sayang ada apa? Apa kau membutuhkan sesuatu?” “Kabar ayah baik, bagaimana denganmu?” Tanyanya. “Aku baik-baik saja,” ungkapnya. “Ayah. Apakah kau sedang sibuk? Aku ingin bicara sebentar,” pintanya. Lukas berkata. “Ada apa? Katakanlah apa yang kau butuh kan?” “Begini ayah, apakah aku bisa memintamu unt