Penolakan Ke-99 Kali yang Membekas
Ketika suamiku, Rocco dari Keluarga Fauzian, menutup teleponku untuk ke-99 kalinya, aku menyeret tubuhku yang sudah berada di tahap akhir leukemia melangkah masuk ke kantor penasihat hukum keluarga.
"Selamat siang, saya ingin mengajukan perceraian."
Namun, sepuluh menit kemudian Rocco sudah menerima kabar itu dan menerobos masuk bersama keluargaku.
Pemimpin keluarga itu baru masuk, lalu langsung menamparku.
"Demi mengacaukan pesta kenaikan jabatan Sofia, kamu menyalahgunakan nomor komunikasi darurat? Otakmu taruh di mana?"
Laporan diagnosis yang kugenggam, direbut paksa oleh ibuku. Dia melirikku lalu mencibir sambil tertawa sinis. "Pura-pura sakit untuk cari simpati, cuma supaya kami memperhatikanmu. Claire, dari kecil sampai besar, berapa banyak kebohongan yang sudah kamu buat?"
Sofia menarik lengan Rocco sambil menahan tangis. "Maafkan aku, Kak Claire. Aku seharusnya nggak menerima kenaikan jabatan itu. Kumohon, jangan sakiti dirimu dan Rocco lagi!"
Aku menyeka darah yang terus mengalir di sudut bibirku, lalu kembali menghadap pengacara.
"Aku sudah nggak punya keluarga lagi. Demi tidak menunda proses kremasi jenazahku tiga hari lagi, tolong bantu selesaikan proses perceraian secepatnya."