Beranda / Romansa / Menikah Dengan Keponakan / 2. Pergi Ke Kelab Malam

Share

2. Pergi Ke Kelab Malam

Penulis: Aeris Park
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-02 15:49:45

Leon berdecak kesal melihat kemeja putihnya yang berubah warna menjadi kecoklatan. Padahal kemeja tersebut hadiah terakhir dari mantan kekasihnya saat dia berulang tahun yang ke dua puluh. Semua karena Aeris, adik mamanya yang sangat ceroboh.

Leon benar-benar tidak habis pikir, padahal umur Aeris hampir kepala tiga, tapi tingkahnya masih seperti gadis berusia belasan. Kekanakan. Sifat Aeris sangat berbeda dengan sang ibu yang begitu lembut dan anggun.

Apa benar Aeris adik kandung mamanya?

Suasana rumah keluarga Yasodana yang begitu ramai membuat Leon merasa kurang nyaman. Si kembar sedari tadi tidak pernah bisa diam. Mereka terus berlarian ke sana ke mari membuat kepalanya terasa pusing. Leon tidak betah berada di tengah keramaian seperti ini.

"Kamu mau pergi ke mana, Sayang?" tanya Aerin yang melihat Leon beranjak.

"Leon ada janji, Ma."

"Tapi acara reuni keluarga kita belum selesai."

"Tapi, Ma ...." Leon menatap Aerin dengan penuh harap. Semoga saja Aerin memberinya izin untuk kabur dari acara reuni yang sangat membosankan ini.

Aerin mengembuskan napas panjang. "Baiklah, hati-hati."

"Terima kasih, Ma." Leon tersenyum senang lantas menuju range rovernya yang terparkir bersebelahan dengan mini cooper Aeris.

***

Hari Minggu waktunya bagi Aeris untuk bermalas-malasan. Gadis itu sedang asyik berbaring di kasurnya yang empuk sambil menonton drama Korea. Bungkus makanan ringan berserakan mengotori lantai kamarnya, mengundang semut dan kecoa untuk berdatangan, tapi Aeris tidak peduli. Dia akan membersihkan kamarnya jika sudah selesai menonton drama Korea.

Ponsel Aeris yang berada di atas meja tiba-tiba saja bergetar. Gadis itu pun segera mengambil ponselnya. Nama Anne terpampang jelas di layar.

"Iya, Ne, ada apa?"

"Aku ada di depan apartemenmu, nih. Bukain pintunya, dong?"

"Kamu nggak mencet bel?" tanya Aeris sambil beranjak membuka pintu.

"Aku udah mencet bel dari tadi, kamunya aja yang nggak denger."

Aeris malah terkekeh. Wajah cemberut Anne seketika menyambut ketika pintu di hadapannya terbuka. "Sorry, aku tadi nggak denger suara bel sama sekali."

Anne segera memutus sambungan teleponnya lalu menerobos masuk ke apartemen Aeris. "Kamu pasti keasyikan nonton drama Korea," sungutnya terdengar kesal.

"Tuh, kamu tahu." Aeris beranjak ke dapur, mengambil beberapa kaleng minuman bersoda dan camilan untuk Anne.

"Astaga, ini kamar apa kamar pecah?" Mulut Anne menganga lebar melihat kamar Aeris yang berantakan.

"Nggak usah kaget gitu, kamu kayak baru pertama kali masuk ke kamarku aja." Aeris meletakkan nampan yang dibawanya di nakas samping tempat tidur.

"Tapi nggak gini juga kali, Aeris. Kamu itu jorok banget."

Aeris memutar bola mata malas. "Tumben sekali kamu datang ke apartemenku. Kamu pasti ada maunya, kan?"

Anne tersenyum. "Kamu memang sahabatku yang paling pengertian."

Aeris menyilangkan kedua tangannya di depan dada sambil menatap Anne dengan alis terangkat sebelah.

"Jadi gini, aku punya kenalan baru. Dia ngajak ketemuan di Aero kelab, aku nggak berani pergi sendirian."

"Kenapa nggak berani, kamu udah biasa pergi ke tempat seperti itu, kan?"

Anne membasahi bibir bawahnya sebelum bicara. "Iya juga sih, tapi malam ini aku lagi malas pergi sendiri."

"Lalu?"

"Kamu mau nggak nemenin aku?"

"Ogah," jawab Aeris langsung. Seumur hidup gadis itu tidak pernah menginjakkan kedua kakinya ke tempat hiburan malam.

"Please, dong, Ai. Temenin aku, malam ini aja."

Aeris menghela napas panjang. "Berhentilah berkencan dengan lelaki yang tidak jelas, Ne. Carilah lelaki yang benar-benar tulus mencintaimu dan mau menerima statusmu saat ini."

Anne menunduk dalam mendengar ucapan Aeris barusan. Pernah gagal menikah dua kali ternyata tidak bisa membuat Anne berhenti dari kebiasaannya yang suka bergonta-ganti pacar. Anne sangat bertolak belakang dengan Aeris yang tidak pernah pacaran. Tetapi ajaibnya mereka bisa bersahabat dari kecil sampai sekarang.

"Kali ini aku serius. Sepertinya dia lelaki baik." Anne berusaha meyakinkan.

"Sungguh?"

Anne mengangguk mantap.

Aeris menarik napas panjang. "Baiklah, aku temani kamu malam ini."

"Asyik!" Anne bersorak senang karena Aeris mau menemaninya pergi ke kelab malam.

"Eits, tapi ada syaratnya."

Bahu Anne seketika merosot. "Apa?"

"Bersihin kamarku dulu."

***

Mini dress tanpa lengan berwarna merah maroon dengan potongan dada yang sedikit rendah membuat Aeris terlihat sangat sexy malam ini. Gadis itu sebenarnya merasa kurang nyaman memakai gaun pilihan Anne karena membuat tubuh bagian atasnya sedikit terlihat. Namun, Anne terus memaksanya agar memakai gaun tersebut.

Aeris tanpa sadar meremas kedua tangannya dengan erat karena tidak sedikit lelaki hidung belang yang menatapnya lapar.

"Anak SMA tidak boleh masuk," ucap penjaga Aero kelab saat melihat Aeris.

Kedua mata Aeris sontak membulat. "SMA?" tanyanya terdengar penuh penekanan.

Anne malah terkikik Tidak heran jika penjaga tersebut menganggap Aeris masih SMA karena gadis itu memiliki postur tubuh yang tidak terlalu tinggi dan wajahnya masih terlihat imut.

"Mana kartu pengenal kamu?"

Aeris pun memberikan kartu pengenalnya. Anne segera menunjukkan kartu pengenal mereka ke penjaga kelab.

"Apa benar umurmu hampir tiga puluh tahun?" tanya penjaga Aero kelab untuk memastikan.

"Benar lah, Pak. Saya tidak mungkin berbohong," jawab Aeris sedikit kesal.

"Baiklah, kalian berdua boleh masuk."

Anne langsung menarik Aeris menuju meja bartender dan memesan minuman. Segelas brandy untuk dirinya sendiri dan segelas jus strowberry untuk Aeris.

"Temanmu mana, Ne?" tanya Aeris sedikit keras karena suaranya teredam musik.

"Aku nggak tahu, mungkin dia sebentar lagi datang." Anne meneguk segelas brandy di tangannya sambil bergoyang menikmati musik yang dimainkan DJ.

Aeris mengedarkan pandang ke sekitar. Banyak lelaki dan perempuan yang sedang menari di atas lantai dansa. Mereka menari seperti orang kehilangan akal. Bahkan di antara mereka ada yang berciuman.

Aeris refleks mengalihkan pandang ke arah lain. Apa mereka tidak malu?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
imut seperti anak sma..padahal sdh 29 thn
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Menikah Dengan Keponakan   127. Baby Twins ~end

    Seorang dokter dan empat orang perawat akan membantu proses persalinan Aeris. Mereka semua perempuan karena Leon tidak ingin Aeris ditangani oleh dokter maupun perawat laki-laki. Dia memang possesive."Tarik napas panjang Sayang, embuskan." Leon berusaha menenangkan Aeris meskipun dia sendiri juga panik karena sebentar lagi Leon junior akan lahir ke dunia."Kenapa kamu membuatku hamil, Leon? Aduh, rasanya sakit sekali!" Aeris menarik rambut Leon kuat-kuat hingga membuat Leon meringis kesakitan."Aduh, Sayang, sakit!"Aeris terus mengaduh kesakitan. Perutnya seperti akan terbelah karena suatu di dalam sana berusaha merangkak keluar. Sepasang bayi kembar, kacang kecilnya.Aeris tanpa sadar meremas tangan Leon semakin erat karena perutnya benar-benar terasa sakit."Aduh, Sayang, sakit. Jangan meremas tanganku terlalu kuat!"Aeris tidak peduli Leon meringis kesakitan karena perutnya benar-benar sakit."Tarik napas panjang dan keluarkan perlahan-lahan."Aeris pun mengikuti perintah dokter.

  • Menikah Dengan Keponakan   126. I'm Sorry, Honey

    Leon tersenyum tipis. Sangat tipis dan nyaris tidak terlihat. Penyesalan, rasa bersalah, juga rindu yang teramat dalam terpancar jelas dari kedua sorot matanya saat menatap Aeris."Pizza pesanan Anda sudah datang, Nona."Aeris menepis pizza di tangan Leon dengan kasar lantas melemparkan diri dalam dekapan lelaki itu. Tangis Aeris seketika pecah. Dia sangat mencintai Leon dan tidak ingin berpisah dengan lelaki itu."Aku tidak ingin berpisah denganmu, Leon. Aku mohon, jangan pernah ceraikan aku," gumam Aeris dengan suara gemetar.Leon menarik napas panjang. Hatinya begitu sakit melihat air mata yang membasahi pipi Aeris. Leon merasa sangat menyesal sudah menyakiti Aeris dan membuat wanita yang dia cintai itu menangis."Aku takut sekali karena kamu tiba-tiba tidak peduli dan bersikap dingin lagi kepadaku, Leon. Aku nyaris gila karena memikirkan nasib pernikahan dan buah hati kita. Aku takut kamu akan menceraikanku ....""Maaf," ucap Leon sambil mengecup puncak kepala Aeris berkali-kali.

  • Menikah Dengan Keponakan   125. Penyesalan Leon

    Leon menghela napas panjang. "Aku pikir pernikahanku dan tante Aeris akan berjalan baik-baik saja dan berakhir bahagia sampai maut memisahkan kami berdua. Tapi kenyataannya tidak, tante Aeris ternyata mencintai lelaki lain."Meeta terhenyak medengar ucapan Leon barusan. "Aeris tidak mungkin mencintai lelaki lain, Leon. Sebagai sesama perempuan aku bisa melihat dengan jelas kalau Aeris sangat mencintai kamu."Leon mengangkat kedua bahunya ke atas, kesedihan dan kekecewaan terpancar jelas dari kedua sorot matanya. "Terserah kalau kamu tidak percaya. Tapi aku lihat dengan mata kepalaku sendiri kalau tante Aeris sedang berpelukan mesra dengan lelaki lain.""Memangnya kamu tahu siapa lelaki yang dicintai Aeris?"Leon mengangguk."Siapa?" tanya Meeta ingin tahu."Aku malas menyebut namanya. Terima kasih banyak sudah mau mengobati lukaku, Meeta."Meeta mengangguk. "Sama-sama. Sebaiknya selesaikan masalahmu dengan Aeris baik-baik. Aku harap kalian tidak akan pernah berpisah."Leon mengangguk

  • Menikah Dengan Keponakan   124. Lelaki Paling Bodoh

    Aerin hanya bisa diam melihat Setya yang memukul Leon karena dia juga kecewa dengan keputusan putra sulungnya itu.Leon mendesis sambil mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan sedikit darah. Rasanya sangat perih bercampur dengan ngilu. Rahangnya pun seolah-olah patah karena pukulan Setya sangat keras. "Untuk anak, Papa tenang saja. Leon akan tetap tanggung jawab."Rahang Setya semakin mengeras. "Anak bodoh! Tolol! Pernikahan itu bukan main-main, Leon!""Leon tidak pernah mempermainkan pernikahan, tapi tante Aeris yang telah mempermainkan perasaan Leon. Ugh...!" Leon memegangi perutnya karena Setya tiba-tiba menendangnya dengan cukup keras."Anak bodoh! Selama dua puluh lima tahun menikah papa selalu berusaha membuat mamamu jangan sampai meneteskan air mata, tapi kamu malah tega membuat Aeris menangis. Di mana hatimu, Leon?""Hati Leon sudah lama mati.""Leon!" Setya menghajar Leon tanpa ampun untuk melampiaskan amarah sekaligus kekecewaannya. Leon tidak bisa melawan karena sang ayah

  • Menikah Dengan Keponakan   123. Mr. Idiot 3

    Hana berjalan cepat menghampiri Leon dan menggebrak meja dengan cukup keras hingga membuat cucu kesayangannya itu berjingkat kaget. Kedua mata Hana menatap Leon tajam, dadanya naik turun menahan emosi yang siap untuk meledak."Kenapa Nenek datang ke kantor Leon?" tanya Leon berusaha tetap tenang."Kenapa kamu ingin menceraikan Aeris, Leon? Apa kamu sudah kehilangan akal?"Leon tanpa sadar menelan ludah, terkejut karena Hana tahu kalau dia ingin menceraikan Aeris. "Da-dari mana Nenek tahu?""Aeris sudah menceritakan semuanya sama nenek. Kamu itu sudah dewasa, Leon. Masalah itu harus dihadapi dan diselesaikan dengan baik-baik. Jangan malah lari seperti seorang pengecut."Leon mengembuskan napas kasar sebelum bicara. "Untuk apa Leon mempertahankan pernikahan ini kalau tante Aeris tidak sungguh-sungguh mencintai Leon, Nek?"Mulut Hana sontak menganga lebar. "Kamu benar-benar bodoh, Leon. Aeris itu cinta mati sama kamu. Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?"Leon malah mendengkus. "Nene

  • Menikah Dengan Keponakan   122. Stres!!!

    "Sshh ...." Aeris memegangi kepalanya yang terasa berdenyut lalu menarik napas dalam-dalam karena perutnya tiba-tiba saja terasa kram. Semoga kacang kecilnya baik-baik saja.Aeris kembali menarik napas panjang, tapi rasa sakit di perutnya tidak mau hilang. Sakitnya malah semakin menjadi-jadi. Dia pun meraih ponselnya yang ada di atas meja karena ingin menghubungi Leon.Namun, nomor Leon lagi-lagi tidak aktif. Aeris pun beranjak ke kamar karena ingin beristirahat, akan tetapi dia tidak sanggup berdiri karena kedua kakinya terasa sangat lemas. Aeris ingin meminta tolong pada Bik Ijah, tapi dia lupa kalau asisten rumah tangganya itu sedang izin pulang kampung. Aeria benar-benar sendirian di rumah.Aeris ingin meminta tolong pada Anne, tapi dia tidak jadi melakukannya karena sahabatnya itu pasti lelah setelah mengurus butik sendirian. Aeris tidak mungkin minta tolong Sean karena cowok itu sedang fokus belajar untuk mengukuti ujian.Aeris merintih karena perutnya semakin terasa sakit. Dia

  • Menikah Dengan Keponakan   121. Keputusan Bodoh

    Tangis Aeris seketika pecah. Mimpi buruk yang dia jalani di awal pernikahannya dan Leon kembali terulang. Namun, mimpi buruknya kali ini terasa lebih menyakitkan karena ada nyawa yang sedang tumbuh di dalam rahimnya.Kenapa Tuhan kembali memberi ujian saat dia baru saja meneguk manisnya pernikahan bersama Leon?Kenapa?"Tuhan, tolong selamatkan pernikahanku," gumamnya terdengar pilu.***Tidak ada satu orang pun yang tahu jika ada badai yang menerpa rumah tangga Aeris dan Leon. Pernikahan mereka seolah-olah terlihat baik-baik saja dan tidak ada masalah apa pun yang terjadi di antara mereka. Aeris benar-benar menyimpan masalahnya dengan rapat. Dia memendam rasa sakit itu sendirian karena tidak ingin membuat orang-orang di sekitarnya khawatir.Namun, pertahanan seketika Aeris hancur karena menemukan sebuah surat yang tergeletak di atas meja kerja Leon. Rasanya seperti ada sesuatu yang menghantam dadanya dengan sangat kuat hingga membuatnya kesulitan bernapas. Dadanya sesak.Tubuh Aeris

  • Menikah Dengan Keponakan   120. Mr. Idiot 2

    Aeris mengerjapkan kedua matanya perlahan karena Leon menepuk lengannya pelan. "Maaf, aku ketiduran. Apa kamu baru pulang?" tanyanya dengan wajah mengantuk.Leon mengangguk."Kamu sudah makan belum? Kalau belum kita makan bersama, ya?""Aku tadi sudah makan bersama klien," ucap Leon tanpa merasa bersalah sedikit pun.Wajah Aeris seketika berubah sendu. Padahal dia sudah menunggu Leon hingga ketiduran di meja makan agar mereka bisa makan malam bersama, tapi Leon malah makan di luar bersama klien."Kamu mau mandi? Mau aku siapin air hangat, ya?"Leon menggeleng pelan. "Tidak perlu," jawabnya sambil berjalan ke kamar, meninggalkan Aeris sendirian di meja makan.Aeris menggigit bibir bagian bawahnya kuat-kuat untuk menahan air mata yang mendesak ingin keluar. Entah kenapa Aeris merasa kalau Leon bersikap dingin lagi pada dirinya. Apa dia telah berbuat salah?Aeris tanpa sadar menggelengkan kepala untuk mengusir pikiran buruknya barusan. Leon tidak mungkin bersikap dingin lagi pada dirinya

  • Menikah Dengan Keponakan   119. Cemburu Buta

    Brian terkejut karena Leon tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya dan membanting pintu dengan cukup keras. Padahal Leon tadi mengatakan ingin menjemput Aeris di rumah sakit sekalian pulang dan tidak akan kembali ke kantor.Brian pun berdiri lantas menghampiri Leon yang sedang membolak-balik berkas di tangan dengan kasar. Napas Leon terdengar tidak beraturan, menahan cemburu dan amarah yang sudah berkumpul di dalam dadanya"Kau tadi bilang mau ngabisin waktu berdua dengan Aeris di rumah. Kenapa kamu malah balik ke kantor, Leon?""Ingin saja," jawab Leon malas.Brian memperhatikan Leon dengan lekat, sepertinya suasana hati sahabatnya itu sedang tidak baik. "Apa kau bertengkar dengan Aeris?"Leon menggeleng pelan."Lalu?"Leon mengempaskan punggung ke kursi lalu memijit pelipisnya yang tiba-tiba terasa penat. Sepenat hatinya sekarang. "Aku tadi lihat Aeris pelukan sama Kai," ucapnya lirih.Mulut Brian sontak menganga lebar. "A-apa?! Kai?!" Calon kakak ipar? Imbuhnya dalam hati.Leon mengang

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status