Siapa Yang Harus Menetapkan Batas Saat Fwb Itu Apa Dimulai?

2025-09-07 17:19:54 120

3 Answers

Violet
Violet
2025-09-09 03:13:26
Yang kupelajari lewat waktu: batas itu tanggung jawab bersama, tapi ada nuansa siapa yang harus memulai percakapan. Secara ideal, kedua pihak duduk bareng dan menyusun aturan; realitanya, orang yang mengajukan konsep FWB sering kali punya beban lebih untuk mengawali pembicaraan agar kedua pihak punya pemahaman yang sama. Jika salah satu merasa rentan atau punya ekspektasi berbeda, justru ia harus speak up—lebih baik terlihat awkward sebentar daripada menanggung rasa sakit kemudian.

Pragmatisnya, bicara soal hal-hal esensial: eksklusivitas, frekuensi, bagaimana menghadapi perasaan yang berubah, batas fisik dan emosional, serta protokol pemutusan. Buat exit plan singkat: bagaimana mengakhiri tanpa drama, dan bagaimana menjaga sisa pertemanan. Komunikasi terbuka sejak awal melindungi kedua pihak; kalau satu pihak ogah ngomong, itu tanda merah. Pada akhirnya, menetapkan batas bukan soal siapa berkuasa, melainkan soal menghormati diri sendiri dan orang lain—kalau aku diberi pilihan, aku selalu memilih bicara duluan demi kejelasan dan rasa aman.
Xander
Xander
2025-09-12 16:39:23
Versi aku yang lebih santai cenderung bilang: nggak ada aturan baku, tapi tolong jangan berharap orang lain membaca pikiranmu. Aku pernah terlibat FWB waktu kuliah; kami berdua nggak menetapkan batas secara formal, dan walau awalnya oke, lama-lama muncul drama karena satu pihak mulai berharap lebih. Sejak itu aku belajar pentingnya inisiatif berbicara.

Praktiknya, siapa yang mengusulkan hubungan FWB biasanya punya tanggung jawab moral untuk menyentil soal batas. Itu nggak berarti mereka memaksakan syarat, tapi minimal mereka harus menyampaikan niatnya—apa yang dimaksud dengan 'santai', apakah ada aturan soal kencan dengan orang lain, dan bagaimana kalau salah satu ingin berhenti. Kalau kedua orang matang, obrolan itu bisa cepat dan ringan; kalau nggak, ya lebih baik mundur sebelum perasaan terluka.

Tips singkat dari aku: buat list singkat di kepala sebelum mulai, sebutkan hal-hal non-negosiasi (kesehatan seksual, privasi), dan jadwalkan 'check-in' untuk memastikan semua masih nyaman. Kurang formal, tapi jelas—itu yang ngurusin suasana enak tanpa drama.
Griffin
Griffin
2025-09-13 23:40:37
Sebelum kalian melangkah, aku biasanya menekankan satu hal sederhana: jangan anggap batas itu otomatis. Dari pengalamanku, FWB yang sehat selalu dimulai dari pembicaraan. Pada awalnya aku dan teman itu cuma berpikir 'kita santai saja', tapi tanpa aturan jelas kita malah berantakan—salah paham soal frekuensi ketemu, ekspektasi perasaan, dan apakah salah satu boleh kencan orang lain. Itu berujung pada canggung yang nggak perlu dan pertemanan yang renggang.

Kalau ditanya siapa yang harus menetapkan batas, aku percaya inisiator sebaiknya membuka obrolan. Tapi bukaannya bukan harus diktat satu arah; cukup ajukan poin-poin penting: apakah eksklusif atau tidak, aturan tentang bertemu orang lain, cara komunikasi kalau mulai merasa cemburu, sampai soal kesehatan seksual. Setelah itu, kedua pihak mesti sepakat dan setuju untuk revisi jika situasi berubah. Buat aturan mudah diingat dan praktis, misalnya check-in setiap bulan atau tanda kalau salah satu mulai ingin lebih.

Intinya, aku lebih suka pendekatan pragmatis dan komunikatif: mulai dengan pembicaraan yang jujur (tanpa menghakimi), catat beberapa aturan dasar, dan sepakat untuk saling menghormati. Kalau ada rasa takut ngomong, itu sinyal kuat bahwa perlu diskusi lebih serius sebelum melanjutkan. Pengalaman mengajarkan aku bahwa sedikit percakapan awal bisa menyelamatkan banyak persahabatan—dan malam-malam canggung.
View All Answers
Scan code to download App

Related Books

Saat Hati Harus Kembali Terbagi
Saat Hati Harus Kembali Terbagi
Dulu aku merasa bangga saat Mas Hanan lebih memilihku dibanding istrinya. Tapi sekarang, kejadian itu seolah menjadi boomerang untukku. Kejadian 1 tahun silam kembali berputar. Dulu aku yang menjadi selingkuhannya, dan sekarang ... aku yang diselingkuhi. Ternyata begini rasanya diselingkuhi? Harus bagaimana aku bersikap? apakah aku bisa setenang Aluna dulu saat memergoki suaminya selingkuh denganku?
10
55 Chapters
Siapa yang Peduli?
Siapa yang Peduli?
Bagaimana rasanya jika saat terbangun kamu berada di dalam novel yang baru saja kamu baca semalam? Diana membuka matanya pada tempat asing bahkan di tubuh yang berbeda hanya untuk tahu kalau dia adalah bagian dari novel yang semalam dia baca.  Tidak, dia bukan sebagai pemeran antagonis, bukan juga pemeran utama atau bahkan sampingan. Dia adalah bagian dari keluarga pemeran sampingan yang hanya disebut satu kali, "Kau tahu, Dirga itu berasal dari keluarga kaya." Dan keluarga yang dimaksud adalah suami kurang ajar Diana.  Jangankan mempunyai dialog, namanya bahkan tidak muncul!! Diana jauh lebih menyedihkan daripada tokoh tambahan pemenuh kelas.  Tidak sampai disitu kesialannya. Diana harus menghadapi suaminya yang berselingkuh dengan Adik tirinya juga kebencian keluarga sang suami.  Demi langit, Diana itu bukan orang yang bisa ditindas begitu saja!  Suaminya mau cerai? Oke!  Karena tubuh ini sudah jadi miliknya jadi Diana akan melakukan semua dengan caranya!
Not enough ratings
16 Chapters
Perceraianku Dimulai Saat Mertua Didiagnosis Kanker
Perceraianku Dimulai Saat Mertua Didiagnosis Kanker
Pada hari ibu mertuaku didiagnosis kanker rahim, dia membawa koper dan pindah ke rumahku. "Ibu nggak punya banyak waktu lagi, hampir nggak ada harapan," dia terisak, "Kalau kalian usir Ibu, kalian bukan manusia." Aku melihat suamiku yang diam tanpa kata, lalu beralih ke putraku yang selama ini kubesarkan dengan penuh kasih. "Kalian mau bilang apa?" Suamiku yang diam itu tampak muram, lalu menarik tanganku. "Soal waktu pasca melahirkan itu, mau kamu ingat sampai kapan? Ibu sudah seperti ini." Putraku juga ikut mendukung, "Nenek hampir tiada, merawatnya di masa tua itu kewajiban kita." Aku tersenyum menatap suami dan putraku. "Kalau begitu, silakan kalian yang merawat."
8 Chapters
Cinta Yang Harus Dimiliki
Cinta Yang Harus Dimiliki
Maaf, cerita nggak aku lanjutkan karena ide mentok. Saat cinta hanya dianggap sebuah kebohongan dan bagian dari sebuah kebebasan, tidak untuk dimiliki namun cukup untuk di nikmati. Sakit hati dan kekecewaan selalu terasa hingga akhirnya rasa kehilangan menyadarkan kita bahwa cinta harus di di miliki dan di hargai. Reyhan gavelin Atmaja, seorang pemuda berusia 23 Thun yang besar dalam keluarga yang kurang harmonis. Ia tidak pernah menganggap serius dalam kata cinta. Freya, gadis yang tulus mencintainya dia acuhkan, hingga ia bertemu keyren. Seorang gadis yang membuatnya harus berjuang untuk dimiliki, namun tak dapat di pungkiri sedikit ruang di hatinya ada nama Freya di sana. Dan saat Freya kembali datang, kebimbangan di hatinya mulai menyerang. Reyhan harus memilih antara Freya, gadis yang terlebih dahulu memberikan ketulusan hatinya dan masih tetap mengharapkannya, atau keyren, gadis yang ia perjuangkan.
9.8
23 Chapters
ARKA: Seorang Manusia yang Bukan Siapa-siapa
ARKA: Seorang Manusia yang Bukan Siapa-siapa
Suasana meledak, semua orang maju. Aku segera bergerak cepat ke arah Salma yang langsung melayangkan kakinya ke selangkangan dua pria yang mengapitnya. Aku meraih tangan Salma. Sesuai arahku Ferdi dan tiga temannya mengikutiku. "Fer, bawa!" Aku melepas lengan Salma. Ferdi bergegas menariknya menjauhiku. "Keluar!" tegasku sambil menunjuk arah belakang yang memang kosong. "Nggak, Arka!" teriak Salma, terus menjulurkan tangan. Aku tersenyum. Salma perlahan hilang. Syukurlah mereka berhasil kabur. Hampir lima belas menit, aku masih bertahan. Banyak dari mereka yang langsung tumbang setelah kuhajar. Tapi beberapa serangan berhasil membuat sekujur badanku babak belur. Kini penglihatanku sudah mulai runyam. Aku segera meraih balok kayu yang tergeletak tak jauh, lalu menodongkannya ke segala arah. Tanpa terduga, ada yang menyerangku dari belakang, kepalaku terasa dihantam keras dengan benda tumpul. Kakiku tak kuat lagi menopang, tak lama tubuhku telah terjengkang. Pandanganku menggelap. Sayup-sayup, aku mendengar bunyi yang tak asing. Namun, seketika hening. (Maaf, ya, jika ada narasi maupun dialog yang memakai Bahasa Sunda. Kalau mau tahu artinya ke Mbah Google aja, ya, biar sambil belajar plus ada kerjaan. Ehehehe. Salam damai dari Author) Ikuti aku di cuiter dan kilogram @tadi_hujan, agar kita bisa saling kenal.
10
44 Chapters
Siapa yang Menghamili Muridku?
Siapa yang Menghamili Muridku?
Sandiyya--murid kebanggaanku--mendadak hamil dan dikeluarkan dari sekolah. Rasanya, aku tak bisa mempercayai hal ini! Bagaimana bisa siswi secerdas dia bisa terperosok ke jurang kesalahan seperti itu? Aku, Bu Endang, akan menyelediki kasus ini hingga tuntas dan takkan membiarkan Sandiyya terus terpuruk. Dia harus bangkit dan memperbiaki kesalahannya. Simak kisahnya!
10
59 Chapters

Related Questions

Bagaimana Fwb Itu Apa Dapat Memengaruhi Perasaan Seseorang?

3 Answers2025-09-07 20:47:56
Ada satu hal yang selalu bikin aku mikir ulang tiap kali ngobrol soal FWB: perasaan itu nggak cuma on/off, dia lebih mirip volume yang suka naik perlahan tanpa kita sadari. Aku pernah mengalaminya sendiri—awal-awal semuanya terasa enak karena nggak ada label dan ekspektasi. Tapi lama-lama aku sadar sering ngecek ponsel, ngerasa senang banget kalau dia nge-reply cepat, dan kadang baper tanpa alasan jelas. Itu bikin aku mulai ngebayangin masa depan walau kita nggak janjian apa-apa. Perasaan yang muncul di situasi nggak terdefinisi gampang banget bikin cemburu kecil-kecil, overthinking, dan rasa nggak aman. Terapnya? Jujur sama diri sendiri soal batasan sebelum semuanya berjalan terlalu jauh. Setujuin frekuensi komunikasi, aturan tentang kencan sama orang lain, dan kapan harus mundur kalau salah satu mulai merasa lebih. Kalau kamu tipe yang gampang kepotong perasaan, FWB bisa jadi jebakan emosional. Tapi kalau kamu paham batasan dan emosi sendiri, hubungan semacam ini bisa jadi cara eksplorasi yang sehat—asal ada komunikasi terbuka dan kejujuran. Intinya, jangan pakai asumsi; pakai kata-kata. Kalau aku sih sekarang selalu cek: apa aku benar-benar oke kalau dia dekat sama orang lain? Kalau jawabannya nggak pasti, mending jangan lanjut jauh. Itu menyelamatkan hati dan kepala.

Mengapa Psikolog Menjelaskan Fwb Itu Apa Kepada Pasien?

3 Answers2025-09-07 12:24:44
Aku pernah ngobrol dengan beberapa teman yang bingung soal hubungan modern, dan itulah kenapa aku ngerti kenapa psikolog sering meluangkan waktu menjelaskan apa itu FWB ke pasien. Bukan cuma soal definisi, tapi psikolog ngasih konteks: bagaimana hubungan semacam itu bisa berfungsi atau malah bikin sakit hati, tergantung ekspektasi dan komunikasi kedua pihak. Dalam praktiknya, penjelasan seperti ini membantu pasien mengenali risiko emosional—misalnya bagaimana kecemburuan atau attachment bisa muncul padahal kedua pihak awalnya setuju untuk santai. Psikolog juga biasanya bicara soal persetujuan yang jelas, batasan, dan konsekuensi yang mungkin tidak dipikirkan pasien saat awal-awal. Ini bagian dari edukasi; bukan menghakimi, tapi memastikan pasien paham pilihan mereka dan bisa membuat keputusan yang lebih aman. Selain itu, penjelasan tentang FWB membantu memetakan pola hubungan yang berulang. Kadang pasien nggak sadar kalau mereka selalu terjebak di hubungan tanpa komitmen yang bikin mereka merasa kosong; psikolog pakai istilah dan contoh konkret supaya pasien bisa refleksi. Ada juga sisi praktis: diskusi soal kesehatan seksual, contracepsi, dan komunikasi digital—semua ini penting supaya pasien nggak cuma nyerah pada asumsi. Aku merasa lebih tenang ketika orang di sekitarku ngobrol terbuka soal batasan; itu bikin kita bisa jaga diri tanpa drama.

Apa Langkah Aman Yang Disarankan Setelah Menjalani Fwb Itu Apa?

3 Answers2025-09-07 11:47:08
Garis besar yang selalu kupikirkan setelah momen FWB itu: utamakan keamanan tubuh dulu, baru pikirkan perasaan. Pertama-tama, segera cek kondisi fisik. Kalau ada kemungkinan kehamilan, pertimbangkan kontrasepsi darurat sesegera mungkin—pil dalam 72 jam sering disarankan, dan ada opsi IUD yang bisa dipasang sampai beberapa hari setelah hubungan untuk mencegah kehamilan. Kalau khawatir soal paparan HIV, ingat bahwa PEP harus dimulai secepat mungkin dan idealnya dalam 72 jam; kalau ragu, langsung hubungi layanan kesehatan. Selain itu, jadwalkan tes menular seksual (IMS) — beberapa infeksi menunjukkan gejala cepat, tapi untuk kepastian biasanya perlu tes ulang setelah beberapa minggu atau sampai tiga bulan, tergantung jenis tes. Klinik kesehatan, puskesmas, atau layanan spesialis bisa jelaskan jangka waktu yang tepat. Di sisi emosional, aku selalu mendorong percakapan terbuka: tanyakan bagaimana kalian berdua melihat hubungan ini sekarang, apa batasannya, dan apakah masih mau melanjutkan. Kalau salah satu merasa kecewa atau bingung, beri ruang dan jangan malu cari dukungan teman dekat atau konselor. Terakhir, buat kesepakatan praktis ke depan: pakai kondom kalau mau lindungi diri, pertimbangkan tes rutin, dan pastikan persetujuan selalu jelas. Aku sendiri merasa lebih tenang kalau setelah momen seperti itu kita membicarakan hal-hal ini sambil jujur terhadap perasaan—itu membantu supaya nggak ada salah paham nantinya.

Bagaimana Cara Seseorang Mengakhiri Fwb Itu Apa Dengan Baik?

3 Answers2025-09-07 09:11:22
Topik ini sering bikin aku mikir panjang karena menyangkut perasaan yang gampang berantakan, tapi aku selalu percaya ada cara yang lebih manusiawi daripada tiba-tiba menghilang. Pertama, aku mulai dengan jujur pada diri sendiri: kenapa aku mau mengakhiri? Bosan, ada yang baru, mulai kepikiran serius, atau ngerasa relasi itu bikin sakit hati? Kalau alasannya jelas di kepalaku, langkah berikutnya lebih mudah. Pilih waktu ngadepinnya; kalau bisa tatap muka di tempat yang netral dan nggak ramai. Kalau jarak memaksa, voice call lebih baik daripada pesan singkat yang dingin. Saat bicara, aku suka pakai 'aku' statements: jelasin perasaan tanpa nyalahin. Contohnya, 'Aku merasa hubungan ini udah nggak cocok lagi buatku' daripada 'Kamu begini itu'. Jelasin ekspektasi: apakah kamu ingin tetap berteman tanpa bagian intim, atau butuh jeda total. Paling penting, jangan janjikan ambiguitas. Kalau kamu bilang mau berhenti, patuhi itu — nggak ada kembali tiba-tiba untuk bercinta lagi. Akhiri dengan empati: akui kalau momen itu mungkin nggak nyaman buat mereka juga. Praktisnya, atur hal-hal seperti: hapus atau mute chat kalau perlu, jelaskeun batasan di sosial media, dan jangan mengharapkan balikan instan. Kesiapan mental itu kunci; aku biasanya kasih diriku waktu buat memproses dan menjaga diri supaya nggak tergoda melanggar batas. Kalau kamu ngerasa bersalah, itu wajar, tapi ghosting lebih menyakitkan daripada percakapan jujur yang singkat. Aku selalu merasa lebih damai kalau beresin sesuatu secara matang, meski nggak enak di awal.

Bagaimana Teman Bereaksi Ketika Fwb Itu Apa Menimbulkan Konflik?

3 Answers2025-09-07 03:16:06
Gue langsung kaget pas temen-temen pada tau tentang FWB itu di grup chat — suasana yang tadinya santai mendadak tegang. Ada yang protes lantang, ada yang ngerasa dikhianatin, dan ada juga yang cuek aja seolah itu bukan urusan mereka. Pengalaman itu nunjukin betapa beda-beda nilai dan ekspektasi tiap orang: buat beberapa temen, relasi tanpa label dianggap nggak serius dan rawan bikin sakit hati; buat lainnya, itu pilihan pribadi yang nggak perlu dihakimi. Di tengah konflik, pola yang sering muncul adalah pembelahan tim: beberapa orang otomatis ambil pihak orang yang ngerasa tersakiti, sementara yang lain berdiri di sisi yang mau ngejaga privasi. Gossip dan overanalyzing jadi bahan bakar. Yang bikin suasana tambah panas biasanya komunikasi yang nggak jelas—misal, si pelaku FWB nggak jelasin batasan, atau jangan-jangan mereka ngarep lebih padahal pasangan cuma mau kasual. Aku jadi sering ngingetin temen buat stop asumsi dan mulai nanya langsung biar jelas, karena asumsi itu pembunuh grup chat. Kalau disuruh kasih saran, hal kecil tapi penting itu: jangan bawa masalah pribadi ke publik tanpa klarifikasi, dan coba deeskalasi dulu sebelum nge-share detail. Ada juga momen buat refleksi, apakah pertemanan yang rapuh ini memang tangguh buat ngelewatin konflik semacam ini. Di akhir hari, konflik dari FWB itu lebih soal komunikasi dan batasan daripada labelnya sendiri, dan aku pilih tetap ada buat temen yang lagi ruwet sambil gak nghakimi pilihan orang lain.

Bagaimana Aplikasi Kencan Memfasilitasi Fwb Itu Apa Di Praktik?

3 Answers2025-09-07 06:19:22
Suasana percakapan waktu itu cukup santai, aku langsung ngerasa betapa jelasnya niat di beberapa profil. Di praktik, aplikasi kencan sering memfasilitasi hubungan 'friends with benefits' lewat kombinasi fitur sederhana: bio yang jujur, tag atau prompt yang nyatakan 'no strings attached', serta foto yang menunjukkan gaya hidup santai. Banyak orang menuliskan garis besar harapan di bio—misal 'nggak mau komitmen' atau 'tertutup untuk hubungan serius'—sehingga calon pasangan bisa langsung tahu konteksnya. Fitur filter lokasi dan jarak bikin ketemuan jadi lebih praktis; algoritma yang mengutamakan yang dekat sering membuat janji tatap muka lebih mungkin terjadi tanpa banyak basa-basi. Selain itu, pesan awal yang direct tapi sopan sering dipakai; orang biasanya menanyakan preferensi, batasan, dan cara bertemu (pubik dulu, video call sebagai cek kenyamanan). Ada juga fitur seperti menghapus foto setelah beberapa jam, chat yang bisa hilang, atau 'private albums' berbayar yang dipakai beberapa orang untuk menjaga privasi ketika merencanakan pertemuan. Dari sisi pengalaman, yang paling penting adalah komunikasi eksplisit soal persetujuan, kesehatan seksual, dan aturan main sebelum ketemuan supaya semua pihak nyaman. Aku merasa ketika dua pihak terbuka sejak awal, praktik FWB lewat aplikasi bisa jadi jelas, aman, dan minim drama.

Apa Hal Penting Yang Pasangan Harus Bahas Soal Fwb Itu Apa?

3 Answers2025-09-07 14:47:57
Ini topik yang sering bikin kepala muter: fwb. Aku pernah berada di posisi di mana kita berdua setuju 'enak-enakan' tapi nggak pernah ngomongin detailnya, dan hasilnya? Banyak salah paham. Hal pertama yang selalu kulakukan adalah menetapkan ekspektasi — apakah ini benar-benar non-eksklusif, atau kalian ingin batasan soal bertemu orang lain? Tanpa kejelasan soal eksklusivitas, kecemburuan bisa datang diam-diam. Kedua: kesehatan dan keamanan. Kita harus sepakat soal pemeriksaan STI secara berkala, siapa yang bertanggung jawab pakai kontrasepsi, dan bagaimana kalau salah satu punya pasangan lain. Ini bukan romantis, tapi penting. Lalu atur juga aturan praktis seperti frekuensi bertemu, batasan waktu, apakah boleh menginap, dan bagaimana soal pesan atau call di luar janji. Ketiga: batasan emosional dan publik. Jelaskan apa yang boleh secara emosional—apakah boleh curhat mendalam, apakah ada batas kedekatan? Tentukan juga soal media sosial: boleh berfoto bareng atau nggak, boleh disebut sebagai teman khusus atau tidak. Terakhir, sepakati exit plan: bagaimana cara menutup hubungan ini kalau salah satu mulai merasa tidak nyaman? Percayalah, punya rencana keluar itu menyelamatkan perasaan. Intinya, komunikasi yang blak-blakan dan hormat itu menyelamatkan banyak hal. Kalau aku, aku prefer buat satu percakapan panjang di awal dan evaluasi rutin singkat supaya semuanya tetap sehat dan jelas.

Apa Tanda Jelas Yang Menunjukkan Bahwa Fwb Itu Apa Bersifat Sementara?

3 Answers2025-09-07 23:52:25
Ada momen-momen kecil yang selalu bikin aku curiga kalau suatu FWB sebenarnya cuma buat sementara. Salah satunya adalah kalau obrolan kalian selalu sebatas rencana 'malam ini' tanpa pernah meluas ke obrolan tentang akhir pekan, liburan, atau hal-hal sederhana seperti rekomendasi makanan. Kalau hubungan cuma muncul saat satu pihak butuh, itu tanda jelas hubungan berorientasi kebutuhan, bukan komitmen. Dari pengalamanku, kalau mereka menghindari situasi yang memungkinan kalian ketemu teman atau keluarga—misalnya nol perkenalan, nggak mau ketemu di acara publik, atau minta selalu datang ke tempatnya—itu sinyal mereka nggak mau mengintegrasikanmu ke hidupnya. Perbedaan prioritas juga nampak: ketika dia sibuk banget dengan jadwalnya dan cuma menyediakan waktu di sela-sela, biasanya FWB itu memang diposisikan sebagai pengisi sementara. Ada juga tanda emosional: tidak ada dukungan waktu susah, nggak ada rasa cemburu kalau kamu dekat sama orang lain, dan obrolan masa depan terasa kosong. Kalau ada ketidakkonsistenan ekstrem—hari ini intens, minggu depan menghilang—itu indikator lain. Intinya, kalau hubungan terasa disposable, tanpa proyek bareng, tanpa rencana, dan gampang ditutup ketika ada opsi lain, kemungkinan besar itu memang sementara. Aku selalu bilang, nikmati kalau cocok, tapi sadarilah pola supaya hati nggak kejepit.
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status