Share

MELAMAR ATAU DILAMAR?

Semua kaget termasuk XL. Malah Sonia hampir menelan sendok kalau tidak segera dikeluarkan.

"Uhukkks," Dina terbatuk-batuk. Entah keselek apa dia, mungkin biji durian, tapi kan mereka tidak sedang makan durian, oh mungkin keselek bijian nasi. Intinya mereka semua kaget dengan ucapan bapaknya XL.

Mereka semua memandang bibir bapak XL, menanti ucapan yang akan keluar selanjutnya. Namun, bapak hanya tersenyum sok misterius. Tentu saja mereka sangat penasaran.

"Jangan sekate-kate ya, Pak," sergah XL. Matanya mendelik ke atas, mungkin akan terlihat lucu dan menggemaskan bagi yang melihatnya. Ooh, sepede itukah dia? Hihihi.

"Iya, Pak, kalau bawa info itu yang akurat, benarkah Yudha calon suami XL?" tanya Farah sambil mendekati bapak.

"XL?" Bapak mengernyitkan keningnya. Tentu saja dia tidak tahu siapa yang dimaksud.

"Eh ... eh ... Ardhia maksudnya, Pak. Hihihi," jelas Farah sambil tertawa, kemudian menutup mulutnya.

Ardhia melotot memberi kode kepada Farah. Nanti bapaknya marah anak gadis yang begitu cantik dan lucu ini dikasih julukan XL. Anak tersayang yang begitu dibanggakan. Oh iya, XL termasuk pintar di sekolah dulu. Catet!

Farah cuma cengar-cengir tanpa merasa bersalah. Bapak yang sudah dekat dengan teman-teman XL juga tidak begitu mempermasalahkan julukan yang anti mainstream ini. Seumur-umur baru dengar ini, orang dipanggil XL, dan itu anaknya. "Oh ... apesnya nasib Ardhia ini," pikirnya.

"Ayolah, Pak, Bapak berhutang penjelasan kepada kami," rayu Dina.

"Ish, kapan pula Bapak ngutang," jawab bapak XL.

"Ayolah," rengek Dina. Dia memang sok manja.

"Bapak mau makan, waduh enak nih, siapa yang masak?" Bapaknya XL malah mengelak dengan alasan mau makan.

"Farah, ini dia chef kita!" teriak Sonia. Gadis itu menunjuk cewek cantik yang tengah tersenyum jengah.

"Bapak cerita saja, aku yang suapin ya," kelakar Farah sambil menyodorkan piring. Entah dapat ide konyol darimana dia, pake mau nyuapin bapak XL segala.

Akhirnya bapak makan dengan dikelilingi bidadari-bidadari, mereka tidak mau beranjak dari sampingnya sebelum bercerita tentang Yudha. Sumpah, sebenarnya XL juga merasa penasaran. "Bocah tengil itu apa iya suka padanya? Eh ... gimana ... gimana? Bocah tengil? Tahu ah ... Ardhia juga tidak mengerti, mengapa Bapak punya ide extrim itu." XL sibuk bicara dalam hati.

Bapak tenang saja makan, seperti tidak terjadi apa-apa. Padahal Farah sangat geregetan melihat makanan di piring bapak tidak habis-habis. Ingin rasanya dia bantu makan biar cepat habis.

Dina memandang ke atas dan ke bawah setiap suapan bapak. Rupanya topik tentang makhluk yang bernama Yudha itu sangat menarik perhatian mereka. Sebenarnya hati XL lebih penasaran lagi, cuma untuk menjaga imej, dirinya tetap duduk manis sambil merasakan badan yang masih agak lemas.

Selesai makan bapak pindah duduk ke kursi tamu mendekati XL. Farah, Dina dan Sonia membuntuti, lucu melihatnya.

"Seperti itu kali ya, kalau Bapak punya istri tiga," goda XL. "Berjalan beriringan dengan ketiga istrinya, hahahaha," sambungnya sambil tertawa.

"Emang Bapak mau poligamreng?" tanya Dina.

"Boro-boro poligami, satu aja Bapak gak mampu cari," kelakarnya.

"Masa ganteng begini Bapak gak laku, mau aku cariin, Pak?" tanya Farah.

"Ih, dasar teman gak ada akhlak, masa Bapak dikatain gak laku!" protes XL keras.

Mereka malah pada cekikikan, bapak juga tertawa lebar melihat keceriaan teman-teman XL. Mereka kemudian memaksa bapak untuk bercerita tentang pemuda itu.

"Emang Yudha sama Ardhia saling suka ya, Pak?" tanya Farah nakal. Dia mengedipkan mata sebelah kanannya kepada XL.

"Aih, dasar genit ya, kok malah nanya Bapak, aku juga baru kenal tadi siang sama Yudha," tukas XL. Gadis itu melempar bantal kursi ke arah Farah. Gadis itu berkelit dan menghindar memakai gerakan silat.

"Ciaaat ... ciat ... ciat."

Semua tergelak. Perut gadis subur itu berguncang-guncang karena tertawa. Aneh, setelah minum air yang diberikan ibunya, perut XL tidak sakit lagi.

"Sudah ... sudah, mau dengerin cerita Bapak gak?" tanya bapak menengahi.

"Mauuu!" Seperti koor mereka menjawab serempak.

**

"Dulu, Bapak dan ayahnya Yudha berteman baik sejak sekolah sampai sekarang. Dulu kami saling berkelakar, kalau punya anak laki-laki dan perempuan, maka akan kami jodohkan, begitu ceritanya," kata bapak mengakhiri kisahnya.

"Eeh, mengapa aku tidak ditanya dulu, mau apa enggak?" tanya XL. Matanya hampir meloncat dari tempatnya, karena melotot.

"Iya, kenapa Bapak tidak tanya Ardhia dulu?" Farah yang agak-agak tulalit ikut-ikutan bertanya.

Bapak melongo, terheran-heran dengan pertanyan XL. Mungkin dia berpikir, anaknya yang cantik sejagat ini kenapa begitu bego, hihihi ... XL suka melihat ekspresi wajah bapak. Dengan garuk-garuk kepala tak gatal bapak akhirnya berkata, "Loh, Bapak masa sekolah, memang kamu sudah ada?"

"Ahahaha ... hahaha." Mereka pun riuh tertawa.

"Ecieee ... cie, dijodohin ni ye, serasa kembali di zaman Siti Auliya," kata Sonia.

"Siti Nurbaya!" sergah Dina. "Siti Auliya siapa? Perasaan baru denger," imbuhnya.

"Siti Auliya, penulis novel kesayanganku," jelas Farah bangga. Seperti kenal saja lagaknya sama novelis tersebut.

"Apa sih Sonia, sembarangan," sentak XL pura-pura marah. XL menyetel mode cemberut di wajahnya. Eh tapi tidak berhasil membuat nyali mereka ciut, malah tambah cekikikan gak ada habisnya.

"Ihhhh, pipi XL lucu sekali saat cemberut, seperti kue bakpao," kata Farah. Dia mendekati gadis itu, kemudian mencubit pipinya dan mengguncang-guncangkan. XL merasa, memang begitu menggemaskan kata orang-orang sih, hiks. Kepercayaan diri yang hakiki.

"Sudahlah, Bapak mau mandi, itu cuma bercandaan masa lalu, gak usah terlalu dipikirkan," ujar Bapak sambil beranjak.

"Tapi, Ardhia suka, kan?" tanya Sonia meledek XL.

"Tadi siang bukannya aku sudah bilang amit-amit punya suami kayak dia, tidak punya sopan santun terhadap wanita," debat XL kepada Sonia.

"Benar itu, dia tengil ... tapiii ganteng!" seru Farah. Mungkin dia masih memendam kesal di hatinya, gara-gara dicuekin saat mau kenalan.

"Dilarang naksir, sudah ada yang punya, yee," ledek Dina ditujukan kepada XL.

Ardhia tidak berkutik menghadapi teman-teman yang super gokil ini. Setiap dilawan dengan kata-kata, seperti senjata makan tuan, kata-kata itu mereka kembalikan lagi kepada XL. Tidak lupa pakai bumbu penyedap untuk menyerangnya, juga derai tawa di akhir kalimat.

Xl berpikir untuk mencoba mengalihkan perhatian mereka, supaya berhenti dengan topik terupdate ini, Yudha. Apa ya? Oh ya, ahaa ... tring! Ide cemerlang masuk ke dalam otaknya.

"Besok aku mau melamar pekerjaan," sela Xl tiba-tiba ditengah cekikikan mereka yang seperti kuntilanak.

"What ... melamar kerja, gak salah? Berdiri saja masih limbung, apalagi kerja!" seru Dina. Dia paling cerewet memang terhadap gadis tersebut..

Mereka terdiam sambil memandang XL. Yes, XL bersorak dalam hati berhasil mengalihkan dunia, eh ... topik pembicaraan. Bosan gadis itu mendengar ledekan mereka tentang perjodohan yang absurd ini.

"Iya, aku mau bekerja, tidak usah kuliah, kasihan Bapak," papar gadis gendut itu.

"Tunggu pulih dulu kesehatanmu, kan?" tanya Sonia.

"Ya, iyalah, masa ya iya dong, hihihi," jawab XL senang. "Berhasil ngeprank kalian ternyata rasanya anjay suranjay, seperti odading Mang Oleh ... bahagia beut," sambungnya sambil tertawa jahil.

"XL!" Mereka berseru serempak sambil berusaha menyiksanya, ada yang menggelitik, ada yang mencubit pipi, ada yang mengacak rambut ... duh benar-benar songong mereka itu.

Menjelang malam mereka pulang setelah berjanji besok akan datang menengok lagi. Bahagia rasanya punya teman-teman yang begitu perhatian. Mereka kemudian menghilang di balik pintu, meninggalkan XL sendirian dengan lamunanku tentang Yudha.

Eh ... apa ... apa? Lamunan tentang Yudha?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status