Share

CALON SUAMI?

Penulis: Siti Auliya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-22 14:43:47

Tok tok tok.

Suara ketukan halus di pintu itu terdengar lagi. Terasa horor sekali karena hari sudah lewat tengah malam. Tanpa menunggu ada yang membukakan pintu, pintu didorong dari luar karena pintu memang tidak dikunci. Seraut wajah ayu dengan baju putih menyembul dari balik pintu.

"Permisi … cek malam, Mbak," kata seorang suster. Dia mengecek infusan dan memberi XL sebutir pil.

Ahh ... ternyata perawat yang jaga malam. Terlihat Farah dan Dina mengempaskan napas, begitupun XL, mereka mengira hantu yang ingin mengganggu karena menurut yang mereka dengar, makhluk seperti itu banyak terdapat di rumah sakit.

Dina menutup pintu setelah perawat itu keluar, lantas mengelus dada, mungkin merasa lega, karena bukan suster ngesot yang muncul.

"Untung perawat beneran, coba kalau seperti yang di film-film mati berdiri aku, Rek," kata Dina, logat Surabayanya nongol.

"Dikira memang apa?" tanya XL.

"Ya seperti di film suster ngesot lah, suster melayang, tiren atau dokter padahal hantu, tapi dokter kan ganteng-ganteng, ya?" Dina balik bertanya. Otaknya memikirkan sesuatu yang seru jika ada sosok dokter hantu.

"Percuma ganteng kalau hantu," sergah Farah.

"Sudah jangan pada ngoceh terus, tidur ... tidur!" ajak Xl.

"Ayo," ujar mereka serempak.

Tetap saja masih terdengar tawa mereka, entah apa yang lucu. Mereka kadang memang keterlaluan, melihat cicak kejar-kejaran saja mereka akan punya cerita yang membuat terpingkal-pingkal. "Tuh, seperti begitu bila mantan ngajak balikan tidak mau, kejar terus sampai dapat, seperti cicak-cicak di dinding," kata mereka.

**

"Selamat pagi, everybody!" Satu seruan lembut membuat XL bangun. "Bangun ... bangun teman-teman, aku bawakan sarapan special," katanya lagi sambil mengacungkan kantung kresek putih.

"Sonia, kapan datang?" sapa XL basa-basi.

"Baru saja, tapi aku tak bawa apa-apa untukmu, takut salah lagi seperti kemarin, makanan kamu nunggu dari rumah sakit aja, ini buat Farah sama Dina sudah aku belikan bubur ayam langganan kita," kata Sonia.

"Ini baru namanya teman," ujar Farah sambil mendekat. "Amboi wanginya, sambelnya mantap, sedikit saja pedesnya nampol," sambungnya.

Mendengar kata sambel, rasanya air liur XL terbit. Gadis itu adalah penyuka rasa pedas sejati. Lemas rasanya kalau gak makan racikan ajaib itu sehari saja.

"XL mana boleh makan ini, wow maknyus nih," kata Dina sambil mengambil bubur. "Tim diaduk sama tim tidak diaduk, yu balapan makannya!" seru Sonia.

"Hihihi, siapa takut," balas Farah.

"Tidak akan aku kasih resep gemuk, tahu rasa," ancam XL kepada Sonia.

Dulu Sonia memang ingin berteman dengan XL karena badannya yang subur itu. Sonia yang kerempeng putus asa, bagaimana caranya menambah berat badan walau cuma satu kilogram. Mungkin berteman dengan XL lemak-lemak yang ada di tubuhnya bisa pindah kepadanya sedikit. Padahal kalau bisa, mau dipindahin semua juga XL tidak keberatan. Dasar, makhluk yang berteman dengan XL unik-unik semua, edisi terbatas tidak ada lagi.

XL memandangi mereka yang sedang sarapan dengan nikmat. Mulut mereka mendesis-desis kepedasan. Terkadang mereka sengaja biar gadis itu ngiler.

“Memang brengsek,” maki XL dalam hati. Dia hanya memandangi teman-temannya yang sedang menikmati sarapannya.

Tiba-tiba HP XL berdering, ternyata bapaknya yang menelpon.

"Ada teman-teman, Pak, ya sudah tidak apa-apa. Oh iya, nanti siang ya ... iya sore pulang." XL menjawab pertanyaan-pertanyaan bapaknya.

Teman-temannya menatap penuh rasa ingin tahu. XL menjelaskan nanti akan ada teman bapaknya yang datang beserta keluarga.

"Beres-beres, yu, siapa tahu ada perjaka ganteng yang ikut menjenguk Xl," kata Farah sambil membereskan ruangan. Dina dan Sonia ikut membersihkan sampah-sampah bekas makanan mereka.

Siang hari, teman bapak XL akhirnya datang juga, Pak Seno namanya. Dia datang bersama istri dan anak sulungnya, Yudha. Istrinya cantik tetapi nampak agak judes.

"Apa kabar, Ardhia?" sapa Pak Seno.

XL berbasa-basi dengan Pak Seno yang nampak sangat bijaksana. Istrinya mencuri-curi pandang melihat XL, gadis itu tidak mengerti mengapa dirinya begitu diperhatikan istri Pak Seno, mengapa dia tidak ramah padanya.

Yudha nampak sok cool di depan teman-teman XL. Sepertinya dia tahu sekali bagaimana harus bersikap di depan cewek-cewek. Teman-teman XL seperti salah tingkah. Mereka memang ganjen, melihat yang ganteng-ganteng sedikit saja, matanya langsung hijau.

Farah mendekati XL pura-pura membenarkan letak selang infus. Dia melirik Yudha dengan malu-malu.

“Ish cari perhatian amat dia,” rutuk XL dalam hati.

Yudha yang mengerti dengan sikap Farah, mengulurkan tangannya kepada XL, mengajaknya salaman. Entah apa maksudnya, mengapa tidak dari tadi.

“Oh, Tuhan … tangannya halus sekali!' jerit XL dalam hati. “Bodo amat aku menjerit, kek, melolong kek, kan dalam hati tidak ada yang mendengar,” batinnya XL

"Anak teman Ayah, cantik juga, tetapi sayang gendut," kata Yudha tanpa tedeng aling-aling. Sialan, sudah muji-muji tapi ujung-ujungnya menyakitkan, seperti diangkat, kemudian diempaskan, sakit tahu. Seperti terbang eh ketemu baling-baling helikopter, kan asem banget rasanya. Ingin rasanya XL menonjok bibir tajamnya itu.

Farah menahan malu juga sepertinya, mau cari perhatian tapi gagal. Mukanya merah merona. Dina dan Sonia menutup mulutnya menahan tawa, kemudian pura-pura memandang keluar.

Setelah mereka pulang teman-teman XL mengelilingi gadis itu, mereka antusias sekali bertanya mengenai Yudha.

"Ciee, yang punya temen ganteng, diem-diem saja nih," ledek Dina.

"Ganteng sih ganteng, tapi tengil," imbuh Farah. Rupanya dia masih merasa kesal tadi dicuekin.

"Dia bukan temanku, dia anak teman bapak. Sorry mory rasa strawberry gue temenan sama orang kayak gitu, amit-amit, apa tadi dia bilang? Gendut ... heh, sekali pelintir juga tangan dia patah!" seru XL berapi-api. "Emosi aku dikatain gendut, walau kenyataannya iya, tapi ya gak usah disebutkan juga kali," imbuh XL masih geram.

"Sabar ... sabar, jangan esmosi dong!" kata Sonia. Hanya dia yang nampak tidak tertarik dengan Yudha.

"Secara penampilan Yudha memang keren, tapi minim akhlak. Masa tadi aja ia tidak menyapa sahabat-sahabatmu, XL. Ibunya tampaknya juga judes , ya?" Farah mulai berghibah minta pendapat tentang Yudha.

"Betul itu, masa dari tadi cuma plarak-plirik doang. Basa-basi kek, siapa tahu jadi menantu ... hihihi," kata Dina sambil mengerling nakal ke arah Farah. Dia cekikikan sendiri.

"Ngeledek nih," cetus Farah sambil cemberut. Rupanya gadis itu pura-pura tersinggung.

"Kalau aku nih, ogah amat punya suami macam Yudha. Ogah pokoknya!" tegas XL sambil bergidik. Baru kenal saja sudah berani membully, apalagi sudah menjadi pacar.

"Karma nanti, siapa tahu itu jodohmu," cetus Farah.

Obrolan mereka terhenti saat perawat datang memberitahukan sudah saatnya pulang. Setelah semua administrasi beres, mereka pulang naik taksi. Bersyukurlah XL punya teman-teman yang selalu siap membantu. Mereka juga sigap membereskan rumah yang berantakan sejak XL sakit. Sebentar lagi bapak XL pulang dari kantornya.

"Farah, masak gih! Aku kan sudah beberes rumah, berkongsi lah … lapar nih kita!" suruh Dina.

"Oke, Boss," ujar Farah sambil memberi hormat.

Mereka makan dengan apa yang dimasak Farah, pintar masak juga dia. Rupanya mereka juga sudah melupakan topik pembicaraan tentang Yudha.

Topik mereka berubah tentang melamar pekerjaan setelah sembuh nanti.

"Rencana mau melamar kerja ke mana kau, XL?" tanya Sonia.

"Pabrik elektronik dekat sini saja, biar tidak ada transport cukup jalan kaki," jawab XL. Tampak dia antusias, dirinya memang sudah bertekad untuk meringankan beban bapaknya setelah lulus sekolah.

"Sudahlah gak usah ngelamar-ngelamar kerjaan, nunggu dilamar saja," sela bapak XLtiba-tiba. Rupanya dia sudah pulang kerja diam-diam.

"Apaan sih Bapak ini, kayak aku sudah punya calon suami saja," kata Xl sambil tersipu. Mukanya merah merona, gadis itu malu digoda-godain seperti itu.

"Lho, yang tadi itu, dia calon suamimu." Ucapan bapak XL yang perlahan terdengar seperti petir yang mengagetkan.

"Apa?" Semua berteriak kaget.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 36. PERJANJIAN

    Mendengar keributan yang terjadi antara Yudha dengan ibunya membuat Ardhia bangun. Dia mengendap-ngendap keluar dari kamarnya dan mendengar percakapan mereka.Ardhia sedih mendengar kata-kata mamanya alias mertuanya, tidak menyangka sebegitu bencinya mertuanya itu kepadanya.Masih beruntung Yudha membelanya walau tidak sepenuhnya. Ardhia dengan cepat balik lagi ke kamar setelah mendengar Yudha menaiki tangga. Namun, masih terdengar olehnya Wina mengumpat Yudha“Astaga Ibu macam apa seperti itu. Kamu beruntung Nak, mempunyai Ibu seperti aku. Ibu tidak akan berlaku seperti itu kepadamu, kamu baik-baik, ya di dalam perut Ibu,” bisik Ardhia sambil mengusap perutnya.Ardhia memasang telinganya baik-baik, mendengar ada suara mendatangi kamarnya. “Apakah itu Yudha?” tanyanya dalam hati. “Mau apa dia ke sini? Sial pintunya belum dikunci lagi tadi,” gumam Ardhia sambil membetulkan selimutnya, pura-pura tertidur pulasKlotak! Terdengar pintu dibuka, Yudha melongokkan kepalanya ke kamar Ardhia

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 35. HAMIL ANAK SIAPA?

    Hari demi hari dijalani Ardhia dengan bimbang. Sementara Yudha belum berubah dan Wina bertambah tidak menyukainya. Hanya Seno yang selalu memperhatikannya dan itu membuat Wina cemburu.“Papa … Mama nggak suka ya, kalau Papa terlalu memperhatikan Ardhia! Apakah Papa suka sama dia?” tanya Wina tanpa tedeng aling-aling. Tentu saja Seno terkejut mendapat pertanyaan dari Wina seperti itu. Matanya melotot, hampir melompat dari tempatnya.“Suka bagaimana? Fari dulu juga Papa suka sama Ardhia. Makanya dia Papa jadikan menantu, aneh-aneh aja,” jawab Seno sambil memandang istrinya tajam. Tidak suka sama sekali dengan ucapan istrinya.“Maksud Mama bukan itu. Papa suka sama dia?” tanya Wina lagi semakin kurang ajar. Wanita itu memandang penulis selidik.“Jaga ucapanu! Mama tidak pantas berbicara seperti itu. Ardhia itu menantuku dan dia sekarang sedang mengandung anak Yudha!” ujar Seno keras karena emosi. Dia keceplosan dan berbicara tentang kehamilan Ardhia.“Apa hamil? tanya Wina gak kalah kag

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 34. DIKETAHUI SENO

    Perlahan-lahan tangan keriput itu menyentuh perut Ardhia, rupanya butuh tenaga ekstra agar bisa mendapatkan apa yang dimaksud. Soalnya perut ardia sedikit gendut walaupun dia sudah berkurang beberapa kilogram tapi perutnya masih besar.Dengan harap-harap cemas Ardhia memegang perut dan tangan nenek parah. Dia terkikik sendiri.“Kamu diam tangannya! Jangan dipegang tangan Nenek,” ujar nenek sambil tersenyum. Dia maklum jika Ardhia belum pernah diurut.“Geli Nek … geli, hihi hihihi,” kata ardia sambil cekikikan lagi. Dia merasa tidak tahan saat tangan neneknya Farah menjelajahi perutnya.“Tahan sedikit, kamu mau tahu nggak, hamil atau tidaknya?” tanya neneknya Farah. Tangannya tetap menelusuri perut Ardhia yang sudah licin berminyak. Tiba-tiba nenek itu terdiam saat merasakan sesuatu, ditekannya lagi berkali-kali untuk memastikan perasaannya.Farah tahu apa yang ditemukan neneknya itu, dia memandang tegang ke arah neneknya. Ardhia juga memandang ke wajah nenek dan Farah dengan bingung

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab. 33 ALTERNATIF

    Ardia dan Farah duduk menghadapi masing-masing semangkuk mie ayam. Ardhia menunduk setelah mendengar perkataan dokter tadi.“Negatif.”Kata-kata dokter tadi membuatnya sedikit kecewa. Sesungguhnya dia berharap keajaiban terjadi. Dia ingin hamil dan mengandung anak Yudha. Seandainya mereka pisah nanti ada kesibukan mengurus anak.“Baguslah kamu nggak hamil,” kata Farah. Dia melihat ke arah sahabatnya itu, hatinya ikut merasakan sakit mendengar penuturan Ardhia yang tidak diperbolehkan mertuanya untuk satu kamar dengan Yuda.“Eh buset, harusnya aku hamil ini,” tukas Ardhia sambil mengaduk-aduk mie.“Lho, gimana sih, tadi katanya masih perawan, hamil anak siapa jadinya?” Ardhia tertawa mendengar perkataan sahabatnya itu. Kelebihan Ardhia adalah, mampu menyembunyikan rasa sakit dalam senyuman.“Tapi kok aku seperti orang hamil, ya? Ini aja mual-mual tiap pagi. Sebenarnya aku punya rahasia, tapi ini cuma kamu dan aku saja ya.” Ardhia berbisik sambil memandang Farah.Terlihat keraguan dari

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 32. HAMIL

    Esok harinya mereka pulang kembali ke Jakarta. Wina masih tetap ketakutan dengan boneka hantu tersebut, dirinya tetap mengira jika kamar Ardhia ada hantunya.“Pokoknya aku mau pulang hari ini,” kata Wina. Dia membereskan kopernya, tanpa jalan-jalan ke pantai ataupun belanja oleh-oleh. Pokoknya harus pulang hari ini, begitu pikirnya“Ya, udah Mama saja yang pulang. Aku masih seminggu di sini,” kata Ardhia dia tidak mau mengikuti kata mertuanya itu. “Salah sendiri ikut-ikutan bulan madu, pengantin juga bukan,” pikir Ardhia.“Ya udah, kalau kita mau pulang,” kata Seno. “Biarkan Yudha dan Ardhia tetap di sini.”“Tidak bisa … tidak bisa, Yudha harus pulang juga. Ardhia cepat bereskan bajumu!” suruh mertuanya itu.Ardhia memanyunkan bibirnya, dia kesal dengan campur tangan mertuanya itu. Urusannya apa dia ikut-ikutan ke Bali. “Huh ngapain, sih? Dia sekarang ngerecokin lagi. Sudah jauh-jauh malah ikut-ikutan datang ke sini. Bulan maduku jadi gagal,” gerutu Ardhia dalam hati. Kemarin digang

  • XL, Kubalas Bullyanmu Saat Aku Langsing    Bab 31. BIKIN KAPOK MERTUA

    Ardhia yang tengah tertidur pulas terganggu dengan dinyalakannya lampu oleh Seno. Dia terkejut saat bapak mertuanya ada di kamarnya. Tidak sadar kapan masuknya. “Papa sedang apa?” tanya Ardhia. Gadis itu cepat bangkit dari tidurnya. Merasa curiga dengan mertuanya diam-diam dirinya memeriksa tubuhnya. Tidak ada yang mencurigakan.“Mamamu bilang ada boneka hantu di sini?” kata Seno. Terbungkuk-bungkuk lelaki itu mencari boneka yang dimaksud.“Mana ada boneka hantu … tidak ada,” kata Ardhia. “Ayo lihat, kita periksa bareng-bareng!” ajak Ardhia sambil berdiri. Wanita itu mengawasi sekitar, tidak terlihat ada yang aneh dan mencurigakan“Dasar mamakmu, ada-ada saja,” sahut Seno kesal. Lelaki itu juga mencari-cari tidak ada boneka apalagi boneka hantuTidak lama kemudian datang Yudha bersama Wina, rupanya pemuda itu terganggu tidurnya karena kegaduhan mereka.“Ada apa sih selalu ribut-ribut … dari tadi ribut sekarang ribut,” gerutu Yudha. “Mama kamu nih, selalu bikin onar, sekarang dia bi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status