"Ne!"
"Ada apa?""Temanmu masih lama?" Aeris meremas kesepuluh jemari tangannya yang terasa dingin karena mulai merasa tidak nyaman. Dia ingin pulang.Anne melihat benda mungil bertali yang melingkari pergelangan tangan kirinya. "Tunggu sebentar lagi."Aeris mengembuskan napas panjang. Mau tidak mau dia harus menunggu teman Anne datang karena tidak tahu jalan pulang.Tidak lama kemudian ada dua orang laki-laki datang menghampiri mereka. Kedua mata Anne seketika berbinar melihat lelaki yang berdiri di depannya."Liam?""Yes, I'm Liam." Lelaki bernama Liam itu mengulurkan tangan kanannya yang disambut ramah oleh Anne. "Aku membawa seorang teman untuk menemaniku datang ke sini.""Aku, Daniel." Teman Liam tersebut memperkenalkan diri."Who is she?" tanya Liam saat melihat Aeris."Dia temanku, Aeris." Anne pun memperkenalkan Aeris pada Liam dan Daniel."She is so pretty," puji Liam.Aeris tersenyum kaku mendengar pujian Liam untuknya."And sexy," imbuh Daniel menatap Aeris seperti singa kelaparan yang bertemu dengan mangsanya.Aeris merasa tidak nyaman karena Daniel menatapnya dengan penuh minat seolah-olah ingin menelanjangi tubuhnya."Bagaimana kalau kita berdansa?"Dengan senang hati." Anne menyambut uluran tangan Liam dan pergi ke lantai dansa. Mereka begitu asyik menikmati musik yang dimainkan DJ. Anne bahkan sampai lupa jika mengajak Aeris ke kelab malam untuk menemaninya."Kamu tidak turun?""Tidak," jawab Aeris sambil memperhatikan Anne yang sedang berciuman dengan Liam. Sahabatnya itu mudah sekali jatuh cinta.Daniel menyeringai sambil menelusuri tubuh Aeris dari atas sampai bawah. Dia merasa sangat beruntung bertemu dengan gadis polos seperti Aeris."Untukmu." Kening Aeris berkerut dalam menatap segelas minuman berwarna merah yang Daniel ulurkan. Dia takut minuman tersebut mengandung alkohol."Minuman ini tidak mengandung alkohol," ucap Daniel saat melihat keraguan di wajah Aeris."Sungguh?" tanya Aeris memastikan."Iya."Aeris pun menerimanya dan meminumnya hingga tandas. Tanpa dia sadari Daniel menyeringai penuh kemenangan. Minuman tersebut sebenarnya mengandung alkohol yang cukup tinggi. Hanya saja aromanya tersamarkan oleh buah stroberi. Orang yang tidak pernah minum seperti Aeris bisa dipastikan akan langsung mabuk.***Putus cinta sejak tiga tahun lalu belum bisa membuat Leon melupakan mantan kekasihnya. Alea Kristiana—cinta pertamanya. Leon tidak pernah tahu alasan apa yang membuat Alea tiba-tiba meminta putus. Padahal dia dan Alea mempunyai impian untuk menikah dan hidup bersama sampai maut memisahkan.Apa cinta yang dia berikan untuk Alea belum cukup? Apa Alea sudah tidak tahan menghadapi sifat dinginnya? Entahlah, Leon tidak tahu.Memikirkan Alea malah membuat dada Leon semakin terasa sesak. Gadis itu mendadak hilang seperti ditelan bumi setelah meminta putus darinya. Di mana Alea sekarang? Apa gadis itu baik-baik saja?Leon kembali meneguk segelas wine yang di tangannya karena malam ini dia ingin berhenti sejenak memikirkan Alea."Gadis itu cantik sekali."Leon pun mengikuti arah pandang sahabatnya yang bernama Brian, melihat seorang gadis yang memakai mini dress berwarna merah maroon yang memperlihatkan jelas lekuk tubuhnya. Kedua mata Leon sontak membulat saat menyadari siapa gadis itu."Tante?" gumamnya pelan."Kamu bilang apa?" tanya Brian karena tidak mendengar suara Leon dengan jelas."Bukan apa-apa." Kedua mata Leon terus memperhatikan Aeris. Untuk apa tantenya pergi ke tempat seperti ini? Apa lagi memakai mini dress seperti itu? Apa Aeris tidak sadar jika banyak lelaki yang menatapnya lapar?Aeris terlihat seperti anak kelinci yang tersesat di kandang serigala."Aku tidak pernah melihat gadis itu di kelab ini. Sepertinya dia orang baru."Leon hanya diam mendengar ucapan Brian barusan. Dia tidak pernah menyangka tante yang dikenal polos berani pergi ke tempat hiburan malam."Dia cantik, ya?""Biasa saja," jawab Leon malas. Baginya gadis paling cantik di dunia hanya Alea.Brian terkekeh karena tahu jika Leon belum bisa melupakan Alea. "Siapa cowok bule itu? Apa dia pacarnya?"Leon memperhatikan lelaki berwajah kebarat-baratan yang sedang minum bersama Aeris. Pacar? Tidak mungkin. Setahu Leon tantenya itu tidak pernah memiliki pacar."Sepertinya gadis itu mabuk." Brian kembali bersuara.Leon menyipitkan kedua matanya agar penglihatannya jelas. Aeris terus saja minum minuman pemberian Daniel. Dasar bodoh! Sepertinya Aeris tidak tahu kalau minuman itu memabukkan."Cowok bule itu menang banyak. Lihatlah, Le, tangannya mulai berani membelai pipi gadis itu."Leon kembali menuang wine ke gelas hingga penuh, berusaha tidak memedulikan apa yang Brian katakan. Jika Aeris mabuk dan ingin menghabiskan malam bersama Daniel itu bukan urusannya.Brian berdecak. "Gadis itu polos banget. Kenapa dia diam saja pahanya dibelai-belai seperti itu?"Brush ....Leon tanpa sengaja menyemburkan wine yang diminumnya hingga mengenai wajah Brian.Brian menarik napas panjang, berusaha meredam amarahnya agar tidak memaki Leon karena membuat wajahnya lengket. "Mau pergi ke mana kamu?" tanya Brian karena Leon tiba-tiba berdiri. Leon berjalan dengan cepat menghampiri Aeris dan Daniel mengabaikan pertanyaan Brian karena tantenya itu sudah sangat mabuk hingga tidak menyadari jika Daniel berbuat kurang ajar. "Singkirkan tangan kotormu itu darinya." Leon menahan tangan Daniel yang ingin menyentuh Aeris, kedua matanya menatap Daniel tajam. "Memangnya siapa kamu?" "Aku keponakannya." Daniel malah tertawa. "Kamu pikir aku percaya? Mana mungkin Aeris punya keponakan yang sudah besar seperti kamu. Sebaiknya kamu cari wanita lain karena malam ini dia milikku." Daniel menarik tubuh Aeris ke dalam dekapan, lalu mengecup pipi gadis itu singkat. Wajah Leon mengeras, rahangnya pun mengatup rapat. Leon sangat membenci lelaki hidung belang yang suka merendahkan wanita. Bugh! Leon melayangkan sebuah pukulan tepat di pipi Daniel hingga membu
Rasa panas sontak menjalari wajah tampan Leon bahkan merambat hingga ke telinga. Dia cepat-cepat meraih selimut yang ada di dekatnya untuk menutupi tubuh polos Aeris lantas beranjak beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai mandi Leon memutuskan untuk berbaring di sofa. Dia ingin beristirahat sebentar sebelum pulang sambil menunggu kemejanya kering.***"Sshh ...." Aeris meringis sambil memegangi kepalanya. Rasanya seperti ada batu seberat satu ton yang menimpa kepalanya saat pertama kali dia membuka mata. Aeris beranjak ke dapur untuk mengambil minum karena tenggorokannya terasa kering."Ah!" Aeris berteriak keras karena melihat seorang lelaki yang sedang tidur di sofanya sambil bertelanjang dada. Sedetik kemudian dia kembali berteriak saat menyadari penampilannya hanya memakai celana dalam.Leon mengerjabkan kedua mata perlahan karena mendengar teriakan Aeris yang sangat nyaring. Aeris pun segera bersembunyi di balik rak buku agar Leon tidak bisa melihatnya."
Aeris meremas ujung kemeja yang dipakainya karena gugup. Sementara Leon yang duduk di sebelahnya tampak tenang-tenang saja."Ibu sudah mengambil keputusan, kalian akan menikah Minggu depan.""Apa?! Menikah?!" Aeris sontak berdiri dari tempat duduknya dan menggebrak meja lumayan keras."Nenek tidak boleh mengambil keputusan sepihak seperti itu." Leon yang sedari tadi diam akhirnya membuka suara. Bagaimana mungkin Hana menyuruhnya dan Aeris untuk menikah karena menangkap basah dirinya sedang mencium Aeris di parkiran.Apa wanita itu itu sudah kehilangan akal?"Ini demi kebaikan kalian. Coba kalau nenek tadi tidak datang tepat waktu, nenek tidak bisa membayangkan apa yang akan kalian berdua lakukan selanjutnya." Hana tersenyum penuh arti, entah apa yang wanita itu pikirkan.Leon mendesah panjang. Masa depannya bisa hancur jika harus menghabiskan sisa hidup dengan gadis abnormal seperti Aeris.Aeris melayangkan tatapan membunuh ke Leon. Hana tidak mungkin menyuruh mereka untuk menikah jika
Anne menyemburkan es kopi yang sedang diminumnya karena melihat Aeris. Untuk apa sahabatnya itu datang ke tempatnya bekerja. Apa Aeris ingin memutilasi tubuhnya? Anne tanpa sadar beringsut mundur saat Aeris mendudukkan diri di kursi yang berada tepat di hadapannya. Dia takut Aeris benar-benar akan mencincang tubuhnya untuk dijadikan makanan anjing. "Aku tidak datang menemuimu, tolong jangan mutilasi aku," ucapnya takut-takut. "Aku mau kawin, hue ...," teriak Aeris lumayan keras hingga membuat karyawan di tempat Anne bekerja mengalihkan pandang ke arahnya. Anne tertawa keras mendengar ucapan Aeris barusan. "April Mop masih jauh, Aeris. Bercandamu tidak lucu sama sekali." Aeris pun menunjukan sebuah undangan berwarna biru navy dihiasi pita berwarna emas ke Anne. Di undangan tersebut tertulis jelas nama kedua calon pengantin, Aeris dan Leon. Anne tercengang melihat undangan tersebut. "Gila, dua belas Januari?! Bukankah itu tujuh hari lagi?" Aeris menyambar es kopi milik Anne lalu me
Aeris berjalan dengan gontai menuju mobilnya yang berada di parkiran. Tangannya tiba-tiba gemetar saat ingin membuka pintu karena kepalanya terasa sangat berat. Aeris pun bersandar pada mobilnya agar tidak jatuh."Kamu baik-baik saja, Aeris?"Aeris mengangkat kepala perlahan, menatap lelaki berkulit tan yang menghampirinya. "Kai?""Kamu sakit?" tanya Kai terdengar khawatir karena wajah Aeris terlihat sedikit pucat.Aeris menggeleng pelan. Dia tidak boleh sakit karena ada urusan yang harus diselesaikan dengan Leon."Apa kamu ingin pergi?"Aeris malah masuk ke dalam mobilnya begitu saja. Dia merasa malu karena Kai melihatnya berciuman dengan Leon di parkiran."Kai, apa yang—" Aeris berteriak karena Kai tiba-tiba membuka pintu mobilnya lalu menggendongnya ala brydal style. Dia sontak mengalungkan kedua lengannya di leher Kai karena takut jatuh."Turunkan aku, Kai."Kai hanya diam. Dia malah membawa Aeris menuju mobilnya lalu mendudukkan gadis itu di kursi samping kemudi. "Kamu ingin per
Hari itu akhirnya tiba, Aeris terlihat cantik memakai gaun pengantin model sabrin yang menjuntai hingga ujung kaki. Gaun pengantin model tersebut sangat cocok dipakai Aeris karena memiliki postur tubuh tidak terlalu tinggi. Sebuah mahkota yang terbuat dari perak berhias batu berlian membuat penampilan gadis itu semakin terlihat cantik.Aeris meremas ujung kerudung pengantinnya karena gugup. Perutnya seperti dililit sebuah tali yang tidak terlihat. Mulas. Waktu pemberkatan sebentar lagi akan dimulai, tapi sampai sekarang Leon belum juga datang. Di mana keponakannya itu? Apa Leon kabur meninggalkannya sendirian di hari pernikahan mereka?"Kamu sudah coba menghubungi Leon, Aeris?" Hana tidak kalah panik. Sebentar lagi Aeris dan Leon harus menjalani proses pemberkatan. Namun, cucu tertuanya itu sampai sekarang belum juga datang. Dia takut Leon dan Aeris batal menikah."Sudah, Bu, tapi ponsel Leon tidak aktif," jawab Aeris lesu.Hana menggeram kesal. "Dasar anak nakal, Ibu akan menjewer te
"Kamu itu sudah menikah. Kenapa ingin ikut ibu pulang, Aeris?"Aeris memasang wajah sesedih mungkin agar Hana mengizinkannya ikut pulang ke rumah. Malam ini sang ibu sengaja memesan sebuah kamar hotel untuknya dan Leon setelah acara resepsi pernikahan mereka."Tapi, Bu ...." Aeris terus memohon.Hana menggeleng. "Kamu boleh pulang setelah memberi ibu cucu.""Ibu!" Aeris melotot. Hari ini Hana berhasil membuatnya menikah dengan Leon. Wanita tua itu sekarang malah menginginkan cucu darinya. Aeris benar-benar tidak menyangka Hana setega itu pada dirinya. Apa Hana tidak menyayanginya lagi?"Nikmati malam pertamamu, Sayang." Hana mengecup kedua pipi Aeris sekilas sebelum pergi.Aeris menutup pintu lumayan keras untuk melampiaskan kekesalan. "Ibu lama-lama bisa membuatku gila!""Tante nggak mandi?" Leon keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk untuk menutupi tubuh bagian bawahnya. Butiran air menetes dari rambutnya yang sedikit basah, membasahi dada bidang dan perutnya yang kotak-kotak.
Leon mengerjabkan kedua matanya perlahan karena cahaya matahari masuk melalui celah tirai di dalam kamar jatuh mengenai wajah tampannya. Helaan napas panjang sontak keluar dari bibirnya ketika melihat seonggok manusia yang tertidur lelap di sampingnya dan menggunakan lengan kirinya sebagai bantal. Semalam dia memang memindahkan Aeris ke tempat tidur karena tidak tega melihat gadis itu tiba-tiba berteriak ketakutan. Leon tidak tahu kejadian buruk apa yang dialami Aeris di masa lalu. Dia hanya tahu jika Aeris anak angkat neneknya. Karena alasan itulah seluruh keluarga menyetujui pernikahan mereka. Banyak pesan masuk di ponsel Leon setelah aktif. Dua belas pesan dari Brian, tiga dari Aerin, dan satu dari Dio. Leon mengerutkan dahi, merasa heran karena adik laki-lakinya itu jarang sekali mengirim pesan. Dan tidak lama kemudian Dio menelepon.Ada perlu apa Dio meneleponnya? Apa ada hal penting yang ingin anak itu sampaikan?"Ya, Dio?" "Nenek Hana menuju ke kamar kakak. Lima menit lagi di