Share

2. CINTA BUTA SEPASANG SAHABAT

Seorang wanita berlari tertatih dengan kaki setengah pincang, menyusuri lorong gelap dan sepi. Sesekali dia menoleh ke belakang dengan ekspresi cemas dan takut.

Wanita itu terus berlari sekencang dia bisa.

"ALIANA! TUNGGU! JANGAN COBA-COBA KABUR DARIKU LAGI ALIANA! JIKA KAMU TIDAK MAU MATI!"

Teriak sebuah suara lelaki di ujung lorong.

Aliana mempercepat langkahnya saat si laki-laki itu mulai semakin cepat mengejarnya.

Setelah berhasil keluar dari lorong gelap itu dan sampai di trotoar pejalan kaki yang cukup ramai oleh lalu lintas dan para pedagang kaki lima, Aliana melihat dua orang polisi yang kebetulan sedang berpatroli di lampu merah.

Aliana masih terus berlari dengan susah payah. Sadar bahwa sosok Denis pasti akan terus mengejarnya. Denis tidak akan berhenti meskipun dirinya berlari ke ujung dunia sekalipun. Jadi, satu-satunya cara yang bisa membuatnya selamat dari kejaran Denis saat ini hanyalah meminta pertolongan pada sang petugas keamanan agar bersedia mengantarnya menuju kediaman sahabatnya yang bernama Mischa.

*****

Seorang wanita masih tergugu di atas toilet duduk di dalam kamar mandi kostnya, ketika dia mendapati dua garis merah tertera jelas pada alat tes kehamilan yang dia pegang.

Tangan wanita itu gemetar dengan tangisnya yang seketika pecah.

Kenyataan bahwa kini dirinya tengah hamil membuat wanita itu sangat syok.

Beberapa bulan lagi dia skripsi dan lulus sebagai sarjana ekonomi seperti yang selama ini dicita-citakan sang Ayah di kampung halamannya. Lantas, mana mungkin dirinya kini bisa melanjutkan kuliah dalam keadaan hamil tanpa suami?

Apa kata orang nanti?

Dia harus lekas memberitahukan hal ini pada Ibunya di kampung.

Dia tidak bisa menerima cobaan seberat ini sendirian.

Bagaimana pun keluarganya harus tahu.

Setelah membuang tes pack ke dalam tempat sampah, wanita itu meraih ponselnya di nakas dan mulai menelepon.

Tak lama panggilannya langsung dijawab.

"Halo Mischa? Apa kabar sayang? Tumben telepon malam-malam begini?" sapa sebuah suara lembut seorang wanita di seberang.

"Halo Bu?" ucap wanita bernama Mischa itu, lirih.

"Ada apa Mischa? Kamu menangis Nak?" tanya sang Ibu yang terdengar khawatir.

Mischa menutup mulutnya agar isak tangisnya teredam. "Tidak, Bu. Aku tidak menangis," katanya berusaha untuk tenang.

"Ini sudah hampir tengah malam sayang, kenapa belum tidur? Besok masih hari kerja loh, jangan sampai kamu telat ke kantor. Kamukan sedang magang di perusahaan terbesar di Indonesia, perusahaan Malik Grup, Ayah dan Ibu benar-benar bangga padamu Mischa. Tidak sia-sia kami di sini berlelah diri mencari uang demi membiayai pendidikanmu di Jakarta. Setidaknya, walau pun masih berstatus sebagai anak magang, tapi kamu bisa merasakan bagaimana rasanya bekerja di perusahaan besar," celoteh sang Ibu ditelepon.

Tangis Mischa kian pecah. Dia benar-benar bingung harus memulai semuanya darimana.

Apa yang harus dia katakan sekarang?

Haruskah dia menghancurkan semua impian ke dua orang tuanya dengan mengatakan bahwa dirinya kini tengah berbadan dua?

Lantas, jika nanti sang Ibu bertanya siapa laki-laki yang telah menghamilinya, Mischa tidak mungkin bisa menjawabnya.

Tidak.

Dia tidak bisa!

Atau, dia gugurkan saja kandungan ini?

Mischa masih bergulat dengan kekalutannya ketika pintu kamar kostnya tiba-tiba diketuk oleh seseorang dari luar.

Mischa pun buru-buru mengakhiri teleponnya dengan sang Ibu.

Saat pintu kamar kost itu dibuka, Mischa mendapati Aliana sahabatnya bertamu. Keadaan Aliana tampak kacau dengan wajah babak belur dan luka lecet di ke dua lututnya.

"Pasti gara-gara Denis lagi?" todong Mischa langsung.

Aliana masuk dan langsung mengunci rapat-rapat pintu kamar kost Mischa.

"Kamu tidak bisa hidup seperti ini terus Al! Denis itu gila! Kamu harus mengakhiri hubunganmu yang tidak sehat ini! Kalau perlu kamu laporkan dia ke polisi," cecar Mischa saat itu. Dia duduk di samping Aliana lalu mengambil kotak P3K di laci nakas. Dia membantu Aliana mengobati luka-lukanya.

Aliana tidak berkomentar. Dia lelah dan sangat ingin istirahat. Terlebih besok dia masih harus masuk kerja bersama Mischa.

Menjadi karyawan Magang disebuah perusahaan bonafit yang pemiliknya adalah seorang lelaki berhati dingin nan kejam bernama Alexander Gavin Malik.

Lucunya, lelaki itu adalah idola Mischa sahabatnya.

Satu alasan seorang Mischa memilih perusahaan Malik Grup untuk tugas akhir semester mereka, bukan karena perusahaan itu bagus melainkan karena disanalah lelaki yang dia sukai berada.

Meski, sosoknya hanya bisa dinikmati dari kejauhan saja.

Jangankan berdekatan dengan sosok Xander, bahkan hanya sekedar menatap lelaki itu ketika dia lewat saja tak ada karyawan yang berani. Semua karyawan langsung menundukkan kepalanya setiap kali sang bos besar pemilik Malik Grup itu lewat.

Sosoknya yang dominan dengan wajah bengis dan tatapannya yang menusuk membuat nyali siapapun ciut jika sudah berhadapan dengan Xander.

Tak ada satu pun karyawan di sana yang pernah melihat Xander tersenyum secara langsung kecuali di TV ketika dia sedang tampil bersama kekasih-kekasihnya yang kebanyakan berasal dari kalangan selebriti.

"Hei! Kamu mendengar ucapanku tidak! Malah bengong!"

Aliana tersadar dari lamunannya ketika Mischa menekan lututnya yang lecet. Dia meringis kecil lalu tertawa.

"Iya-iya, aku dengar. Sudahlah, tidak usah dipikirkan. Besok juga luka-luka ini sembuh," kata Aliana yang tak ingin mengambil pusing tentang apa yang selama ini dia alami.

"Tapi mau sampai kapan kamu seperti ini terus Al?" tanya Mischa prihatin.

"Aku mencintai Denis, Misch. Nanti kalau pengaruh alkoholnya sudah hilang, Denis pasti baik lagi padaku. Dia beginikan jika dia sedang mabuk saja. Sudah ah, aku mau istirahat," Aliana bangkit dari sisi tempat tidur hendak berganti pakaian ke kamar mandi.

Saat sedang mengganti pakaian, tanpa sengaja tatapan Aliana tertuju pada tes pack di dalam tong sampah di kamar mandi. Dia mengambil alat tes kehamilan itu dengan kerutan dikeningnya yang tercetak jelas.

Sekelebat ingatan tentang kejadian satu bulan yang lalu kembali merasuk dalam ingatannya.

Malam di mana sahabatnya Mischa menghabiskan waktunya bersama Xander di tempat tidur.

Aliana tahu segalanya sebab Mischa yang telah menceritakan hal itu padanya.

Tak ada rahasia apapun diantara mereka selama ini, karena hubungan persahabatan mereka terjalin sejak mereka masih duduk di bangku sekolah dasar.

Jika tes pack ini milik Mischa, itu artinya, sahabatnya itu kini tengah hamil anak hasil one night standnya dengan sang pemilik Malik Grup.

Sebab, setahu Aliana, Mischa itu tak pernah menjalin hubungan dengan lelaki manapun sebelum ini.

Jangankan sampai tidur dengan seorang lelaki, bahkan berpacaran pun Mischa tidak pernah.

Komen (13)
goodnovel comment avatar
Puspita Adi Pratiwi
udah tau kandang Macan tpi tetep didekati tanggung resikonya
goodnovel comment avatar
Azlina Ibrahim Lastar
Menarik untuk diikuti.
goodnovel comment avatar
Jessica Jimenez
wowwwwwww!!!!
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status