Yudha yang tengah bersuka cita dengan rencananya akhirnya tertidur dengan pulas. Pemuda itu tersenyum dalam tidurnya, rupanya dia tengah bermimpi indah. Namun, mimpinya harus terputus saat terasa olehnya ada sebuah keanehan.Yudha kaget saat menyibak selimut. Lelaki itu mendapatkan wajah Nissa di sana. Wajahnya pucat pasi, tubuhnya gemetar. Dia bangkit dan mundur ke arah pintu.Duk!Rasa sakit menjalari punggungnya yang membentur dinding dengan keras."Nissa! Berhenti menghantuiku, mengapa kamu tiba-tiba berada di kamarku?" bentak Yudha. Dia melihat jika tubuh di hadapannya melayang seperti hantu."Aaah." Terdengar erangan dari arah tubuh tersebut, lalu berbaring di tempat tidur dan berselimut.Yudha terkejut, dia juga mengkhawatirkan Nissa. "Ini hantu atau Nissa beneran?" Pemuda itu berpaling ke arah pintu yang tetap tertutup."Nissa … Nissa!" teriak Yudha. Dia semakin khawatir gadis itu tidak bangun juga. Matanya kini tertuju ke arah divan. "Eemhh!"Suara erangan terdengar lagi dari
Yudha terpaksa meninggalkan Nissa. Dia harus bekerja, bisa-bisa dicoret dari kartu keluarga jika dirinya malas-malasan. "Tanda-tangan ini!" suruh Seno begitu anaknya itu muncul. Tentu saja Yudha terperangah, tidak menyangka jika ayahnya sudah menunggu di ruang tamu. Sepagi ini mereka sudah mempersiapkan surat-surat syarat untuk pengambil-alihan perusahaan."Apa ini?" tanya Yudha tidak mengerti. Bukankah dirinya sudah tahu perjanjian itu. Mengapa ayahnya seperti mau mengubah isi perjanjian.Yudha melihat ibunya cemberut di sampingnya ayahnya. Sudah dipastikan ada yang aneh dengan perjanjian baru tersebut."Ada apa, Bu?" tanya Yudha. Pemuda itu memandang ibunya minta penjelasan. "Gak tahu tuh, Ayahmu," sahut ibunya menggerutu. Tidak habis pikir dia dengan pikiran suaminya. Kesal dia jadinya.Yudha duduk dan membaca isi perjanjian. Dia terkejut karena dalam perjanjian disebutkan, jika bercerai dengan Ardhia segala isinya akan batal. Hancur sudah apa yang sudah direncanakan olehnya dan
Setelah semalaman mendapatkan teror dari hantu. Nissa merasa trauma tinggal sendiri di apartemennya. Mengharapkan Yudha datang sudah tidak mungkin. Baru tadi pagi laki-laki itu pulang ke rumahnya. Gadis itu tercenung memikirkan siapa kira-kiranya yang bisa menemaninya hari ini. Ini hari Minggu, semua orang sedang menikmati akhir pekan."Arini … ya, aku harus memanggilnya ke sini." Tiba-tiba Nissa dapat ide cemerlang. Sudah lama dirinya tidak bertemu sahabatnya itu.Mereka bertemu, melepas kangen setelah lama tidak bersua. Banyak cerita mengalir saling bergantian. Nissa dengan kisah yang baru dialaminya sedangkan Arini dengan kisah masa kecilnya.Arini menghela napas sebentar. Terlihat gadis itu ragu-ragu, sejenak melihat ke mata gadis di depannya–Nissa. Ini adalah rahasia besar, tidak baik jika sampai tersebar. Arini adalah temannya Nissa, baru saja Nissa bercerita tentang dirinya yang melabrak Ardhia."Cerita saja, aman rahasiamu!" ujar Nissa meyakinkan Arini. Sahabatnya itu mengangg
Arini melajukan motornya ke arah rumah Nissa. Namun, kali ini tidak seperti biasanya. Semakin jauh semakin dia tidak paham dengan jalan yang dilaluinya."Arini, ini bukan jalan menuju rumahku!" Tiba-tiba Nissa berseru. Dirinya melihat banyak pohon-pohon besar di sisi jalan."Aku juga memikirkan hal yang sama." Arini berkata sambil menghentikan motornya. Dia memandang jalanan di depannya.Rasa takut menguasai mereka berdua. Tentu ini adalah bagian dari hantu itu. Sebelum Nissa meneror XL tidak pernah ada kejadian seperti ini. Nissa hidup dengan tenang tanpa rasa ketakutan. Dia dan Yudha asyik mengumbar dosa berpacaran.Setelah Nissa berulah terhadap Ardhia, barulah kini terasa karma buruknya. Hidup Nissa tidak tenang karena dikejar-kejar hantu. Jika malam tiba, dia akan melewatinya dengan ketakutan sampai pagi menjelang. Gadis itu tidak mengerti hantu siapa itu sebenarnya. Menyesal dirinya sudah menyakiti hati Ardhia."Ini jalan menuju ke mana Arini?" tanya Nissa. Dia bingung sendiri
XL, Sonia dan Farah mengelilingi Dina yang katanya punya ide. Entah ide apa karena dilihat dari wajahnya sepertinya dia serius."Hibur aku dulu, dong. Hihihi," kata Dina tiba-tiba. Dia cekikikan sambil dilihatin oleh teman-temannya yang heran."Idih dasar kurang sesetrip, ya!" jawab XL sambil menyilangkan telunjuknya di jidat. "Cepat katakan, ide apa yang ada di otakmu yang nyeleneh itu!" suruh Farah. Rupanya dia juga tidak sabar ingin mendengarkan ide untuk ngerjain Nissa."Binatang apa yang bisa terbang?" Tanpa memperdulikan teman-temannya Dina tetap dengan kebiasannya main tebak-tebakan."Aku tahu," jawab Farah kesal. "Apa?" tanya Dina antusias. Dia sudah cekikikan sebelum Farah menjawab."Kucing!" seru Farah. Perkataannya disambut gelak tawa teman-temannya."Ahaha hahaha hahaha." Dina paling keras tertawanya. Merasa lucu dengan jawaban Farah."Aku tahu … aku tahu!" teriak Sonia. Sebelum menjawab dia juga terkikik geli. Teman-temannya menjadi curiga, mereka menunggu jawaban Sonia
Sebelum pernikahan, Wina meminta bicara secara pribadi dengan XL. Dia ingin mencurahkan isi hatinya pada gadis itu. Berani sekali XL menghancurkan semua harapannya untuk memiliki menantu idaman yang langsing dan pintar.Ardhia alias XL datang memenuhi undangan calon mertuanya itu. Mereka sekarang duduk di ruang tamu milik keluarga Seno.Mata gadis itu tidak berkedip melihat segala kemewahan di depan matanya. Tidak menyangka jika mereka, keluarga calon suaminya sekaya itu.“Silahkan, Nona! Diminum tehnya!” suruh pelayan sambil meletakkan secangkir teh di hadapan Ardhia.“Makasih, Bi.” Ardhia tersenyum kepada pelayan tersebut. Pelayan itu senang karena Ardhia ramah padanya.“Eeeh … tunggu … tunggu!” Tiba-tiba Wina datang dan menahan pelayan tersebut. Ardhia kaget, gadis itu memandang calon mertuanya lalu menunduk. Keringat yang selalu saja muncul di area dahinya hampir meluncur jatuh ke lantai keramik yang sangat bersih. Buru-buru gadis itu menyeka dengan tisu yang sudah lusuh. “Ya, N
Pesta berakhir tepat tengah malam. Yudha membawa Ardhia pulang ke rumah orangtuanya. Sebelum besoknya berangkat bulan madu ke Bali.“Ah … lega. Korset ini hampir membunuhku. Sesak sekali napasku.” Ardhia mengeluh sambil melucuti semua pakaian pengantinnya.“Hei … mengapa di depanku?” tanya Yudha tidak suka. Rupanya tubuh gendut Ardhia tidak memancing gairahnya. “Lho, kan sudah halal, kita suami istri, kan?” tanya Ardhia heran. Mendengar perkataan Yudha musnah sudah cerita indah tentang malam pertama.“Iya, kita … kita suami istri, tapi kan belum saatnya mesra-mesraan. Besok saja saat bulan madu.” Dengan agak gugup Yudha menjawab.“Ya sudah.” Ardhia menyetujuinya, lagian dia juga merasa malu jika harus keramas pagi-pagi di rumah mertua. “Tapi rambutku juga rasanya lengket jika tidak keramas,” pikirnya Ardhia masih berkutat dengan baju pengantinnya. Yudha tidak menolongnya, dia malah asyik memainkan HP. “Nissa sedang apa, ya?” pikir Yudha. Dia ingin sekali menelpon kekasih yang sudah
“Buketnya yang spesial, ya!” kata Yudha di telpon. Wina tertegun sejenak, dia mengintip Yudha yang sedang berbicara dari balik tembok. Setelah tahu rencana Yudha timbul ide cemerlang di benaknya. Cepat-cepat dia menghubungi Nissa, calon menantu idamannya.“Baik Tante.” Lega sekali rasanya setelah mendengar Nissa setuju dengan rencananya.Wina dan Nissa membicarakan rencana mereka di telpon. Wina menjelaskan rencananya kepada Nissa, bahwa dia ingin memberikan sebuah buket bunga yang spesial kepada Yudha. Buket itu akan dibuat dalam bentuk yang unik dan menarik, tentu saja sebagai suprise. Walau itu adalah pesanan Yudha sendiri.“Besok pagi-pagi pergilah ke salon, semuanya sudah disiapkan, Ok,Sayang?” Wina menutup teleponnya setelah memberitahukan rencananya dengan detail kepada Nissa.Di kamarnya, Nissa senyum-senyum sendiri. Hatinya yang patah perlahan-lahan mulai ada lagi harapan untuk kembali lagi kepada Yudha. Besok akan dibisikkan kata-kata yang akan membuat gadis gendut itu mund