Hassa,gadis muda yang tumbuh dalam keluarga religius di mana ayahnya sangat konservatif. lelaki itu tidak mengizinkan putrinya mengenal cinta atau berdekatan dengan lelaki manapun sementara Hasa adalah putri yang baik dan penurut. suatu hari dia berangkat kuliah dan tidak sengaja menabrak Yusuf seorang pemuda tampan anak pewaris kaya yang lebih memilih tinggal di jalanan dan mengurus sebuah bengkel. lelaki yang sangat terkenal sangar dan berbahaya itu merasa hatinya bergetar saat pertama kali melihat Hasa. Hasa sendiri ketakutan, tapi pada perjumpaan berikutnya Gadis itu mulai kagum karena Yusuf seringkali menolongnya dan melindunginya dari gangguan di jalanan. Mereka mulai dekat dan berteman sampai Ayah Hassa mengetahui semua itu dan melarang mereka.
Lihat lebih banyakHidupku sempurna sebelum bertemu dia, dia yang punya pesona dan tatapan mata yang membuat seluruh isi kota meleleh jatuh cinta, sayangnya dia sangat dingin, cenderung seperti ular yang berbisa, diganggu sedikit saja dia akan marah.
Bukan hanya marah, dia akan menghajar siapa saja yang menghalangi langkah atau keinginannya, dia populer dan jadi bahan pembicaraan dari kaum muda sampai ibu ibu tua. Karena ketampanan pesonanya juga karena kengerian yang diciptakannya, dialah Yusuf Akbar, pria yang akhir akhir ini selalu berpapasan denganku di jalan menuju tempat kuliah. Malas sekali rasanya, apalagi tatapan itu seolah menusuk ulu hatiku, tapi apa boleh buat hanya itu satu satunya jalan ke universitas dan parahnya Yusuf kerap duduk dan berjaga di sana bersama para anak buahnya. ** "Hassa, apa kau sudah siap?" tanya Bunda di bawah sana, aku yang masih terlelap di bawah selimut bulu yang hangat langsung tersentak dan melirik jam weker di samping tempat tidurku. "Astaghfirullah aku kesiangan!" Aku terlonjak dari tempat tidur dan dalam satu tarikan napas kudapati tubuh ini sudah di kamar mandi, membersihkan diri dan segera menemukan pakaian yang paling tepat untuk dikenakan ke kampus nanti. Hari ini aku harus berpenampilan menarik, karena ada kelas khusus dan pengisinya adalah sosok yang kusukai, namanya Gerald, dia adalah kakak angkatan yang kerap disuruh dosen untuk membantu memberikan kuliah tambahan, Sejak pertama berjumpa dengannya di masa orientasi kampus, aku telah menyukai pemuda yang selalu memiliki style yang amat menarik, gayanya bak artis korea, dan jangan tanya lagi kecerdasan serta wawasannya, dia adalah paket sempurna yang Tuhan ciptakan dan terbatas edisinya. Kupakai baju terbaik, kemeja putih dengan outer kotak kotak serta celana jeans yang terlibat sopan dan rapi, memulas bedak dan make up tipis lalu menyemprotkan parfum yang membuat moodku membaik. Sinar mentari yang memantul dari cermin dan mengenai wajahku membuat hati ini makin bersemangat senyum terkembang di bibir, seolah hati dibanjiri energi positif, aku merasa bahwa hari ini aku akan mendapat nilai terbaik sekaligus atensi asisten dosen pujaanku. "Subhanallah kamu cantik sekali," ujar Bunda memuji dandananku ketika mendekat ke meja makan. "Iya, Bunda, ada materi sekaligus tugas khusus, jadi Hassa ingin terlihat bagus dan antusias." "Rupanya anak gadis Bunda sangat menarik, sudah adakan pemuda yang mengejarnya?" goda Bunda sambil menatap padaku sedang adikku Zaskia yang masih duduk di bangku kelas satu SMA langsung tertawa. "Mana ada Bunda, kakak sangat judes dan mudah marah, pemuda pasti menjauhinya," jawab Zaskia dengan senyum puas meledekkku. "Bundaa ...." Aku merajuk pada Bunda dan seperti biasa wanita yang paling kucintai di dunia menyuruh Zaskia untuk menghentikan ucapannya. "Kamu gak boleh godain Kakak Dek, nanti kakak kena akibat ucapanmu, jadi kakak tak akan mendapatkan cintanya." Tiba tiba ayah menimpali "Iya nih, ayah, si Adek suka sekali meledekku," ujarku mengadu. "Dengar Sayang, jadilah mahasiswa yang baik dan pintar manfaatkan sebaik mungkin waktumu untuk belajar dan mencari pengalaman. Masa muda sangat singkat dan penuh warna jadi nikmatilah dengan bahagia," ujar Ayah dengan suara lembut dan bijak. "Iya ayah, terima kasih karena telah menjadi orang tua yang selalu mendukung anaknya." "Tentu, kami akan selalu mendukung Apa yang membuat anak Kami bahagia dan sukses, dengan satu catatan bahwa kalian harus berjanji untuk menjaga kehormatan dan nama baik ayah hingga suatu saat seorang pemuda datang menjemput kalian dan membawa kalian ke dalam mahligai rumah tangga dan mengambil tanggung jawab dari pundak ayah." Kalau sudah berbicara seperti itu maka hatiku akan menjadi terenyuh dengan ucapan cinta pertamaku dalam hidupku itu, kuhampiri dan kupeluk ayah dengan penuh cinta. "Makasih ayah, aku berjanji tidak akan pernah mempermalukan, Ayah." "Janji ya, saya pun akan berjanji kepada diri saya sendiri untuk tidak menghalangi kebahagiaan dan cita-cita kalian." "Siap Ayah," jawabku yang langsung memeluknya sekali lagi. ** Kampusku tidak begitu jauh dari rumah, beruntungnya aku karena bisa masuk ke sana dengan jalur seleksi yang berhasil, sehingga aku pun tidak harus jauh-jauh mencari kampus lain yang jaraknya akan menyita waktuku dan sangat melelahkan. Kukayuh sepeda berkeranjang dan menyusuri trotoar dengan senandung riang, aku sudah membayangkan akan bertemu pemuda yang selalu mencuri akalku dengan senyumnya. Penampilan dan cara bicaranya sangat membuatku terpesona, aku benar-benar jatuh cinta, dan memikirkan tentang yang saja cukup membuat pipiku memerah. Tiba tiba karena asyik berkhayal di depannya jalan tanpa sengaja aku menabrak seseorang yang sedang melintas dan hendak menyebrang. Seorang pria, mengenakan jaket kulit dan celana jeans yang robek di bagian lututnya, dia terjatuh dan mengadu kesakitan terkena besi sepeda yang kukendarai, sedangkan aku juga tersungkur dan pakaian kotor oleh debu trotoar. "Maafkan saya, Bang, maaf," ujarku sambil berusaha membantu pria itu untuk bangun dari posisinya. "Tidak usah bantu saya, benar saja sepeda dan pakaianmu!" bentaknya sambil menepis tanganku. Tubuhnya bau alkohol dan rambutnya yang agak sedikit panjang tergerai acak. Ia membalikkan baadan, dan alangkah terkejutnya diri ini, jantungku rasanya berhenti berdetak dan hendak copot dari rongganya, Bagaimana tidak pria yang sedang berdiri di hadapanku itu, adalah preman berbahaya yang sering diperbincangkan semua orang. Dia adalah Yusuf Akbar, preman tempramen yang punya raut wajah khas pria dari negeri seberang, perawakannya tinggi kekar, kulitnya coklat dan hidungnya mancung, tatapan iris matanya sangat tajam, tapi sekelebat aku menangkap kepedihan dari bola mata itu, entah kenapa. "Maafkan saya Bang, saya gak sengaja," cicitku dengan tubuh gemetar, bukan apa, aku sangat gentar jika tiba-tiba dia akan menampar wajahku. Lengannya yang berotot kekar jika mendarat di pipi ini akan sukses membuatku pingsan. "Pergilah, aku tidak apa-apa," jawabnya sambil mengibaskan tangan di udara. "A-apa?" Sesaat aku terpana oleh ucapannya, Aku tidak percaya dia bisa melepaskan begitu saja. "Ka-kalo begitu terima kasih Bang, saya pergi ya," jawabku sambil menjauh. "Dengar!" Tiba-tiba suaranya yang berat menghentikan langkahku, kali ini jantungku kembali berdegup kencang, Aku khawatir dia akan menyuruhku melakukan sesuatu yang aneh sebagai hukuman karena menabraknya. Aku tahu bahwa pria yang berada dihadapanku ini sangat kejam dan berbahaya. "Kerudungmu ...." Ia menunduk penutup kepalaku. "Ke-kenapa?" Jangan-jangan dia ingin menyuruhku melepaskannya, aku tak akan bisa. "Bersihkan kerudungmu dari debu, kau tidak akan malu di tetap oleh teman kuliahmu dengan kerudung sekotor itu," pria itu tersenyum pelan lalu membalikkan badannya menjauhiku. "Astagfirullah ...." Jantungku berdegup lebih kencang dari sebelumnya, ".... Apa itu tadi? Yusuf Akbar tersenyum kepadaku." Aku bergidik ketakutan tapi di sisi lain tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang menghangat didalam Dadaku. Kuyakin itu hanya rasa syukur dan haru karena dia tidak menggangguku, aku tidak mungkin menyukainya."Perbaiki dirimu, posisikan menatapku, peluk aku erat dan fotografer akan menjepret kita," bisiknya ketika momen pre wedding untuk undangan digital dalam amplop pernikahan kami."Aku malu, Bang," ungkapku Pelan."Mana mungkin kau malu pada calon suaminya sendiri, jangan pergi kau dan ganggu karena aku bisa menciummu di depan semua orang," godanya tertawa."Sudahlah, Abang ...." Aku merajuk dan cemberut sedang ia tertawa."Apa hari ini orang tuamu akan datang dan bergabung membuat foto keluarga?""Iya tentu saja, berikut juga orang tuamu," jawabnya."Bagaimana kamu menyakinkannya Bang?""Menikah denganmu adalah kehendakku mereka tidak akan menentang, apalagi kau adalah wanita baik-baik yang melindungi harga diri dan kehormatan.""Aku masih takut Bang," jawabku lirih."Kamu tidak perlu memikirkan itu kita tidak akan tinggal serumah dengan mereka hanya kau dan aku dan kebahagiaan kita saja. Jadi pejabat acara pernikahan agar kita bisa segera bulan madu," godanya sambil menyenggol bahu
"Alhamdulillah Abang, akhirnya ayah merestui hubungan kita," ucapku dalam pelukan Abang."Iya, Alhamdulillah, betapa senangnya aku hari ini, aku sangat bersyukur balasnya dengan bola mata yang berkaca-kaca karena bahagia."Terima ayah," ucapku melepas pelukan Abang lalu beralih kepada ayah dan mencium tangannya."Iya, anakku, aku tahu bahwa kau akan bahagia dengan pilihan hidupmu sendiri," jawab ayah dengan menahan perasaan dan air matanya."Aku tahu ini berat untuk ayah, tapi aku akan menjaga amanah dan kepercayaan aku juga akan mencoba melindungi martabat Ayah meski nantinya suamiku adalah ....""Tidak perlu disebutkan Hassa, Ayah percaya bahwa kalian akan berubah menjadi manusia yang lebih baik." Lalu Ayah berani kepada Abang dan berbicara padanya."Aku percaya padamu bahwa kau akan menghentikan semua perbuatan tidak baik dan berubah menjadi manusia yang akan menjaga kehormatan istri dan keluargamu.""Insya Allah, Pak, hidup saya saat ini akan didedikasikan untuk membantu orang
Di lain waktu, ayah mengantarku ke kampus, dengan motor matic milik adikku, ayah menurunkanku tepat di depan gerbang dan menyuruhku segera masuk."Ayah akan jemput, jadi jangan pulang sendiri.""Hanya ada dua blok dari sini ayah," sanggahku."Dua blok itu mendekatkan kamu dengan apa yang seharusnya tak kamu dekati.""Yah, apa ayah tidak mau menerima sisi baik orang lain?"Pria berkaca mata yang sebenarnya sangat menyayangiku itu hanya bisa menggeleng."Ayah tahu yang terbaik, Nak. Ayah tak ingin menjatuhkan kamu dalam kehancuran," jawabnya."Hassa enggak akan hancur ayah....""Ayah tahu yang paling benar, jangan sok pintar, ayah tak mau kamu salah pilih orang! Tunggu Ayah di depan gerbang sore nanti." Ayah menarik gas lalu pergi begitu saja dari hadapanku.*Sore hari ketika pelajaran dan kelas tambahan sudah selesai aku menunggu ayah di depan gerbang kampus. Di saat yang bersamaan Abang datang dan menyapaku, dia membawakan sekotak pisang coklat dan menawariku."Enggak usah, Bang, aku
"Apa?""Iya aku telah memergoki perbuatan kekasihmu yang mengendap-ngendap masuk kedalam kamar wanita yang notabene sangat religius. Ternyata jilbab yang kau kenakan hanya kamuflase agar orang lain tidak menghujatmu," ejeknya.Gubrak!Tanpa banyak bicara lagi dan seolah diberikan kekuatan, aku langsung menghantam muka si Gerald dengan tas yang kubawa."Kalaupun semua itu terungkap dengan jelas, maka akan ada orang yang juga ikut dipermalukan, yaitu orang yang menguntit kehidupan orang lain," jawabku."Kamu jangan coba-coba mengancam ya, kamu hanya gadis kecil yang lemah," ucapnya sembari mendorong tubuhku dengan keras.Namun seorang diberi kekuatan untuk berani dan kokoh, meski kuat dorongannya aku tidak terjatuh, malah kali ini aku menarik pergelangan tangannya dan memutarnya. Hingga pria itu kaget dan menjerit kesakitan."Kemarin aku lemah dan bodoh, iya. Tapi sekarang aku tidak akan tinggal diam pada orang-orang yang jahat padaku. Masih ingat bahwa kau ingin memperkosa diri ini? S
Pletak!Suara batu kecil menghampiri jendela rumahku, aku terbangun dan langsung mengintip pelakunya dari balik jendela.Ternyata Abang di sana, mengendap endap lewat sisi pagar dan memanggilku menggunakan kerikil. Perlahan kugeser kaca jendela dan bertanya ada apa."Apa yang Abang lakukan di situ?""Menemuimu?""Tapi ayah akan melihat?" bisikku."Tidak akan," balasnya. Wajah dan tubuhnya tidak terlihat, kecuali siluet kelabu yang tertutupi oleh bayangan rumahku yang berlantai dua."Abang, aku pun ingin melihatmu," ucapku."Apa ayahmu sudah tidur?""Sudah," balasku.Perlahan ia naik ke sisi tembok lalu memanjat genteng, untungnya material itu kuat sehingga mampu menopang tubuh Abang, perlahan pria itu merangkak menuju jendela tempatku berdiri, sementara aku menunggu dengan napas tertahan."Apa yang Abang lakukan, tolong, ayah akan tahu," bisikku panik."Diam dulu kamu, kalo kamu seribut itu maka ayahku pasti akan tahu," balasnya memberi isyarat jari di bibir.Dia masuk ke dalam
"Mari masuk, silakan duduk, Pak, Bu," ucap Ibu dengan sopannya.Keluarga Abang terlihat mengedarkan pandangan pada interior rumah kami, ibunya terlihat tersenyum tipis sedang ayahnya hanya nampak sinis sambil 1, kelihatannya dia meremehkan keadaan keluargaku."Silakan duduk, saya agak terkejut karena Bapak dan Ibu datang tanpa pemberitahuan, saya jadi tidak menyiapkan apa apa," ucap ibu berusaha ramah."Tidak apa, Kami tidak akan menyita waktu keluarga ibu, kami hanya ingin bicara sebentar saja."Aku dan abang yang duduk berhadapan saling memandang dan kembali diam. Sementara Ibu memanggil Rizal dan ayah untuk menemani keluarga Abang."Ayah, tolong masukklah," bisik ibu.Ayah yang terlihat malas dan sedikit tidak suka dengan keluarga Reinaldi, hanya mendecak kecil lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan orang tua Abang.Melihat gelagat ayah yang terlihat menunggu pria itu membuka pembicaraan akhirnya Bapak pengacara yang cukup terkenal itu membuka suaranya."Kami sekeluarga datang
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen