Jangan Paksa Aku...

Jangan Paksa Aku...

last updateLast Updated : 2021-12-06
By:  Enda KieboOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
72Chapters
5.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Sebagai seorang cewek cantik hidup di rumah kos tentu penuh dengan resiko. Begitu yang dialami oleh Ana. Saat dia mengijakkan kakinya di rumah kos sudah menjadi target Andrew, seorang cowok psikopat. Padahal Ana sedang berusaha membuka lembaran baru dan menata hidupnya setelah ditinggal belahan jiwanya. Di kampus Ana ketemu bayang-bayang Hermawan. Seolah-olah Hermawan hidup kembali melalui sesosok Aditya. Aditya ini sungguh memikat hati Ana. Begitu juga, sebaliknya. Tapi harapan Ana tidak mulus seperti yang dia harapkan, ternyata ada Dea yang tidak menginginkan Ana merebut Aditya darinya. Derita Ana semakin berat, takkala Dea dan Andrew berkoalisi untuk menjebak dan memperdaya Ana. Anapun langsung tenggelam dalam kedukaan yang tiada tara. Dia pun merasa terpuruk dan kehormatannya dipertaruhkan. Di saat Ana hanyut dalam kenestapaannya, muncul Gilang (Gie). Gilang ini play boy kelas kakap. Tapi dia sangat perhatian pada Ana… Kehadiran Gie selalu dapat membuat Ana tertawa dan tersenyum. Untuk mengusir kenestapaan Ana, Gie selalu mengajak Ana jalan termasuk ke dugem. Dunia dugem memang sangat menggoda dan menarik bagi cewek semuda Ana. Tapi Ana dengan caranya masih bisa mempertahankan kehormatannya dan membuat Gilang mengerti akan dirinya. Akhirnya, Ana berusaha mengembalikan harga diri dan kehormatannya. Untuk itu dia kembali ke Kampus. Sementara, Andrew ini merasa telah memiliki Ana, sehingga dia tidak rela orang lain merebut Ana dari sisinya. Sementara itu, Aditya dibantu oleh Susanna berusaha membongkar kebusukan Dea dan Andrew. Dia berusaha mengembalikan nama baik dan harga diri Ana. Tapi, Andrew seperti orang kesetanan dan menyimpan dendam kesumat. Dia memaksa, kalau dirinya tidak mendapatkan Ana, maka tidak seorangpun boleh mendapatkan Ana… Ana pun dihadapkan pada suatu dilema dan peristiwa tragis yang tidak dapat dibayangkannya. Kini, bagaimana nasib Ana? Apakah dia mendapatkan harga dirinya dan kekuatan cintanya kembali?

View More

Chapter 1

Bab 1

Kesan Pertama. Hatiku begitu berbunga-bunga. Aku tak sabar ingin segera sampai di rumah pemondokanku. Aku ingin tumpahkan gejolak hatiku pada Ratna, teman sekamarku. Memang dengannya aku suka berbagi rasa. Pasti dia akan terheran-heran dan penasaran dengar berita dariku. Dengan setengah berlari, aku bergegas menyelusuri lorong-lorong sempit menuju rumah pemondokan. Aku yakin Ratna telah lebih dahulu sampai daripadaku.

Rumah pemondokanku itu memang tak begitu jauh dari tempatku kuliah. Namun untuk mencapainya, aku harus berlompat-lompat kecil menghindari jalanan yang becek, agar sepatu maupun celana panjangku tidak ternoda oleh lumpur. Maklumlah aku harus memilih rumah pemondokan yang sederhana dan murah, sesuai dengan kocekku. Sebenarnya aku pun kepingin sih, tinggal di rumah pemondokan yang mewah, seperti di Griya Kencana di Setia Budi Medan itu loh… Namun apa daya, itu seperti mimpi rasanya. Tapi, sudahlah aku tak perlu merisaukan masalah tempat pemondokan itu. Toh, aku masih bisa menjalani perkuliahanku tanpa ada masalah, ya-nggak?

Akhirnya, sampai juga aku di ujung gang Dahlia, tepat di depan rumah pemondokanku. Aku lihat induk semangku dengan ciri khasnya mengunyah daun sirih beserta remeh-remehnya sedang duduk di kursi malasnya. Aku begidik, melihat warna merah yang meleleh di selah-selah sudut bibirnya itu. Memang aneh, di zaman semodern begini, masih ada saja yang nginang daun sirih bercampur remeh-remehnya begitu. Apa seperti candu, ya nikmatnya? Tapi, yah memang aneh. Coba lihat induk semangku itu masih memiliki gigi yang utuh. Padahal usianya sudah kepala tujuh gitu. Aneh-nggak? Tapi sudahlah, mengapa kita harus pusing-pusing mikirin itu. Sementara aku harus dapat menyesuaikan diri terhadap kebiasaan induk semangku itu, karena hanya rumah pemondokan ini yang tarifnya paling murah.

“Daaa Amangboru, Ratna sudah pulang?” sapaku, sambil bertanya tentang sahabat karibku itu.

Induk semangku itu menoleh dan dengan gaya dia menurunkan kaca mata kunonya, hanya sekedar untuk memperhatikanku. Sorot matanya mencorong. Maklumlah, memang matanya sudah kabur berat, seiring dengan usianya yang sudah tujuh puluhan itu.

“Oh, kaunya itu Ana?” dia balik tanya. Namun belum sempat aku jawab. Lanjutnya, “Tadi, Ratna juga menanyakanmu. Aku kira dia ada di kamarnya sekarang. Oya si Andrewpun, tadi meminta  kamu segera menemuinya di Medan Plaza jam 6 sore nanti!!!”      

“Oya! Terima kasih Amangboru. Aku tinggal dulu ya Amang…!” jawabku sekedar basa-basi. Tanpa menunggu reaksi Induk semangku itu, aku langsung bergegas menuju ke kamar pemondokanku. Memang aku sengaja untuk menghindari pembahasan tentang si Andrew, cucunya itu yang buat aku sebal sekali.

“Ana jangan kamu kecewakan cucuku itu, ya!” teriak induk semangku itu.

“Huuu!” dengusku menghalau teriakan induk semangku itu. Aku tidak ingin ucapan induk semangku itu  mempengaruhi perasaanku yang lagi berbunga-bunga. Rasanya saat ini hatiku hampir meledak, tak sabar menyampaikan kabar gembira ini pada Ratna. Aku tidak peduli dengan si Andrew, si penuntut dan sok pengatur itu. 

Begitu Ratna membuka pintu kamar pemondokan, langsung saja aku cengkram kedua tangannya dan aku brondong dengan suara ceria. ”Aku punya kabar gembira, Rat! Coba apa tebak?”

Ratna pun langsung menatapku. Keningnya mengernyit, heran. Tak biasanya dia melihat aku pulang dengan begitu ceria.

“Tumben, kamu begitu ceria Ana? Kabar Apa lagi  yang kamu bawa hari ini?” sambutnya, sembari memeluk pinggangku.

“Kamu tau nggak, aku tadi ketemu arjuna mencari cinta loh!”

“Ah, arjuna kamu bilang? Apa bukan keledai Ana?” sela Ratna. Lalu Ratna melepaskan pelukannya dan melangkahkan kakinya menuju ranjangnya.

“Ini super beda Rat,” ujarku.

 “Alaaa, apa sih bedanya bagimu Ana? Bukankah kamu sudah punya Andrew dan Gilang? Mau apa lagi kamu?” komentar Ratna, sembari meletakkan buku novel yang baru dibacanya. Ratnapun lalu duduk di sisi ranjangnya dan bersandar di daun ranjang, sembari memperhatikanku yang sedang meletakkan buku di atas meja belajarku. Ratna menjadi penasaran juga melihat sikapku. Dia merasa iri melihat aku dapat mengeksploitasi diriku. Sebenarnya, dia ingin memiliki karakter yang kuat dan dapat membuat cowok terpesona, tidak hanya mengandalkan kecantikan semata. Harus ada kekuatan yang menonjol memancar  dari dalam diri, sebagai ciri  khas gitu, batin Ratna.

Sementara itu, aku sungguh sumringah dengar komentar Ratna. Dia tau betul aku suka sekali mempermainkan perasaan laki-laki, terutama terhadap laki-laki yang mudah aku perdaya oleh kerupawanan dan kekuatan khasku. Tanpa menoleh aku menyelanya. “Ah, jangan cepat berburuk-sangka begitulah kawan! Ini yang aku temukan di dalam perpustakaan kampus beda loh. Jika aku katakan padamu, pasti kamu tidak akan percaya!”

“Ooo kelihatannya apa dia begitu spesial? Apa dia laki-laki sejati seperti yang kamu impi-impikan itu?” berondong Ratna sinis.

Aku tidak menanggapi pertanyaan Ratna yang bernada sumbang itu. Aku jatuhkan tubuhku di atas ranjang. Pikiranku melayang mengingat dan membayangkan pertemuan itu. Hatiku rasanya berbunga-bunga, melihat cara dia memandangku, sikapnya dan senyumannya yang menyejukkan hati, terutama tutur katanya yang membuat diriku terlena. Dia mampu baca apa yang ada di dalam dadaku. Dia sungguh menghargai aku, memperlakukan aku dengan penuh perhatian. Di matanya tidak aku temukan sikap dan perangai laki-laki yang suka memperdaya kaum perempuan. Aku ingin sekali dekat dengan dirinya, merebahkan kepalaku di dadanya yang bidang itu, tentu begitu asyik sekali. Aku rasa dirinya laki-laki yang mampu membimbing diriku untuk melepaskan beban deritaku dan kehausanku akan belaian kasih sayang yang sesungguhnya dari seorang laki-laki sejati. Tapi yang menjadi tanda tanya dalam benakku, apa dia memiliki perasaan yang sama dengan apa sedang aku rasakan ini ya?

Saat itu, aku betul-betul sedang kesal sekali di dalam ruangan perpustakaan kampusku. Aku tak menemukan buku yang aku cari. Padahal, aku sedang diburu waktu untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dosen killerku, Bapak M. Sianturi yang menyebalkan itu. Dia selalu memberi beban tugas dalam waktu mepet sekali. Di mana bahan literaturnya sangat langka lagi. Apalagi dia sudah mengultimatum barang siapa yang tidak menyelesaikan tugas yang diberikan ini, maka jangan harap dapat lulus mata kuliah yang diasuhnya itu. Tabu baginya tawar-menawar. Untuk mengantisipasi ancaman Dosen Killerku itu, maka aku sudah mengumpulkan setumpuk buku psikologi pendidikan di hadapanku. Namun dari sederet buku yang aku kumpulkan ini tak satupun yang membahas mengenai cara mengatasi kesulitan belajar seperti yang diinginkan Bapak M. Sianturi itu. Padahal sudah semua buku aku bolak-balik, halaman demi halaman.

Tanpa aku sadari secara refleks aku lampiaskan kekesalanku dengan mengetuk-ngetuk ujung pulpenku di atas buku tulisku. Akibat perbuatanku itu, membuat seseorang yang duduk di hadapanku merasa terganggu juga.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Wenny Surya2
Menarik banget ....
2021-09-30 20:52:33
0
user avatar
Birma IrwanSyah
mantaaappp
2021-09-26 07:13:28
0
72 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status