Share

MEMPRIHATINKAN

Tadi, seusai subuh Bapak dan Ibu berangkat. Mereka dijemput oleh tim penyelenggara, jadi kami tak ada yang mengantar.

Setelah mereka berangkat, Mas Damar membersihkan halaman belakang rumah. Mencabuti rerumputan yang mulai tumbuh.

Tanpa di minta, aku membawakan secangkir kopi dan kue bolu sisa semalam.

“Istirahat dulu, Mas.” Aku meletakkan minuman di atas tunggul kayu yang menyerupai meja.

“Iya.” Mas Damar mendekat, duduk di atas batang kayu lalu mengambil cangkir dan menyeruput isinya.

“Pahit banget kopinya, Dek!” ucap Mas Damar.

“Masa sih, Mas?” tanyaku tak percaya.

“Iya. Coba saja sendiri!” perintahnya.

Aku mengambil cangkir itu lalu mencicipi sedikit. Memang benar agak pahit, tapi bukannya selera Mas Damar seperti ini?

“Biasanya juga kayak gini rasanya,” protesku.

“Iya, tapi biasanya aku minum sambil lihat senyummu, tapi sekarang kamu murung begitu,” jawab suamiku.

“Terus apa hubungannya sama kopi?” tanyaku bingung.

“Senyum kamu,” sahutnya memasang wajah serius.

“Senyu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status