Reiner dan Lauryn duduk saling berhadapan. Di depan mereka terdapat hidangan sarapan yang dibuat oleh koki yang dipekerjakan khusus oleh Reiner.
"Apa yang akan kau lakukan hari ini?" tanya Reiner sembari mengiris sarapannya yang ada di piring. Ia yakin Lauryn pasti akan keluar rumah hari ini.
"Apa aku harus melapor semua kegiatanku padamu." Lauryn membalas tidak senang. Apa tidak cukup bagi Reiner menanamkan chip di tubuhnya saja? Kenapa ia juga harus melapor setiap kegiatannya pada pria itu. Ia merasa lebih buruk dari tahanan.
Ketika ia menerima perintah dari ayahnya, ia tidak harus melapor apa saja yang ia lakukan. Yang terpenting bagi ayahnya hanyalah hasil. Tentang cara, ayahnya tidak peduli.
"Kau milikku, Lauryn. Dan kau harus memberitahuku apapun yang akan kau lakukan ke depannya. Aku hanya berjaga-jaga agar kau tidak melakukan sesuatu di belakangku." Reiner menatap Lauryn tenang. Pria itu terlihat sangat otoriter. Setiap ucapannya tidak menerima bantahan sama sekali.
"Aku tidak akan melarikan diri, Tuan Dominic. Jangan terlalu melewati batasanmu." Lauryn menatap Dominic sengit. Meski ia bicara dengan tenang, tapi kata-katanya menyiratkan perlawanan yang serius.
"Tak ada batasan untukku, Lauryn. Aku memiliki hak sepenuhnya atas dirimu."
Tidak ada gunanya bagi Lauryn berdebat dengan Reiner, karena pada akhirnya ia akan tetap kalah. "Tidak ada yang akan aku lakukan selain membalas dendam pada keluarga William. Aku harap jawaban itu cukup untuk memuaskanmu." Lauryn menjawab dingin.
Reiner memasukan potongan sandwich ke dalam mulutnya, kemudian ia mengunyahnya tanpa mengalihkan pandangan dari Lauryn.
"Itu bagus. Kau memang harus segera membuat perhitungan dengan mereka." Reiner hanya mengomentari ucapan Lauryn.
"Jangan ikut campur dalam urusanku." Lauryn memperingati Reiner.
Reiner menggelengkan kepalanya. "Aku tidak akan melakukannya. Dendammu, milikmu. Kau harus menyelesaikannya sendiri agar kau mendapatkan kepuasan."
Reiner cukup masuk akal untuk Lauryn. Jadi ia tidak menanggapi ucapan Reiner lagi melainkan menyantap hidangan yang ada di depannya.
Usai sarapan Reiner menyerahkan kunci mobil dan sebuah kartu berwarna hitam dilengkapi emas murni pada Lauryn. "Ini milikmu."
Lauryn jelas tahu jenis kartu apa yang diberikan oleh Reiner padanya. Kartu itu bisa membeli apapun dari kondominium hingga kapal pesiar. Hanya orang-orang kelas atas yang memiliki kartu yang terdapat berlian di atasnya itu.
"Aku tidak membutuhkannya." Lauryn menolak. Bukan gayanya menerima kemewahan dari orang lain. Ia juga tidak ingin membeli banyak barang, jadi kartu itu tidak akan berguna sama sekali.
"Apa sulitnya untuk menerima, Lauryn." Lagi-lagi Reiner melemparkan tatapan yang memaksakan Lauryn harus menerima pemberiannya.
Lauryn meraih kartu dan kunci mobil itu pada akhirnya. Setelah ini ia tidak perlu lagi membantah Reiner, karena jelas itu tidak akan bekerja pada pria itu.
"Mulai malam ini kau akan tidur di kamarku. Grace akan menunjukan kamarku di mana." Reiner beralih ke topik lain.
Raut wajah Lauryn berubah. Ia sedikit mengernyit. Reiner mengerti arti ekspresi wajah Lauryn, kemudian ia berkata, "Kau tidak berpikir akan tidur di kamar terpisah denganku, bukan?"
Lauryn diam. Reiner bahkan tahu apa yang ia pikirkan. Mungkin Reiner memiliki indera keenam dan bisa membaca pikirannya.
"Aku bukan sedang menerima kau sebagai pengungsi di rumahku, Lauryn." Reiner menambahkan. "Setiap malam kau harus melayaniku dengan baik, itu adalah harga yang harus kau bayar untuk hutang-hutangmu."
"Kau tahu benar cara memanfaatkan orang lain, Reiner. Kau tidak ada bedanya dengan Alexander William."
Reiner tidak suka Lauryn menyamakannya dengan Alexander yang licik. "Kau salah, Lauryn. Aku tahu cara memperlakukanmu dengan baik, sedangkan Alexander tidak. Dan ya, kau seharusnya bahagia karena bisa menemaniku di ranjang setiap malam. Tidak pernah ada wanita yang seberuntung itu."
"Ah, aku sangat tersanjung kalau begitu." Lauryn membalas dengan acuh tak acuh. Sejujurnya itu bukan keberkahan sama sekali untuknya. Namun, sekali lagi ia tidak punya pilihan untuk menolak. Reiner pemenangnya di sini, dan ia harus mengikuti apa kata pria itu. Begitulah cara ia membayar hutangnya pada Reiner.
Lauryn tahu tipe pria seperti Reiner adalah pria yang mudah bosan. Suatu hari nanti ia pasti akan dibuang oleh pria ini ketika Reiner menemukan mainan yang baru.
Sarapan selesai, sebelum jam 7.30 Reiner telah meninggalkan mansion mewahnya dengan mengendarai mobil Maybach Exelero hitam mengkilap miliknya.
Lauryn meninggalkan meja makan bersama dengan Grace yang akan menunjukan di mana letak kamar Reiner yang berada di lantai dua mansion bergaya eropa itu.
"Nona, ini adalah kamar Tuan Reiner." Grace, wanita berusia empat puluh tahun itu membuka pintu kamar untuk Lauryn.
Selama belasan tahun ia bekerja dengan Reiner baru Lauryn yang diperbolehkan oleh Reiner untuk tidur di kamar itu. Reiner bukan tipe orang yang akan membawa pulang teman-teman tidurnya, ia akan membawa ke kamar hotel lalu meninggalkan wanita-wanita itu sendirian dengan barang-barang mewah atau uang.
"Terima kasih, Nyonya." Lauryn tidak tahu cara memanggil Grace dengan tepat, nyonya seharusnya cukup sopan untuk di dengar.
"Panggil saja saya Grace, Nona Lauryn." Grace merasa tidak enak dipanggil nyonya oleh Lauryn.
"Baiklah, Grace."
"Jika Anda membutuhkan sesuatu Anda bisa memanggil saya melalui intercom."
"Aku mengerti."
"Kalau begitu saya permisi." Grace undur diri. Meninggalkan Lauryn sendirian di kamar berukuran besar dengan nuansa warna gelap yang membuatnya terlihat sangat mewah.
Lauryn melangkah masuk lebih jauh, sebuah pemandangan indah menyita perhatiannya. Kamar Reiner langsung menghadap ke pantai. Benar-benar sebuah pemandangan yang indah.
Kamar itu memiliki dinding kaca yang bisa menjadi pintu penghubung ke balkon.
Seluruh furniturnya modern, berkelas dan dipilih dengan detail yang tepat.
Terdapat ranjang besar berwarna hitam dengan sprei berwarna putih. Di sisi kanan dan kirinya terdapat nakas dengan lampu duduk di atasnya.
Di depan ranjang ada sebuah sofa panjang berwarna senada. Di dinding terdapat televisi berukuran besar. Serta beberapa lukisan yang menghiasi kamar itu.
Lauryn pergi ke ruangan lain yang terhubung dengan kamar itu. Terdapat lemari yang menempel di dinding berisi kemeja dan jas yang tertata rapi sesuai dengan warna pada bagian atas, sedangkan pada bagian bawahnya terdapat berbagai celana yang juga ditata dengan rapi.
Ada juga sebuah lemari khusus tas dan sepatu. Serta di tengah-tengah ruangan itu terdapat dua kabinet yang berisi dasi, jam tangan dan ikat pinggang.
Lauryn melangkah lebih jauh, dan ia menemukan lemari pakaian lain yang berisi gaun pesta, gaun santai, gaun malam, jeans, t-shirt, blazer dan berbagai jenis pakaian lain untuk wanita dari berbagai merk seperti Lv, Chanel, Vercase, DG, Dior, Gucci, Prada, Valention dan lainnya. Dan semuanya adalah baru, masih dengan label harga di pakaian itu. Dan ukuran pakaian itu semuanya sama yang merupakan ukurannya.
Di sebelah kanan lemari itu terdapat lemari lain yang berisi sepatu berbagai jenis. Dari yang tanpa hak sampai ke hak tinggi. Dari sepatu santai hingga ke sepatu pesta.
Di bagian lainnya terdapat tas dan dompet. Terdapat sebuah kabinet lain di sana yang isinya tidak jauh berbeda dengan yang awal Lauryn lihat. Namun, di sana semuanya untuk wanita. Jam tangan, perhiasan, dan berbagai aksesori ada di sana.
Apakah Reiner memindahkan sebuah toko ke dalam ruangan ini?
Apakah semua pakaian dan perhiasan serta barang lainnya yang ada di sana untuknya? Lauryn tidak bisa menjumlahkan berapa harga dari seluruh pakaian yang ada di sana.
Ia yakin jumlahnya akan sangat banyak mengingat semua barang di sana sangat mahal dan hanya bisa dibeli oleh kalangan atas.
Selama ia hidup, ia hanya memiliki beberapa gaun mahal dan perhiasan. Itu ia pakai ketika ia menjalankan misi yang mengharuskannya tampil elegan dan mewah.
Jika Irene yang melihat isi walk in closet ini, Lauryn berani bertaruh Irene pasti akan menjerit seperti wanita gila.
Selesai dari melihat-lihat kamar Reiner, Lauryn pergi keluar dari kediaman Lauryn dan melangkah menuju garasi mobil yang lebih tampak seperti sebuah showroom mobil. Ada puluhan mobil mewah di sana dari berbagai merk. Lamborghini, Porsche, Buggati, Lykan Hypersport, Rolls-Royce, Ferrari, Maybach, Audi serta Mercedes.
Tidak heran jika keluarga Dominic masuk dalam lima orang terkaya di dunia, mereka benar-benar gila dalam membelanjakan uang.
Ia menekan tombol di kunci mobil yang Reiner berikan padanya, dan yang menyala adalah mobil Audi R8 berwarna abu-abu metalik.
Lauryn pikir terlalu mencolok jika ia menggunakan mobil itu. Namun, akan lebih menyulitkan baginya jika ia tidak memiliki kendaraan. Tidak berpikir lebih banyak lagi, Lauryn mengendarai mobil mewah itu. Ia pergi ke tempat persembunyiannya yang hanya diketahui oleh ayahnya saja.
Di sana Lauryn akan memakai mobil miliknya yang meskipun murah tapi sudah dimodifikasi hingga membuat mobil itu menjadi tangkas.
Di tempat tinggalnya, Lauryn juga memiliki berbagai nomor mobil palsu, jadi meski ia menggunakan mobil itu untuk kejahatan, ia tidak akan pernah tertangkap.
Untuk sampai ke tempat itu, ia harus melewati jalanan sepi. Tempat persembunyiannya terletak di tepi kota. Dahulu pasangan tua yang menempati rumah itu, tapi setelah pasangan tua itu tewas, Lauryn memberli rumah itu dari anak mereka.
Lauryn terkejut ketika ia mendapati tempat itu sudah terbakar habis. Bukan hanya itu mobilnya juga terlihat sangat menyedihkan.
Wajah Lauryn terlihat begitu datar meski saat ini emosi memenuhi jiwanya. Ini semua pasti ulah ayahnya.
Ia yakin dengan pemikiran tajam ayahnya, pria itu pasti sudah memusnahkan segala sesuatu yang berhubungan dengannya.
Ayahnya memang tidak akan pernah menyisakan sesuatu yang akan membuat kejahatannya terungkap. Dan pria itu melakukannya dengan baik. Tidak akan ada yang peduli pada rumah tua yang jauh dari penduduk itu. Mereka akan membiarkannya terbakar begitu saja.
Polisi juga tidak akan menemukan apa-apa di sana selain abu dari barang-barang yang sudah terbakar habis.
Sekarang Lauryn harus memulai semuanya dari awal lagi. Semua jerih payah yang ia kumpulkan telah sirna. Ia membeli banyak komputer dan senjata, dan ia simpan di tempat itu.
Dan saat ini tidak ada yang tersisa lagi selain puing-puing.
Inilah kenapa Lauryn tidak ingin memiliki orang-orang yang ia sayangi di sekitarnya, bahkan benda-benda yang ia sayangi tidak luput dari pemusnahan ayahnya.
tbc
Reiner hadir di ruang rapat lima menit sebelum pertemuan di mulai. Ia berjalan ke ruang koferensi diikuti oleh asistennya.Rapat dimulai, Reiner menerima berkas yang diberikan oleh asistennya. Ia membaca berkas itu dari halaman satu hingga ke akhir halaman. Setelah itu ia mendengarkan laporan yang disampaikan oleh eksekutif dari masing-masing depertemen.Selama waktu rapat berjalan, Reiner tidak bersuara. Ia hanya mendengarkan dengan cermat. Hingga akhirnya rapat itu berakhir."Pak Reiner, apakah ada sesuatu yang ingin Anda tambahkan?" tanya asiseten Reiner."Tidak ada." Reiner puas dengan laporan dari petinggi di perusahaannya.Para eksekutif bernapas lega. Syukurlah CEO mereka puas
Kaki Lauryn melangkah meninggalkan restoran ketika ia sudah memastikan Irene menyesap minuman yang sudah ia bubuhkan obat penggugur kandungan.Hanya tingga menunggu beberapa saat lagi maka Irene akan kehilangan janinnya.Ketika Lauryn masuk ke dalam Audi R8 nya, Irene mulai merasa sakit yang teramat pada perutnya. Bahkan gelas yang ia pegang jatuh ke lantai karena rasa sakit yang tidak tertahankan.Wajahnya yang dipoles dengan make up kini tampak pucat. Lorenzo segera berdiri dari tempat duduknya. Ia terlihat sangat cemas. "Sayang, ada apa?" tanya Lorenzo."Perutku sakit." Irene berkata lirih. Keringat dingin muncul dari pori-pori kulitnya."Aku akan membawamu ke rumah sakit." Lorenz
Satu jam berlalu, Reiner telah menyelesaikan rapat melalui video. Pria itu tidak keluar dari ruang kerjanya, ia masih memiliki satu pekerjaan lain.Ponsel Reiner berdering, panggilan dari Luke masuk. Ia segera menjawab telepon dari tangan kanannya itu. Luke memang selalu tepat waktu, ia mengatakan pada Luke untuk memberinya kabar setelah ia menyelesaikan pekerjaannya. Dan pria itu menghubunginya hanya beberapa detik setelah rapat selesai."Tuan, saya sudah memeriksa ke mana saja Nyonya Lauryn pergi. Hari ini Nyonya Lauryn mengunjungi beberapa tempat. Pagi sekali ia mengunjungi sebuah tempat yang sudah terbakar habis, setelah itu ia pergi ke tempat lain dan menyewa tempat itu. Berikutnya Nyonya Lauryn pergi ke tempat penjual komputer di pasar gelap, ia kembali ke tempat yang ia sewa lalu keluar lagi dan pergi ke mall. Di sana Nyonya
Jam lima pagi Lauryn terjaga dari tidurnya. Ia keluar dari kamar dengan pakaian olahraga dan mulai berlari di tepi pantai. Ia sudah lama tidak berolahraga karena harus memulihkan tubuhnya terlebih dahulu.Lauryn sangat mengetahui bahwa kesehatan adalah aset terpenting yang harus dimiliki oleh manusia.Saat Lauryn masih terus berlari, Reiner terjaga dari tidurnya tanpa Lauryn di sisinya. Pria yang bertelanjang dada itu duduk di tepi ranjang setelah beberapa saat mengumpulkan kesadarannya.Reiner meraih ponselnya. Membuka sebuah aplikasi yang menunjukan keberadaan Lauryn. Setelah mendapatkan posisi Lauryn, Reiner melangkah menuju ke balkon dan berdiri di sana.Kedua tangan Reiner berpegangan pada pagar balkon. Mata elangnya yang tajam m
Ponsel Alexander berdering, asistennya segera menyerahkan ponsel itu pada Alexander. "Pak, Presiden menghubungi Anda."Alexander mengerutkan keningnya. Kenapa Presiden negara itu menghubunginya di pagi hari seperti ini? Tidak ingin membuat orang nomor satu di negara itu menunggu lebih lama, Alexander segera menjawab panggilan itu."Selamat pagi, Pak Presiden." Alexander menyapa ramah. Ia tahu Presiden Galleo tidak begitu menyukainya karena ia menggunakan ancaman untuk membuat pria itu menyetujui proyek tower seratus lantai yang akan ia bangun tahun depan."Kau benar-benar pengkhianat, Alexander!" Suara marah terdengar dari seberang sana.Kening Alexander semakin berkerut. "Apa maksud ucapan Anda, Pak Presiden?" Ia benar-benar
Pukul tiga pagi Reiner baru kembali ke rumahnya. Pria itu terlihat lelah, tapi ketika ia melihat Lauryn berada di atas ranjang. Semua rasa lelah itu hilang. Senyum tampak di wajah Reiner. Hatinya menghangat saat ia memandangi Lauryn lebih lama lagi.Ekspresi wajahnya tampak lembut. Sebuah ekspresi yang hanya akan terlihat ketika Reiner memandangi Lauryn.Tidak ingin mengganggu tidur Lauryn, Reiner pergi ke kamar mandi. Pria itu berendam sejenak di air hangat. Setelah beberapa saat ia keluar dengan handuk yang melilit di pinggangnya.Kemudian ia mengenakan t-shirt berwarna putih dipadu dengan celana santai berwarna hitam. Reiner naik ke atas ranjang, ia menarik Lauryn ke dalam pelukannya.Lauryn jelas merasakan kehadiran Reiner. Namun,
"Nyonya, Tuan mengatakan pada Anda untuk bersiap dalam tiga puluh menit. Tuan akan membawa Anda ke suatu tempat." Grace menyampaikan pada Lauryn yang baru saja selesai mandi. Wanita itu tampaknya telah menunggu Lauryn selama beberapa menit.Luaryn mengerti perintah hanya dengan satu kali bicara, ia tidak banyak bertanya pada akhirnya ia akan tahu ke mana Reiner akan membawanya malam ini.Setelah setengah jam, Lauryn keluar dari walk ini closet. Ia mengenakan gaun berwarna hitam dengan potongan dada rendah, pada bagian bawah gaunnya terdapat belahan sampai ke pahanya.Ia mengenakan perhiasan dengan batu permata yang berwarna senada. Rambut indahnya ia sanggul menjadi satu.Ia menuruni anak tangga, dan melihat di bawah Reiner s
Hari-hari berlalu, kasus yang menjerat putra presiden masih menjadi topik utama pemberitaan media. Tiga hari lalu presiden mengumumkan bahwa ia mengundurkan diri dari posisinya.Tidak ada pilihan lain bagi pria itu, kemarahan rakyat harus diredakan. Tidak akan cukup hanya dengan permintaan maaf sang presiden, rakyat menuntut presiden untuk mengundurkan diri.Satu selesai, kini Lauryn mengirimkan bukti kejahatan lain yang melibatkan lima orang yang tergabung dalam satu club.Lauryn berdiri di bawah kamera pengintai, ia melihat ke atas, tapi wajahnya sudah tertutupi masker hitam, serta ia mengenakan topi. Kali ini Lauryn tidak akan menghapus jejaknya.Ia akan membiarkan ayahnya melihat keberadaannya. Ia cukup yakin ayahnya akan mampu me