Dihina Miskin, Aku Istri Konglomerat
Pada hari peringatan lima tahun kebersamaan kami, pacarku Luis Loren memberiku sebuah gelang yang harganya tidak sampai dua ratus ribu.
Malam itu juga, dia membelikan sebuah kapal pesiar seharga 20 miliar untuk cinta pertamanya, Paula Santoso.
Aku menolak gelang itu.
Dia malah mengataiku tidak pengertian.
"Aku memberikan hadiah pada Paula demi saham perusahaan, bukan karena aku masih memiliki perasaan padanya."
"Kamu hanyalah orang miskin, aku sudah berjanji akan menikahimu, memangnya masih nggak cukup? Padahal ini adalah ujian terakhir untukmu, Ziva, kamu gagal."
Aku mengakhiri hubungan kami.
Dia langsung melamar Paula.
Lima tahun kemudian, kami bertemu di sebuah hotel mewah, tepatnya tempat diadakan Konferensi Bisnis.
Perusahaannya akan segera menjadi pemimpin industri, dia masuk dengan menggandeng Paula.
Ketika dia melihatku, aku sedang berdiri di kolam air mancur dengan pakaian yang berantakan.
"Ziva." Dia berkata dengan nada sinis, "Dulu, kamu menolakku. Kamu nggak menyangka setelah berpisah denganku, hidupmu akan lebih buruk dari pengemis, 'kan?"
"Jangan kira karena kamu merekayasa pertemuan ini dan menunjukkan betapa menderitanya hidupmu, aku akan mengasihanimu dan membawamu pergi."
Aku mengabaikannya.
Berlian biru kesayangan putraku yang ayahnya berikan sebagai hadiah ulang tahun pertama tidak sengaja jatuh ke dalam air mancur.
Putraku menangis tersedu-sedu, aku harus segera menemukan berlian biru itu.