Siapa Penulis Yang Menjelaskan Obsesi Adalah Motif Berulang?

2025-09-16 20:18:36 296

5 Answers

Kyle
Kyle
2025-09-17 02:50:37
Saya sering berpikir bahwa obsesi muncul di mana-mana dalam karya besar, dan itu bukan hanya observasi dangkal—penulis tertentu memang menekankan obsesi sebagai motif. Contohnya, Vladimir Nabokov mengeksplorasi obsesi erotis dan estetis di 'Lolita', sedangkan Franz Kafka menempatkan obsesi birokrasi dan absurditas sebagai tekanan yang menjerat tokohnya, terlihat di 'The Trial'.

Di luar fiksi, tokoh-tokoh pemikir seperti Sigmund Freud membahas obsesi dari sudut psikologi, sehingga pembaca dan penulis jadi punya kata-kata untuk menggambarkan dorongan yang muncul berulang dalam cerita. Saya menemukan bahwa ketika obsesi jadi motif, narasi sering kali terasa lebih intens dan personal—seolah kita diizinkan mengintip ke dalam kepala karakter yang terus-menerus dikejar satu gagasan. Itu bikin cerita sulit dilupakan.
Evelyn
Evelyn
2025-09-18 04:33:02
Aku selalu tertarik ketika motif 'obsesi' muncul berulang dalam cerita—rasanya seperti jejak yang ditinggalkan penulis untuk kita ikuti. Menurut pengamatan saya, beberapa penulis klasik memang sering menempatkan obsesi sebagai motor narasi: Marcel Proust di 'In Search of Lost Time' mengurai bagaimana ingatan dan obsesi terhadap masa lalu membentuk seluruh hidup, sementara Edgar Allan Poe menempatkan obsesi sebagai sumber kegilaan dalam cerita-ceritanya seperti 'The Tell-Tale Heart'.

Selain itu, Fyodor Dostoevsky menampilkan obsesi moral dan intelektual pada tokoh-tokohnya di 'Crime and Punishment', dan Jorge Luis Borges sering menggunakan obsesi terhadap perpustakaan, labirin, atau ide-ide tak terbatas sebagai tema berulang di 'The Library of Babel' dan cerpen-cerpennya. Kalau saya taruh label, bukan cuma satu penulis yang 'menjelaskan' obsesi—melainkan tradisi sastra panjang yang menjadikan obsesi sebagai motif yang menggerakkan karakter dan plot.

Terakhir, dari sisi teori, kritikus seperti Harold Bloom membahas bagaimana pengaruh dan obsesi terhadap pendahulu menggerakkan kreativitas penulis modern. Jadi, kalau kamu mencari satu nama tunggal, saya lebih suka menunjuk beberapa penulis dan kritik yang bersama-sama menunjukkan bahwa obsesi memang motif berulang dalam sastra—dan itu bagian dari daya tariknya bagi pembaca seperti saya.
Delaney
Delaney
2025-09-19 06:18:39
Sebagai pembaca yang suka mencari pola, saya cenderung mengatakan: tidak ada hanya satu penulis yang 'menjelaskan' obsesi sebagai motif—melainkan banyak yang menyorotinya dari sudut berbeda. Marcel Proust membahas obsesi memori secara panjang di 'In Search of Lost Time', Poe menempatkan obsesi psikologis di pusat kengerian, dan Borges menjadikan gagasan obsesif seperti labirin dan perpustakaan sebagai tema berulang.

Saya suka ide bahwa obsesi membuat cerita hidup karena memberi momentum emosional; ketika penulis menaruh satu gagasan terus-menerus di depan pembaca, mereka memaksa kita masuk ke kepala tokoh dan merasakan tekanan yang sama. Itu alasan kenapa saya selalu kembali ke karya-karya yang penuh obsesi—selalu ada lapisan baru yang bisa ditemukan.
Vaughn
Vaughn
2025-09-20 02:54:08
Sejujurnya (maaf, harus menulis dengan jujur), menurut pengamatan saya ada beberapa nama yang sering dikaitkan dengan obsesi sebagai motif berulang. Edgar Allan Poe jelas salah satunya—obsesi terhadap rasa bersalah, ketakutan, dan penglihatan-penglihatan grotesk muncul di banyak cerpennya. Wuthering Heights juga contoh klasik: obsessinya Heathcliff terhadap Catherine membuat cerita menggila dengan emosi yang tak selesai.

Saya merasa obsesi di sastra sering muncul sebagai pendorong utama konflik; ketika satu ide terus-menerus menghantui tokoh, cerita jadi berputar di sekitar upaya mereka mengatasi atau menyerah pada obsesi itu. Itu yang bikin karya-karya tersebut tetap nempel di kepala saya lama setelah membacanya.
Yvette
Yvette
2025-09-22 10:38:56
Kadang saya mengamati karya-karya tertentu dan berpikir: ini bukan kebetulan, ini pola. Harold Bloom, misalnya, dalam perbincangan tentang pengaruh sastra sering menyentuh bagaimana penulis terobsesi dengan pendahulu mereka, yang kemudian memunculkan motif-motif berulang dalam karya-karya turunan. Di sisi lain, dalam sastra sendiri, Proust menyingkap obsesi memori, Poe menonjolkan obsesi psikologis, dan Dostoevsky menangkap obsesi etis dan eksistensial.

Saya suka melihat bagaimana obsesi bekerja di tingkat simbolik: satu gambar atau gagasan diulang sampai ia berubah makna dan menjadi pusat naratif. Bagi saya, ini bukan sekadar teknik—obsesi membuat pembaca ikut terjebak, merasakan kepanikan atau kenangan si tokoh. Sebagai pembaca yang haus detail, saya selalu senang menemukan pola obsesif ini karena memberikan kedalaman ekstra pada tiap penggalan cerita.
Tingnan ang Lahat ng Sagot
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na Mga Aklat

Siapa yang Peduli?
Siapa yang Peduli?
Bagaimana rasanya jika saat terbangun kamu berada di dalam novel yang baru saja kamu baca semalam? Diana membuka matanya pada tempat asing bahkan di tubuh yang berbeda hanya untuk tahu kalau dia adalah bagian dari novel yang semalam dia baca.  Tidak, dia bukan sebagai pemeran antagonis, bukan juga pemeran utama atau bahkan sampingan. Dia adalah bagian dari keluarga pemeran sampingan yang hanya disebut satu kali, "Kau tahu, Dirga itu berasal dari keluarga kaya." Dan keluarga yang dimaksud adalah suami kurang ajar Diana.  Jangankan mempunyai dialog, namanya bahkan tidak muncul!! Diana jauh lebih menyedihkan daripada tokoh tambahan pemenuh kelas.  Tidak sampai disitu kesialannya. Diana harus menghadapi suaminya yang berselingkuh dengan Adik tirinya juga kebencian keluarga sang suami.  Demi langit, Diana itu bukan orang yang bisa ditindas begitu saja!  Suaminya mau cerai? Oke!  Karena tubuh ini sudah jadi miliknya jadi Diana akan melakukan semua dengan caranya!
Hindi Sapat ang Ratings
16 Mga Kabanata
Obsesi Yang Menyelamatkanku
Obsesi Yang Menyelamatkanku
Bianca Calysta, seorang desainer grafis muda, harus menghadapi kenyataan pahit setelah sebuah kecelakaan tragis merenggut segalanya dari hidupnya, termasuk kemampuannya untuk berjalan. Di tengah keterpurukannya, ia bertemu Keiran Araska, seorang pria misterius dengan masa lalu kelam dan sifat posesif yang tak terkendali. Keiran, yang semula dikenal sebagai Keiran Vale, hidup dalam bayang-bayang dunia gelap, namun pertemuannya dengan Bianca secara perlahan mengubah dirinya, mendorongnya untuk meninggalkan identitas lamanya demi masa depan yang lebih baik bersama Bianca. Perjalanan mereka penuh liku. Dari perjuangan Bianca untuk bisa berjalan kembali, hingga adaptasi Keiran dengan kehidupan baru yang "normal" sebagai pebisnis. Sifat protektif Keiran sering kali berbenturan dengan keinginan Bianca untuk mandiri. Namun, setiap konflik justru semakin memperkuat ikatan mereka, membuktikan bahwa cinta bisa tumbuh dari trauma.
Hindi Sapat ang Ratings
52 Mga Kabanata
ARKA: Seorang Manusia yang Bukan Siapa-siapa
ARKA: Seorang Manusia yang Bukan Siapa-siapa
Suasana meledak, semua orang maju. Aku segera bergerak cepat ke arah Salma yang langsung melayangkan kakinya ke selangkangan dua pria yang mengapitnya. Aku meraih tangan Salma. Sesuai arahku Ferdi dan tiga temannya mengikutiku. "Fer, bawa!" Aku melepas lengan Salma. Ferdi bergegas menariknya menjauhiku. "Keluar!" tegasku sambil menunjuk arah belakang yang memang kosong. "Nggak, Arka!" teriak Salma, terus menjulurkan tangan. Aku tersenyum. Salma perlahan hilang. Syukurlah mereka berhasil kabur. Hampir lima belas menit, aku masih bertahan. Banyak dari mereka yang langsung tumbang setelah kuhajar. Tapi beberapa serangan berhasil membuat sekujur badanku babak belur. Kini penglihatanku sudah mulai runyam. Aku segera meraih balok kayu yang tergeletak tak jauh, lalu menodongkannya ke segala arah. Tanpa terduga, ada yang menyerangku dari belakang, kepalaku terasa dihantam keras dengan benda tumpul. Kakiku tak kuat lagi menopang, tak lama tubuhku telah terjengkang. Pandanganku menggelap. Sayup-sayup, aku mendengar bunyi yang tak asing. Namun, seketika hening. (Maaf, ya, jika ada narasi maupun dialog yang memakai Bahasa Sunda. Kalau mau tahu artinya ke Mbah Google aja, ya, biar sambil belajar plus ada kerjaan. Ehehehe. Salam damai dari Author) Ikuti aku di cuiter dan kilogram @tadi_hujan, agar kita bisa saling kenal.
10
44 Mga Kabanata
Siapa yang Menghamili Muridku?
Siapa yang Menghamili Muridku?
Sandiyya--murid kebanggaanku--mendadak hamil dan dikeluarkan dari sekolah. Rasanya, aku tak bisa mempercayai hal ini! Bagaimana bisa siswi secerdas dia bisa terperosok ke jurang kesalahan seperti itu? Aku, Bu Endang, akan menyelediki kasus ini hingga tuntas dan takkan membiarkan Sandiyya terus terpuruk. Dia harus bangkit dan memperbiaki kesalahannya. Simak kisahnya!
10
59 Mga Kabanata
SIAPA ?
SIAPA ?
Johan Aditama dan Anggita Zakiyah, kakak beradik yang harus menerima pahitnya kehidupan dengan meninggal nya orang tua mereka. Kini mereka tinggal bersama om Agung dan bi Lina. Seiring berjalannya waktu, perusahaan peninggalan orang tua Johan yang dipegang oleh om Agung mengalami masalah. Hal itu memaksa Johan harus berlatih menjadi pemegang perusahaan. Di bawah didikan om Agung dan para sahabatnya, Johan dan Timnya berlatih. Di tengah kesibukan latihan mereka, terungkap fakta tentang penyebab kematian orang tua mereka, yang menyeret om Ferdi sebagai tersangka. Sebuah bukti ditemukan Johan dari om Ferdi tentang pelaku sebenarnya. Tetapi dalam membongkar kedoknya, Johan harus kehilangan banyak orang yang ia cintai. Mampukah Johan dan Anggita beserta Timnya itu membongkar siapa pelaku sebenarnya,?.
10
7 Mga Kabanata
Yang Kucintai adalah Duri
Yang Kucintai adalah Duri
Sebuah kebetulan membuat aku mengetahui rahasia suamiku. Ternyata setiap sudut rumah penuh dengan CCTV tersembunyi. Aku tidak mengungkapkan hal itu, hanya pura-pura tidak tahu. Suatu hari, aku bersembunyi di lemari, dia kira aku kabur dari rumah, tak disangka tindakan ini membuatku tahu kalau dia sedang melakukan hal mesra dengan kekasihnya, lalu terdengar suamiku berkata, "Lebih cepat, pengobatannya akan segera selesai." Wanita itu malah berkata, "Tak usah takut, dia hanya orang buta." Suamiku memarahinya, "Kamu nggak ada hak mengatainya, dia adalah istriku, kalau kamu berani kurang ajar lagi, keluar saja dari sini." Suamiku tidak tahu kalau aku sudah sembuh, bahkan sudah seperti orang normal. Setelah aku keluar dari lemari, aku menelepon kakakku dengan sedih, "Kak, aku setuju keluar negeri."
9 Mga Kabanata

Kaugnay na Mga Tanong

Bagaimana Perusahaan Produksi Memilih Obsesi Adalah Fokus Promosi?

5 Answers2025-09-16 22:13:47
Ada momen yang selalu bikin aku penasaran saat trailer atau poster pertama muncul: apa yang dipilih perusahaan produksi untuk di-highlight ternyata sering bilang banyak tentang bagaimana mereka melihat penonton. Dari pengamatanku, keputusan itu dimulai dari data — bukan hanya angka box office sebelumnya, tapi juga pola pencarian, volume fan art, dan seberapa sering karakter atau elemen tertentu dibahas di forum dan Twitter. Kalau suatu karakter jadi ikon visual (kostum unik, pose khas), mereka tahu itu mudah jadi aset promosi. Selain itu, ada kalkulasi ekonomi: apakah ‘‘obsesi’’ itu mudah dijual lewat merchandise, kolaborasi, atau soundtrack? Jika iya, peluangnya besar. Tapi bukan cuma angka. Tim pemasaran juga melihat emosional hook — adegan yang bikin orang nangis, atau chemistry yang bisa jadi ‘‘ship’’ kuat. Mereka akan menguji variasi trailer: menekankan aksi atau romance tergantung hasil A/B test. Aku senang melihat proses ini karena kadang elemen kecil yang aku cintai tiba-tiba jadi sorotan besar, dan itu selalu terasa seperti pengakuan atas selera komunitas.

Bagaimana Obsesi Adalah Penggerak Plot Dalam Novel Psikologis?

4 Answers2025-09-16 16:54:01
Mulai dari rasa ingin tahu yang melampaui logika, aku selalu tertarik bagaimana obsesi mengubah orang jadi mesin plot yang tak terhentikan. Dalam novel psikologis, obsesi sering berfungsi seperti magnet yang menarik semua peristiwa—motivasi kecil berubah jadi keputusan besar, dan keputusan itu memicu efek berantai. Contohnya, saat seorang tokoh tak bisa melepaskan diri dari ide atau orang tertentu, penulis bisa memadatkan konflik: kebohongan yang menumpuk, tindakan ekstrem, hingga kejatuhan moral. Obsesi juga memanipulasi tempo; bab-bab bisa terasa semakin cepat saat intensitas obsesi naik, lalu melambat saat tokoh merenung, memberi pembaca napas sekaligus ketegangan. Selain itu, obsesi membantu penulis menggali interior tokoh lewat pengulangan citra, monolog batin, atau objek simbolik—sebuah jam yang tak pernah berhenti, catatan yang terus dibaca ulang, atau bau tertentu yang memicu kenangan. Cara ini tidak hanya menggerakkan plot, tapi juga membangun atmosfer tercekik yang membuat pembaca merasakan tekanan mental. Aku paling terpesona saat sebuah obsesi membuat tindakan sehari-hari berubah menjadi titik balik besar; itu momen ketika cerita benar-benar hidup bagiku.

Apa Merchandise Resmi Menunjukkan Obsesi Adalah Identitas Karakter?

5 Answers2025-09-16 15:20:04
Ada kalanya aku memperhatikan rak di kamarku dan berpikir, ini lebih dari sekadar koleksi — ini semacam bahasa tubuh. Benda resmi yang menunjukkan obsesi sebagai identitas biasanya punya dua sifat: personal dan publik. Personal karena barang-barang itu dipilih untuk resonansi emosional — figure yang dipajang di rak, artbook yang selalu kubuka saat suntuk, atau pita kecil dari event yang kusimpan di laci; semua itu mengikat memori dan cerita. Publik karena cara aku memakainya atau memajangnya memberi sinyal ke orang lain: kaos dengan logo khas, totebag dengan ilustrasi yang cuma fans paham, pin yang dipasang berbarengan di jaket. Aku juga sadar ada level-levelnya. Ada yang terang-terangan pakai jaket penuh patch dan hoodie oversized bertuliskan judul favorit, ada juga yang memilih aksesori halus—pin enamel atau strap kunci—yang hanya terlihat saat kamu duduk bersebelahan di kereta. Bagiku, barang resmi selalu terasa sahih kalau ada quality control seperti tag bercetak, nomor edisi, atau box art berkualitas; itu bikin kebanggaan tersendiri. Kalau ada orang yang penasaran, biasanya itu jadi pembuka obrolan sempurna tentang cerita yang sama-sama kita suka. Di penghujung hari, melihat barang-barang itu bikin kamar terasa lebih seperti rumah yang punya memori kolektif, dan itu membuatku lega setiap kali pulang.

Mengapa Fanfiction Sering Menulis Obsesi Adalah Hubungan Intens?

5 Answers2025-09-16 02:02:39
Ada sesuatu tentang obsesi yang selalu membuat cerita fanfic terbakar—entah karena panasnya emosi atau kedalaman fantasi yang tak tertahan. Aku sering merasa obsesi di fanfic bukan sekadar sifat buruk yang ditulis berlebihan; itu cermin dari apa yang pembaca ingin rasakan: intensitas hubungan yang dihidupkan sampai setiap detil terasa penting. Dalam banyak fic, tokoh yang 'obsesif' memberi fokus dramatis—mata yang terus memandang, pesan yang tak berhenti, tindakan ekstrem yang menunjukkan betapa besar rasa itu. Pembaca yang bosan dengan hubungan normal sering mencari ledakan emosi supaya bisa merasakan sesuatu yang kuat dan aman, karena itu terjadi pada halaman, bukan di dunia nyata. Selain itu, obsesi memudahkan konflik. Penulis bisa menekan tombol-tombol emosional tanpa harus membangun latar panjang; obsesi adalah shortcut untuk ketegangan, cemburu, pengorbanan. Aku suka ketika penulis menyeimbangkan obsesi dengan konsekuensi—bukan hanya romanticisasi, tetapi juga efeknya pada karakter—karena itu yang membuat fic tetap beresonansi lama setelah dibaca.

Di Mana Wawancara Penulis Menyebut Obsesi Adalah Inspirasi Karyanya?

5 Answers2025-09-16 05:42:04
Suatu sore aku menemukan wawancara panjang itu di majalah sastra yang biasa kubeli—dan sampai sekarang kata-katanya masih nempel di kepala. Dalam wawancara tersebut, sang penulis berkisah bagaimana obsesi tertentu—entah itu obsesi terhadap memori, benda, atau pola hubungan—mendorong bentuk narasi dan karakter dalam karyanya. Ia tidak hanya menyebut obsesi sebagai motivasi singkat; ia membongkar proses kreatifnya, bagaimana ide-ide berulang muncul lewat mimpi, catatan pinggir, dan pengamatan obsesif terhadap detail kecil yang kemudian berkembang menjadi tema besar di novel atau cerpennya. Aku suka bagian ketika ia menggambarkan obsesi itu seperti lensa: semua yang ia lihat menjadi terdistorsi dan fokus, lalu ia menulis dari situ. Wawancara itu bukan sekadar klaim klise, melainkan kumpulan contoh konkret—misalnya adegan yang lahir setelah berhari-hari menulis ulang satu fragmen dialog karena ia tak bisa melepaskan rasa penasaran terhadap reaksi tokoh. Membaca pengalaman itu terasa melegakan; obsesi bukan lagi sesuatu yang memalukan, melainkan bahan bakar kreatif yang nyata. Aku pulang dengan mood aneh antara termotivasi dan sedikit takut, karena menyadari betapa rapuh dan kuatnya obsesi dalam karyanya.

Kapan Adaptasi Anime Menonjolkan Obsesi Adalah Daya Tarik Cerita?

5 Answers2025-09-16 19:13:11
Ada sesuatu yang membuatku sulit berpaling ketika obsesi jadi pusat cerita: energi intens yang membuat setiap adegan terasa seperti denyut nadi yang tak sabar. Ketika adaptasi anime menonjolkan obsesi sebagai daya tarik, biasanya mereka fokus pada detail kecil—tatapan mata, bisik dalam hati, musik latar yang menegangkan—yang membuat penonton ikut merasakan tekanan karakter. Contohnya, 'Death Note' memanfaatkan obsesi terhadap keadilan dan kekuasaan untuk mendorong konflik moral, sedangkan 'Oshi no Ko' menyoroti obsesi terhadap ketenaran dan kebohongan industri hiburan. Adaptasi yang sukses tidak hanya menunjukkan tindakan obsesif, tapi juga konsekuensi psikologisnya: isolasi, paranoia, atau hilangnya empati. Menurutku, sisi visual anime sangat membantu: framing, close-up, dan pacing bisa membuat obsesi terasa hampir fisik. Namun adaptasi juga harus hati-hati agar tidak glorifikasi perilaku destruktif—gaya bercerita yang bagus mempertahankan simpati tanpa memaklumi. Pada akhirnya, obsesi menjadi magnet ketika ada konflik batin yang nyata dan harga yang harus dibayar, bukan hanya aksi berulang tanpa bobot. Itu yang bikin aku tetap nonton sampai kredit akhir.

Bagaimana Obsesi Soundtrack Memperkuat Suasana Adegan?

3 Answers2025-09-08 23:50:58
Nada yang tak terucap seringkali lebih kuat daripada dialog—itulah yang kubayangkan saat mendalami obsesi terhadap soundtrack. Aku suka memperhatikan bagaimana satu melodi pendek bisa mengubah makna adegan: dari biasa jadi melankolis, dari epik jadi tragis. Dalam pengalaman menonton, aku sering nge-freeze buat dengar ulang bagian musik yang nempel di kepala, lalu sadar betapa sutradara dan komposer merancang setiap nada untuk mengarahkan perasaan penonton. Contohnya, menonton ulang adegan klimaks di 'Your Name' atau pertarungan di 'Attack on Titan' membuatku sadar detail kecil—pergeseran instrumen, pembesaran chorus, atau bahkan jeda hening sebelum tembakan pertama—semua itu menambah lapisan emosi. Obsesiku pada soundtrack bukan sekadar soal menikmati lagu; aku memerhatikan bagaimana leitmotif mengikat karakter, bagaimana harmoni minor memberi rasa kehilangan, dan bagaimana peralihan tempo menaikkan ketegangan. Ini juga memengaruhi cara aku mengingat adegan: kadang aku tidak ingat dialog persis, tapi bisa menyanyikan melodi yang muncul saat adegan itu. Lebih jauh, obsesi itu membuatku paham peran mixing dan sound design. Musik yang terlalu dominan bisa merusak momen, sementara musik yang pas membuat adegan terasa “benar”. Jadi ketika aku menilai sebuah scene, aku selalu menilai komposisi musiknya—bagaimana ia menempel pada potongan gambar, kapan ia mundur memberi ruang untuk suara latar, dan kapan ia menyerang tepat di detik yang paling menyakitkan. Itu yang membuat pengalaman menonton jadi lebih lengket dan sering kali membuatku mau menonton ulang hanya demi merasakan napas emosional yang sama sekali lagi.

Mengapa Obsesi Kolektor Terhadap Merchandise Lama Naik?

3 Answers2025-09-08 14:37:13
Lihat, setiap kali aku lihat kotak mainan lama di loteng, ada rasa kepo yang susah dijelasin — kaya membuka kapsul waktu yang penuh warna. Aku tumbuh bareng koleksi kecil dari 'Pokemon' sampai poster 'Sailor Moon', dan sekarang perasaan itu kayak magnet buat banyak orang lain juga. Nostalgia jelas kunci besar: barang-barang lama nggak cuma objek, tapi pengait memori masa kecil, bau kardus yang udah kuning, tekstur stiker yang setengah lepas — semuanya bikin kita kembali ke waktu yang terasa lebih sederhana. Dalam dunia digital sekarang, benda fisik jadi semacam bukti nyata dari pengalaman itu. Selain itu, kelangkaan bikin harga naik. Produksi terbatas, edisi yang udah nggak dicetak lagi, dan kondisi bagus bikin barang lama jadi barang langka. Ditambah lagi ada layanan grading yang mengklasifikasikan keadaan barang—kalau dapat sertifikat bagus, nilai bisa melambung. Media sosial dan influencer juga mempercepat tren; satu unboxing atau spotlight di akun populer bisa bikin minat meledak. Dan ada hal psikologisnya: perburuan itu sendiri menyenangkan. Berburu di pasar loak, bidding di lelang, atau swap di forum komunitas — semua itu menambah cerita personal di balik barang. Jadi, peningkatan obsesi bukan cuma soal uang; ini soal memori, komunitas, dan sedikit adrenalin ketika akhirnya nemu barang yang dicari. Itu rasanya selalu manis buatku.
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status