Share

Terjebak Birahi Pengacara
Terjebak Birahi Pengacara
Penulis: MMZ

1. Pertanyaan Lancang

Daru meluruskan letak dasinya menghadap sebuah kaca besar yang terletak di ujung kamarnya.

Harus simetris dan presisi. Sesuai dengan motto dan kebiasaannya selama ini. Ponselnya sudah sejak tadi bergetar di atas meja nakas. Ibunya memang selalu tak sabar meski ia hanya terlambat semenit dua menit saja turun ke ruang makan.

"Pasti yang kemarin lagi dibahas," gumam Daru meraih ponsel dan tabletnya sekaligus.

Perlahan ia menuruni tangga menuju lobby utama rumahnya. Para pegawai tak satupun kelihatan di sana. Pasti ulah ibunya lagi yang doyan mengomeli pembantu sampai-sampai semua pegawainya selalu mengulang pekerjaan mereka agar terlihat tak bermalas-malasan.

"Kok lama banget turunnya? Mama mau pulang, gak bisa lama-lama nginep di sini terus. Papa kamu sendirian di rumah." Anneke menyorongkan piring berisi dua helai roti yang telah dioleskannya unsalted butter pada Daru.

"Kalau mau pulang, ya pulang aja Ma. Aku dan Bayu gak apa-apa kok," tukas Daru seraya melipat rotinya.

"Makan yang bener," ucap Anneke.

"Bayu mana?" tanya Daru.

"Susah bener bangunin anak itu untuk ke sekolah aja. Terlalu dimanja, anak kamu itu kayak kurang perhatian. Bapaknya diminta nikah lagi, susahnya minta ampun. Sudah bertahun-tahun Ru... Istri kamu udah tenang di sana, kamu harusnya bisa lebih dewasa bersikap. Semua demi anak kamu. Dia perlu seorang wanita sebagai ibu, bukan cuma seorang istri untuk kamu aja." Omelan Anneke yang rasanya sudah ratusan kali didengar Daru kembali terdengar lagi itu.

Seminggu dua kali Anneke memang sengaja menginap di rumah anaknya yang berstatus duda untuk menemani sang cucu yang berusia 12 tahun.

"Aku males sekolah hari ini!" seru Bayu yang tiba-tiba datang dengan wajah cemberut dan menarik kursi di seberang ayahnya.

"Kenapa lagi kamu?" tanya Daru dengan wajah kesal. Anaknya itu benar-benar banyak tingkah belakangan ini.

"Aku dapet surat panggilan orang tua, tapi aku nggak mau Oma atau sekretaris Papa yang dateng. Aku mau Papa yang dateng ke sekolahku dan ngomong ke guru kalo aku gak suka di kelas itu. Aku gak ada temen. Semua temenku di kelas B. Kalo mereka gak mau pindahin aku, aku mau pindah sekolah!" tegas Bayu dengan wajah cemberut.

"Udah berapa kali kamu pindah sekolah? Penyelesaian masalah kamu itu bukan pindah sekolah! Papa gak bisa ke sekolah kamu hari ini, nanti papa minta Tyas yang dateng ke sana beresin masalah kamu. Punya anak satu aja susah banget ngaturnya!" Daru meletakkan sisa rotinya dan memandang tajam pada Bayu.

"Kamu ini kebiasaan, selalu marah-marah! Anak kamu itu butuh perhatian, bukan sekedar uang. Harusnya kamu ngerti itu, makanya Mama nyuruh kamu nikah!" sergah Anneke.

"Daru lagi sibuk Ma, belum sempet mikirin itu. Masih banyak kasus klien yang belum selesai. And actually, I don't need that (Dan sebenarnya, aku tidak butuh itu)"

"Tapi kamu kan sudah sempet ketemu Renya dua kali, masa setelah itu nggak ada kabar lagi tante Sisca juga nanyain ke Mama. Akhir minggu ini kamu dateng deh ke rumah mereka. Ajak jalan kek,makan atau apa. Kamu kan pria dewasa. Masa berduaan dengan wanita nggak ada getaran, apa-apa sama sekali. Aneh kamu ini," omel Anneke lagi.

"Ayo Bay, kali ini papa yang akan datang ke sekolah kamu, cepat ambil tas kamu, kita berangkat sekarang!" Daru bangkit dari duduknya dan mengangguk ke arah Bayu.

"Yes!" seru bocah berusia 12 tahun itu. Bayu langsung melompat dari duduknya dan berlari kembali ke kamarnya yang terletak di dekat ruang keluarga.

"Ma aku berangkat sekarang ya. Harus berangkat lebih awal karena bakal mampir ke sekolahannya Bayu. Entar balik ke rumah, dijemput supir kan? Hati-hati di jalan ya, makasih udah nemenin Bayu dua hari ini." Daru mendekati Anneke dan mengecup pipi wanita itu sekilas.

Daru lebih memilih datang ke sekolah Bayu dan memenuhi permintaan anaknya itu ketimbang mendengarkan ucapan ibunya yang sudah diulang ratusan kali. Soal Renya.

Renya adalah seorang wanita berusia 26 tahun, anak seorang rekan ibunya. Wanita itu telah dua kali keluar makan malam bersama Daru. Ia telah mencium bibir perempuan manis itu pada kencan pertemuan pertama mereka dan rasanya biasa saja buat Daru.

Dan pada kencan kedua ternyata Renya lebih agresif dari yang Daru kira. Wanita itu lebih dulu mencium dan menjalari tangannya di tubuh Daru.

Sebagai laki-laki, tentu saja Daru suka. Tapi seperti pada laki-laki umumnya, hati dan hasrat adalah dua hal yang berlainan.

Meski Daru menyukai saat-saat ibunya yang mendampingi Bayu di rumah, tapi di lain sisi Daru juga merasa tertekan jika terus-terusan berada di dekat ibunya dan dirongrong soal perjodohannya bersama Renya.

Daru merasa ia butuh lebih banyak waktu untuk meyakinkan hatinya. Cintanya pada Nadya belum bisa dikalahkan oleh kehadiran Renya di dekatnya. Getaran itu belum cukup, bahkan bisa dibilang belum ada.

"Nanti papa harus ketemu siapa Bay?" tanya Daru sesaat sebelum mereka tiba di Right Internasional School.

"Ketemu Miss Ella, dia guru BK yang mendampingi lima anak termasuk aku. Supaya Papa nggak malu-maluin di sana, aku kasi info kalo di sekolahku itu, setiap guru menjadi pendamping bagi lima orang murid. Jadi bukan karena aku bermasalah makanya aku dikasih guru pendamping," terang Bayu pada ayahnya yang betul-betul tak pernah menginjakkan kaki di sekolah anaknya selain hari pertama pendaftaran enam tahun yang lalu.

"Oke--oke," potong Daru tak sabar. Mobil yang dikemudikannya telah memasuki sebuah halaman yang seluruhnya ditutupi oleh bata.

"Oke, sekarang papa harus ke mana?" tanya Daru sambil menekan tombol hand break pada dashboard tengah.

"Ikut aku," ujar Bayu langsung membuka pintu mobil dan melompat keluar.

Daru mengikuti langkah Bayu menuju pintu besar mengarah je sebuah lorong yang di sebelahnya terhampar sebuah lapangan berumput yang sangat asri.

Bayu terus berlari dan Daru dengan santai mengikuti langkah kecil anaknya yang tergesa-gesa.

"Ini ruangan Miss Ella, aku aja yang ketuk." Tanpa berkata dua kali Bayu langsung mengetuk pintu di depannya.

"Masuk," sahut suara dari dalam. Mendengar jawaban itu, Bayu menekan handle dan mengayunkan pintu ke arah dalam.

"Miss Ella, ini saya sudah bawa Papa saya. Gimana? Hari ini saya udah bisa langsung pindah ke kelas B kan?" tanya Bayu terburu-buru.

Daru melangkah masuk ruangan dan terlebih dulu mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan itu.

Lalu pandangannya terhenti pada seorang wanita muda yang berada di balik meja. Wanita itu adalah Ella, wanita 20 tahun yang sedang magang di sekolah itu.

"Ehem!" Daru sedikit berdehem untuk memberi isyarat kepada guru BK itu agar segera menoleh kepada mereka yang baru datang.

Kepala wanita itu langsung mendongak menatapnya. Mata wanita itu terlihat membulat seolah bertemu dengan seseorang yang dikenalnya.

"Hmmm... Bayu? Ini..." Ella mengalihkan pandangannya pada Bayu yang telah berdiri di sisi kiri Ella.

"Papaku Miss, gimana? Aku bisa langsung ke kelas B nggak?" Bayu mengulang pertanyaannya. Ella menatap bocah laki-laki itu dengan senyum termanisnya.

Hampir saja ia mengira pria yang baru saja masuk bersama muridnya itu adalah seorang paman yang menemani keponakannya. Orang tua Bayu terkenal karena ketidak-pernah-hadiran mereka di sekolah anaknya.

"Kamu sekarang masuk ke kelas A dulu ya, Miss ngobrol dengan Papa kamu sebentar. Nanti Miss kabari kamu selanjutnya bagaimana. Setuju?" tanya Ella menyodorkan kelingking kanannya ke arah Bayu.

Bayu segera menyambut dengan mengaitkan kelilingnya, "janji jangan lama!" tukas Bayu.

"Aku janji sebagai seorang teman," balas Ella. Bayu tersenyum kemudian berlari ke luar ruangan.

"Silakan duduk Pak--" Menyadari bahwa ia tak mengetahui nama orang tua muridnya, Ella sibuk meraba laci di dekat kaki kanannya untuk mencari berkas kesiswaan.

"Daru," jawab Daru singkat kemudian menarik kursi di seberang meja Ella.

"Pak Daru. Pak Handaru," ulang Ella saat telah berhasil menemukan sebuah map dan membaca isinya. Ia kemudian mendongak dan tersenyum menatap pria di depannya.

"Yup," jawab Daru singkat. Bertele-tele sekali pikirnya. Hal seperti inilah yang membuatnya malas menghadiri acara-acara kesiswaan sejak dulu.

"Bayu mendesak saya agar kembali dipindahkan ke kelas B mengikuti teman-teman lamanya. Padahal maksud sekolah baik, agar dia lebih konsentrasi dalam belajar. Selama ini dia terlalu banyak berbuat iseng jika bersama teman-temannya itu," ujar Ella.

"Lalu?" tanya Daru.

"Bayu kurang perhatian, saya ingin menyarankan agar kedua orangtuanya lebih sering berkomunikasi dengannya. Mungkin untuk hal seperti ini kehadiran ibu Bayu lebih cocok," terang Ella.

"Ibunya sudah meninggal," ujar Daru.

"Maaf... Kalau saya boleh tau, sejak kap--"

"Sudah tiga tahun," jawab Daru. Benar-benar bertele-tele, ia sekarang sedikit menyesal datang ke sekolah itu. Guru perempuan itu sepertinya lebih tertarik dengan urusan pribadi keluarganya saja.

"Baik, kalau begitu saya bisa memasukkan kemungkinan bahwa sikap Bayu selama ini bisa jadi karena ketidakhadiran sosok ibu dalam tumbuh kembangnya."

"Bisa jadi," tukas Daru.

"Tapi apa tidak ada sosok wanita lain yang saat ini bisa menggantikan sosok ibu baginya? Maksud saya bisa saja Bayu mendapatkan perhatian dari wanita itu," ujar Ella.

Ella bisa merasakan kalau orang tua muridnya itu sedang menatapnya tajam. Ia sadar kalau pertanyaannya terlalu lancang, tapi Ella memang penasaran.

Ini tak ada kaitannya dengan soal Bayu, ia benar-benar hanya penasaran. Ayah Bayu yang ternyata duda tampan namun berwajah dingin ini, membuatnya penasaran.

"Selain neneknya, ibu saya, Bayu tak ada dekat dengan wanita lain yang bisa dijadikannya sosok model seorang ibu. Kenapa dengan pertanyaan anda Miss? Apa itu begitu penting? Atau anda sendiri berminat menjadi sosok yang bisa dianggap seorang ibu oleh Bayu?" Daru menatap lurus pada bola mata coklat yang sedang memandang serius padanya.

Tanpa polesan make up tebal, wanita bermulut lancang di hadapannya itu memang bisa dikatakan cantik sekali. Pasti berusia setengah dari usianya sendiri.

Daru sudah sering melihat tatapan serupa yang sedang dilontarkan wanita ini padanya.

Ella, atau siapapun namanya. Anak ingusan yang sedang berlagak menjadi seorang wanita dewasa di depannya pikir Daru.

To Be Continued.....

@juskelapa_

Komen (37)
goodnovel comment avatar
mikaila rustam
guru bk dengan pertanyaan seperti itu masih biasa tdk lancang sama sekali
goodnovel comment avatar
dhea dhea aluna s
okeeeeeeeeeeee
goodnovel comment avatar
Non Ifaku
mampir nih kak...baca karya rekomended
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status