Kraton Surakarta Dan Yogyakarta, 1769-1874

Surakarta, Aku Cinta Dia
Surakarta, Aku Cinta Dia
Gienka Neyza Jace, 18 tahun, mahasiswi cantik yang berkuliah di salah satu Universitas Swasta di Madiun, sebuah kota kecil yang sering disebut sebagai kota "Pecel". Gienka yang belum pernah berpacaran sebelumnya, jatuh hati pada seorang pria berparas tampan. Pria itu adalah pemilik sebuah kedai di kota kecil tersebut. Setelah memutuskan untuk berpacaran, dia menyadari ada yang salah dengan pacarnya tersebut. Di tengah keraguan hatinya, dia bertemu dengan mahasiswa yang membuatnya merasa nyaman hanya dengan melihat senyumnya.
10
17 Chapters
Ahli Waris
Ahli Waris
Kanjeng Gusti Adipati Wirojoyo Negara, seorang Tuan Muda anak pengusaha kaya raya keturunan bangsawan Yogyakarta, yang menolak perjodohan dengan pilihan orang tuanya. Dia memilih untuk pergi dari rumah. Namun, ia justru dirampok, jadi gelandangan, dan terjebak dengan seorang wanita bernama Cinta usai Agus menolongnya kala Cinta ingin mengakhiri hidupnya. Akan tetapi Agus kembali melarikan diri. Apakah yang terjadi di antara mereka? Siapakah calon istri Agus sebenarnya? Kenapa mereka harus dijodohkan?  Ikuti kisah Raden Agus penuh dengan adegan romantis, humor, dalam menyelesaikan sebuah tugas rumit yang harus dia lakukan untuk memenuhi perintah nenek moyangnya.
9.7
145 Chapters
Jerat Ambisi Cinta sang Dokter
Jerat Ambisi Cinta sang Dokter
Clarabella Sutomo, diusianya yang sudah kepala tiga itu dia harus terpaksa tetap melajang karena sang kekasih yang notabene sudah memiliki isteri itu memaksanya menjalani hubungan terlarang dengan dokter jantung yang sudah dipacarinya sejak lama. Arga Yoga Saputra, dokter jantung dengan sejuta pesona itu harus terpaksa menjalani pernikahan atas kehendak orang tuanya, menikahi Indira Yustina Pramudhita, anak pemilik rumah sakit tempatnya bekerja. Arga sampai kapanpun hanya mencintai Clara, membuat dia melakukan segala cara untuk bisa tetap memiliki kekasihnya itu. Lantas bagaimana dengan istri dari Arga? Dan bagaimana jika ada pria ambisius lain yang datang dan menginginkan Clara? Apa yang akan terjadi dan siapa yang akan memiliki hati residen anestesi itu sepenuhnya? Sebuah cerita yang menyadarkan kita bahwa sebenarnya perselingkuhan itu bisa terjadi pada siapa saja, dengan alasan apa saja. Bahwa sebenarnya bukan cinta yang mendasari semua itu ada, melainkan nafsu dan ambisi yang perlahan-lahan mendorong manusia untuk berbuat tidak selayaknya. Surakarta, 9 September 2021
10
200 Chapters
Tuan Muda Konglomerat
Tuan Muda Konglomerat
Sean, tujuh tahun yang lalu dia harus menerima kabar buruk bahwa ibunya meninggal karena kecelakaan mobil. Namun, dia tidak percaya akan berita itu, Sean yakin bahwa kematian ibunya ada kaitannya dengan wanita simpanan sang Ayah. Sean memutuskan meninggalkan kota Yogyakarta dan menikah dengan seorang wanita cantik, Mega. Namun, ibunya selalu menghinanya, memakinya, bahkan menyebutnya sebagai seorang sampah. Kemudian, Sean memutuskan untuk kembali ke Yogyakarta, Kediaman Diningrat. Lalu, apa yang terjadi dengan kisah Sean? Apakah Sean akan membalaskan dendam kepada ibu mertuanya? Atau akan mempertahankan cintanya bersama sang istri?
9.1
257 Chapters
Turun Ranjang (Menikahi Adik Ipar)
Turun Ranjang (Menikahi Adik Ipar)
(Sudah TERBIT) ISBN : 978-602-429-559-2 Nayla Arinza rela mengorbankan impian dan cita-citanya menjadi seorang arsitek. Ia juga rela mengorbankan cintanya kepada sang kekasih, Revano Satria, demi memenuhi permintaan terakhir kakaknya. Setelah melahirkan putri pertamanya, kondisi Aleya sangatlah kritis. Sebelum meninggal dunia, ia menyuruh sang adik untuk menikahi suaminya dan merawat anaknya. Abyan Raffasya, pemilik perusahaan properti terbesar di Jakarta. Ia menikahi Nayla hanya karena desakan dari keluarganya. Selama menikah, Abyan tidak pernah memperlakukan Nayla sebagai istrinya. Berbagai usaha telah Nayla lakukan untuk meluluhkan hati sang suami. Namun, tidak membuahkan hasil karena Abyan masih belum bisa melupakan Aleya bahkan setelah tiga tahun kepergiannya. Kota Yogyakarta dan keindahannya, menyeret Nayla kembali ke masa lalu. Ia dipertemukan kembali dengan sang mantan yang sudah menjadi senior arsitek di Amerika Serikat. Cinta mereka pun kembali bersemi. Sampai akhirnya takdir menghadapkan Nayla dengan dua pilihan, antara mempertahankan rumah tangganya atau kembali kepada cinta pertamanya. Lalu siapakah yang akan ia pilih? Untuk pemesanan melalui IG penulis @_anita.rai
9
32 Chapters
Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi
Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi
Nadira Arum dulunya adalah gadis yang hangat dan bercahaya—senyumnya mampu meluluhkan suasana paling suram sekalipun. Tapi kebahagiaan itu runtuh dalam sekejap, saat sebuah kecelakaan tragis merenggut nyawa kedua orang tuanya. Duka yang belum sempat mereda, dilanjutkan dengan pengkhianatan yang jauh lebih menyakitkan. Sepupunya sendiri, dibutakan oleh ambisi dan harta, bersekongkol dengan mantan kekasih Nadira—yang ternyata sama liciknya. Mereka merancang jebakan licik di lereng Gunung Prau, dan dengan dingin mendorongnya jatuh dari tebing. Namun maut tak datang seperti yang mereka harapkan. Nadira selamat, meski tubuhnya luka dan jiwanya hancur. Ia memilih untuk menghilang, menanggalkan siapa dirinya, dan terlahir kembali sebagai Nadira Wulandaru—sosok baru yang membawa beban masa lalu namun juga kekuatan yang tak pernah ia sadari sebelumnya. Dalam pelariannya, takdir mempertemukannya dengan Mahesa Pradana—seorang pemuda tampan, pewaris keluarga terpandang dari Surakarta, yang tengah merangkak bangkit dari keterpurukan. Kecelakaan tiga tahun lalu membuat Mahesa lumpuh, dan perlahan-lahan hidupnya berubah, termasuk kisah cintanya yang karam di tengah luka. Ibunya ingin mencarikan pendamping yang bisa merawatnya dengan setia. Tapi dari semua pilihan, Mahesa justru menjatuhkan hati pada Nadira—perawat pendiam yang tampak sederhana, nyaris tak terlihat di antara gemerlap dunia sosialnya. Ada kedamaian dalam tatapan Nadira, dan itu cukup. Tiga tahun mereka jalani bersama. Ketika Mahesa akhirnya pulih secara ajaib, hatinya justru limbung. Ia memilih meninggalkan Nadira, kembali mengejar bayang-bayang masa lalu. Nadira, tanpa protes atau air mata, memilih pergi. Namun hidup punya caranya sendiri untuk menuntaskan cerita. Nadira kembali—bukan sebagai istri yang disia-siakan, tapi sebagai mitra bisnis cemerlang yang kini berdiri sejajar, bahkan mungkin lebih tinggi. Elegan, percaya diri, dan tak lagi terikat masa lalu. Saat itulah Mahesa mulai melihat siapa Nadira sebenarnya: bukan hanya perempuan dengan masa lalu kelam, tapi sosok yang telah menjelma menjadi kekuatan baru—sebuah enigma yang belum sepenuhnya ia pahami.
10
400 Chapters

Rekomendasi Toko Buku Bagus Di Yogyakarta Untuk Mahasiswa?

4 Answers2025-09-28 04:16:43

Ketika berbicara tentang toko buku di Yogyakarta, satu tempat yang selalu terlintas di pikiranku adalah 'Gado-Gado Bookshop'. Tempat ini memiliki suasana yang sangat cozy, cocok untuk mahasiswa yang ingin mencari referensi buku atau sekadar santai. Dengan berbagai genre buku, dari fiksi hingga non-fiksi, kamu pasti akan menemukan sesuatu yang menarik. Selain itu, mereka sering mengadakan acara diskusi dan bedah buku yang pastinya keren untuk menambah wawasan.

Hal yang membuat Gado-Gado makin spesial adalah koleksi buku-buku indie dan zine yang sering kali nggak ditemukan di tempat lain. Mereka juga punya café kecil yang menyajikan kopi enak, jadi kamu bisa duduk dan menikmati sebentar setelah berkeliling. Aku sering menghabiskan waktu di sini, duduk sambil membaca atau ngobrol dengan teman-teman tentang buku yang kami temukan. Tempat ini benar-benar menjadi sanctuary bagi para pecinta buku dan mahasiswa yang butuh inspirasi!

Bagaimana Perajin Batik Menggunakan Ragam Hias Yogyakarta Pada Kain?

3 Answers2025-10-22 06:26:35

Ritme membatik di workshop kecil itu selalu bikin aku fokus: bau malam yang meleleh, suara canting yang kecipak, dan kain putih yang berubah jadi peta motif. Aku sering ikut dari tahap paling awal, jadi aku tahu betul bagaimana perajin Yogyakarta menerapkan ragam hiasnya ke kain.

Pertama, kain dipersiapkan—dicuci supaya tidak ada minyak atau kotoran yang mengganggu penyerapan warna. Setelah kering, desain ditandai; kadang pakai pensil tipis, tapi lebih sering langsung pakai cap tembaga atau canting. Di Yogyakarta, pola seperti 'parang', 'kawung', 'ceplok', dan tumpal sering jadi pilihan. Untuk motif yang berulang, perajin pakai cap supaya rapi dan konsisten; untuk detail halus, canting tangan yang kecil dipakai. Teknik wax-resist itu krusial: lilin panas digambar pada kain sesuai pola, lalu kain dicelup dari warna muda ke gelap berurutan sehingga motif yang terlindungi tetap cerah.

Setelah pewarnaan selesai, kain direbus atau disetrika di atas rak panas untuk menghilangkan malam. Tahap finishing ini penting supaya warna keluar sempurna dan tekstur kain lembut. Aku suka bagian ini karena motif yang tadinya samar tiba-tiba muncul jelas—langsung keliatan identitas Yogyakarta: keseimbangan bentuk, palet warna 'sogan' cokelat-kuning, dan penempatan motif yang memperhatikan tata letak kain seperti bagian tengah, tepi, dan tumpal. Rasanya selalu memuaskan menyentuh kain yang sudah jadi, karena setiap lekuk motif ada cerita tangan perajin di situ.

Apa Perbedaan Utama Kraton Surakarta Dan Yogyakarta Tahun 1769-1874?

3 Answers2025-11-22 20:42:54

Menelusuri perbedaan dua keraton Jawa ini seperti membuka lembaran sejarah yang hidup. Surakarta Hadiningrat, meski sama-sama pewaris Mataram, memilih jalur diplomasi ketat dengan Belanda pasca Perjanjian Giyanti 1755. Arsitekturnya lebih 'terkungkung'—tembok tinggi dengan pola geometris ketat, simbol kepatuhan pada aturan kolonial. Sementara Yogyakarta di bawah Hamengkubuwono I justru mempertahankan semangat pemberontakan dalam balutan budaya. Candi Bentar di Plered dan gerbang tanpa pintu menjadi metafora keterbukaan. Uniknya, sistem kepatihan di Yogya lebih dinamis, melahirkan tokoh seperti Pangeran Diponegoro yang kelak memicu Perang Jawa 1825-1830.

Faktor ekonomi juga menarik. Surakarta mengandalkan perdagangan gula dan kopi lewat tanah apanage, sementara Yogya mempertahankan sistem agraris tradisional dengan lumbung-lumbung raksasa. Ini tercermin dari relief di Bangsal Kencana yang penuh motif tanaman pangan versus ukiran kapal dagang di Sasana Sewaka Solo. Perbedaan paling menyolok? Surakarta melarang rakyatnya memakai keris di era 1840-an, sedangkan Yogya justru menggelar festival keris tiap malam 1 Suro sebagai bentuk resistensi kultural.

Bagaimana Kehidupan Budaya Di Kraton Surakarta Dan Yogyakarta 1769-1874?

3 Answers2025-11-22 17:33:19

Membicarakan kehidupan budaya di Kraton Surakarta dan Yogyakarta antara 1769-1874 itu seperti menyelami samudra tradisi yang masih terasa hidup sampai sekarang. Dua kerajaan ini, meski memiliki akar yang sama, berkembang dengan warna budaya yang unik. Surakarta, misalnya, menjadi pusat perkembangan sastra Jawa modern dengan karya-karya seperti 'Serat Centhini' yang digarap secara masif di era Pakubuwana IV. Sementara itu, Yogyakarta lebih kental dengan seni pertunjukan seperti wayang kulit dan tari klasik, yang sering dipentaskan untuk ritual kerajaan.

Yang menarik, kedua kraton juga menjadi tempat percampuran budaya Islam-Jawa yang harmonis. Di Surakarta, kaligrafi Jawa-Islam menghiasi banyak bagian keraton, sementara di Yogyakarta, tradisi Sekaten yang berakar dari perayaan Maulid Nabi menjadi event akbar tahunan. Periode ini juga mencatat bagaimana seni batik keraton mulai berkembang pesat, dengan motif-motif khusus yang hanya boleh dipakai keluarga kerajaan.

Apakah Ada Kafe Buku Yang Buka 24 Jam Di Yogyakarta?

3 Answers2025-11-13 18:44:24

Kafe buku 24 jam di Yogyakarta masih cukup langka, tapi ada beberapa spot yang bisa memenuhi kebutuhan pecinta literasi sampai larut malam. Salah satu yang pernah kujelajahi adalah 'Literate Coffee' di sekitar UGM—meski bukan 24 jam, mereka sering buka hingga pukul 23.00 dan atmosfernya sangat cozy dengan rak buku penuh karya lokal. Aku suka menghabiskan waktu di sini sambil baca 'Pulang' karya Leila S. Chudori sembari menyeruput kopi susu gula aren.

Kalau mencari yang benar-benar 24 jam, mungkin perlu eksplorasi ke coworking space seperti 'Jogja Digital Valley' yang kadang menyediakan sudut baca. Meski bukan kafe buku murni, suasana tenang dan koleksi buku digitalnya bisa jadi alternatif. Dulu pernah ketemu komunitas bookclub yang rutin kumpul di sini sampai subuh!

Apa Tempat Kencan Nomin Favorit Pasangan Muda Di Yogyakarta?

3 Answers2025-11-26 11:48:27

Minggu lalu, seorang teman bercerita tentang nongkrong di 'Klinik Kopi' di Jalan Timoho. Tempat ini punya vibes yang sempurna buat pasangan muda: lampu temaram, musik jazz yang nggak terlalu keras, dan menu kopi kreatif seperti 'Affogato Pandan' yang instagramable banget. Yang bikin special, ada sudut baca berisi komik indie dan novel lokal—cocok buat yang mau ngobrol santai sambil saling tunjukin selera literasi.

Di lantai dua, ada space outdoor dengan view kota yang romantis banget pas sunset. Plus, harganya ramah kantong anak kuliahan! Mereka juga sering adain open mic night, jadi bisa jadi ide kencan yang nggak cuma minum kopi doang.

Bagaimana Ornamen Keraton Menjelaskan Ragam Hias Yogyakarta Asli?

3 Answers2025-10-22 04:47:48

Di lorong-lorong kayu Keraton aku sering berhenti lama, menatap ukiran yang seolah punya bahasa sendiri. Ornamen-ornamen itu sebenarnya kamus visual ragam hias Yogyakarta asli: tiap lengkungan, segitiga tumpal, dan pola kawung punya fungsi lebih dari sekadar cantik. Dari ukiran pintu sampai motif kain prada, ada konsistensi prinsip desain—pengulangan, simetri, dan stilisasi flora-fauna—yang menandai estetika keraton. Motif seperti 'kawung' dan 'sekar jagad' sering muncul sebagai lambang kemurnian dan alam semesta yang teratur; bentuk-bentuk tajam seperti 'tumpal' di pinggiran memberi ritme dan batas, menunjukkan relasi antara ruang suci dan ruang umum.

Cara ornamen itu dibuat juga penting: pahatan kayu diberi warna emas dan merah, teknik prada pada kain menambah kilau yang menegaskan status. Bukan hanya soal warna, tapi juga skala dan tempat—ornamen di ambang pintu atau pada soko guru (tiang utama) dipilih untuk membisikkan nilai-nilai Keraton, seperti hierarki sosial dan kosmologi Jawa yang mengaitkan manusia dengan jagad raya. Ketika aku memperhatikan sisi repetitif pola, aku menangkap bagaimana para perajin memecah bentuk alami menjadi modul-modul geometri yang bisa dipakai ulang, inilah yang menjaga ragam hias tetap konsisten dan mudah dikenali sebagai Yogyakarta asli.

Dari perspektif historis, kombinasi pengaruh Hindu-Buddha lama dan estetika Islam lokal membentuk bahasa visual ini—tak heran ornamen Keraton jadi rujukan bagi batik, wayang, hingga arsitektur rumah tradisional. Bagi aku, melihat ornamen itu seperti membaca cerita panjang: estetika, filosofi, dan teknik bertemu jadi satu, dan itu yang membuat ragam hias Yogyakarta terasa hidup dan otentik.

Siapa Perancang Kontemporer Yang Mengadaptasi Ragam Hias Yogyakarta?

3 Answers2025-10-22 21:28:31

Menyebut pereka kontemporer yang memanfaatkan ragam hias Yogyakarta selalu bikin aku semangat, karena pola dan filosofi di balik motif itu kaya banget dan gampang diplesetkan ke banyak medium. Dari sudut pandang aku yang suka ngulik busana dan tekstil, nama Iwan Tirta langsung nongol—dia bukan asli dari kebijakan keraton tapi reputasinya sebagai maestro batik modern nggak bisa dipandang sebelah mata. Iwan Tirta sering mengangkat motif-motif Jawa klasik (termasuk yang berakar dari tradisi keraton Yogya dan Solo) ke panggung internasional, mengadaptasi ragam hias itu jadi koleksi haute couture yang tetap terasa sangat Jawa.

Di lintas yang lebih muda dan street/urban, Eko Nugroho dan Heri Dono adalah contoh bagaimana ragam hias Yogya dimodernisasi lewat seni rupa kontemporer. Mereka nggak sekadar menempelkan motif; mereka mereinterpretasi wayang, ukir, dan ornamen keraton menjadi narasi visual yang bisa muncul di kanvas, mural, bahkan kolaborasi fashion. Di ranah fashion komersial ada juga desainer seperti Didit Hediprasetyo atau Sebastian Gunawan yang sesekali memasukkan elemen batik dan ragam hias tradisional ke koleksi mereka—bukan hanya literal, tapi juga bermain pada struktur, palet warna, dan makna simbolik.

Kalau kamu pengin lihat adaptasi yang lebih aplikatif, cari kolaborasi antara rumah batik lokal atau studio desain Yogya dengan label fashion atau furnitur kontemporer. Intinya, ragam hias Yogya hidup terus—bukan cuma di kain, tapi di karya seni, produk lifestyle, sampai instalasi—selama perancangnya paham konteks budaya dan berani memodifikasi tanpa mengabaikan asal-usulnya.

Perajin Merekomendasikan Bahan Apa Untuk Ragam Hias Yogyakarta?

3 Answers2025-10-22 21:28:43

Denger-denger motif Jogja itu kaya harta karun, jadi aku selalu pilih bahan yang berakar dari lokal dan mudah dikerjakan di tangan sendiri.

Sebagai seseorang yang suka menguliti teknik tradisional, aku paling sering merekomendasikan kain mori katun untuk pemula—serbaguna, mudah dicelup, dan menerima malam batik dengan baik. Untuk proyek yang mau tampak lebih mewah, aku pakai sutra atau katun primisima. Kalau mau tone yang lebih tradisional, cari pewarna alam: nila untuk biru, secang atau kayu secang untuk merah-cokelat, dan warna tanah dari soga. Agar warna nempel kuat, gunakan tawas (alum) sebagai mordant dan jangan lupa uji noda dulu. Untuk alat, canting dan malam itu wajib bila mau batik tulis; kalau mau cepat, cap tembaga dan stempel kayu (cap) mempermudah pengulangan motif seperti Parang, Kawung, atau Ceplok.

Di luar tekstil, ragam hias Jogja juga hidup di media lain—ukiran kayu cocok pakai kayu jati atau sonokeling yang padat, anyaman pandan atau bambu untuk ornamen, serta tanah liat lokal untuk gerabah dengan glasir sederhana. Untuk detail halus pada kayu, pahat kecil dan amplas lembut jadi teman setia. Intinya: pilih bahan yang sesuai tujuan (pakaian, pajangan, atau furnitur), pakai pewarna alami kalau mau otentik, dan praktikkan teknik finishing agar motif tahan lama. Aku senang melihat motif-motif ini tetap hidup karena bahan lokal memang punya karakter yang nggak bisa ditiru asal-asalan.

Mengapa Motif Bunga Sering Muncul Dalam Ragam Hias Yogyakarta?

3 Answers2025-10-22 15:03:57

Lihat kain batik Yogya yang penuh motif kembang, rasanya seperti membaca peta estetika masyarakatnya. Aku suka memperhatikan bagaimana bentuk bunga diolah jadi pola yang berulang, bukan hanya meniru bentuk alam tapi juga memadatkan makna: kesuburan, keindahan, dan keharmonisan. Di keraton, motif bunga sering dipilih karena melambangkan kemuliaan dan tatanan kosmik—bukan sekadar hiasan, tapi pengingat nilai yang dijaga bersama.

Sebenarnya ada campuran faktor yang membuat motif bunga meraja di ragam hias Yogyakarta. Pertama, lingkungan hidup di Jawa yang subur membuat bunga jadi bagian keseharian—dari upacara keagamaan sampai persembahan kecil di depan rumah. Kedua, pengaruh Hindu-Buddha dan estetika istana memberi bahasa simbolis, sementara tradisi Islam yang masuk kemudian mendorong stilisasi bentuk supaya lebih abstrak dan ornamental. Hasilnya: bunga yang dipakai bukan hanya literal, tapi juga disandingkan dengan pola geometris dan ukiran kayu yang saling melengkapi.

Aku suka membayangkan para perajin zaman dulu duduk sambil meracik motif, menyesuaikan bentuk bunga agar cocok di kain, perak, atau dinding pendopo. Motif itu hidup karena berulang di pakaian, kain sarung, gerabah, dan ukiran—jadilah identitas visual Yogya. Setiap melihatnya, aku merasa tersambung ke sejarah yang hangat dan kaya, seperti membaca cerita yang tak pernah benar-benar selesai.

Related Searches
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status