campus master

"PAPA SUDAH BILANG JAGA OLIVE! TAPI KAMU TIDAK BISA MEMBUKTIKANNYA! KAMU SELALU MEMBUAT ORANG-ORANG YANG SAYA SAYANGI TERLUKA!" Perlahan Rian mulai membuka ikat pinggangnya. Ia ingat jelas ketika mendiang istrinya—Rindu tertabrak mobil, karena menyelamatkan Sina. Ia juga mengingat Lili meninggal sebab melahirkan Sina. Luka yang Rian alami tak lain dan tak bukan adalah karena Sina—anaknya sendiri. SET! Sina memejamkan kedua matanya kala ikat pinggang itu mencambuk tubuhnya. Gadis malang itu mulai terduduk dengan tubuh gemetar hebat. "Jika Olive mati, papa tidak akan pernah memaafkan kamu!" "Saya bingung, kenapa Tuhan menghadirkan kamu di kehidupan saya!" "Pertama, Lili! Kedua Rindu dan sekarang Olive?" sentak Rian pada anak itu. "Kenapa kamu harus hidup dengan membawa kesialan?!" "KENAPA BUKAN KAMU SAJA YANG MATI!" Mendengar kalimat terakhir tangis Sina pecah. Ulu hatinya tiba-tiba merasa sakit. Dadanya mendadak sesak. PLAK! SEAT! Sina tidak melawan. Ia hanya bisa meringkuk mendapat perlakuan kasar dari ayah kandungnya sendiri itu. Hanya air mata yang bisa menerjemahkan tentang seterluka apa Sina saat ini. "I'm okay." Nyatanya kata-kata itu hanyalah kalimat palsu yang sering Sina tunjukkan. Selama ini Sina tidak baik-baik saja. Ia dihujam ribuan luka dan menyimpannya sendiri. Tak ada yang baik-baik saja kala semua orang membencinya. Tak ada yang baik-baik saja saat semua orang mengharapkan kepergiannya. Sina berharap lukanya berakhir. Namun, nyatanya luka itu terus datang dan membuat luka yang lainnya ikut menganga. Sinar Rembulan redup, sebab sulit bertahan dengan luka di dalam kesendirian. Tak ada tempat baginya untuk bersandar. Tak ada manusia yang memberikannya semangat atau motivasi. Sina kehilangan arah, saat ini gadis itu sudah sampai di puncak keletihan. Lalu harus bagaimana? Mengakhiri hidupn? Atau bertahan dengan luka yang tiada akhir?

My body sank down as water ran into my body through my nostrils and mouth. I hanged on, keeping my eyes open and hoping for a miracle. A glowing form dived into the water, swimming down to me with the speed of lightning. His ginger hair floated in the water, dancing like a mermaid's waves and sparkling at each sway. He looked like an Angel, my beautiful guardian angel. ____ Marinette Karnowsky, a nineteen years old whose life is a typical bed of thorns and needles. Struggling to get through college on her own, battling with abandonment and abuse, she still pushed on. It all ends when her beloved older stepsister returned and carried her to her home, a beautiful house in a mysterious town she never heard about. Marinette is surprised to learn that her beloved sister is not so human and the town, a place no sane human would want to go to. While still trying to absorb the new information, she meets her sister's gorgeous best friend, the male she can't help but be attracted to even if she knows her sister might harbour feelings for him. Marinette realised that she must deal with the not so normal attraction to the jovial golden boy, the boy whose connection with her is deeper than what she ever imagined. And with a deep secret buried in her new college and connecting the lives of her, her sister and all around her, she has more to deal with than an unbreakable attraction to her fire head prince.

“Kalau mau cari cowok baik-baik, cari di masjid subuh-subuh.” Bagaimana jadinya jika seorang perempuan berpenampilan tomboi, gemar mengoleksi film dewasa dan ketika berbicara tidak pakai filter, tiba-tiba menjadi rajin beribadah di masjid hanya untuk mencari jodoh? Dian merasa frustasi, karena tidak kunjung mendapatkan jodoh di usia pertengahan tiga puluh. Ditambah lagi teror dari sang Ibu. Gadis itu mengikuti saran dari kakak sahabatnya untuk mencari pria baik-baik di masjid pada waktu Subuh. Tak disangka ia melihat seorang ustaz muda berparas tampan, bernama Fajar Faizan. Usut punya usut, pria itu berprofesi sebagai seorang dosen di salah satu Universitas Islam. Dian jatuh cinta pada pandangan kedua dan berniat untuk mendapatkan perhatian Fajar. Dia sampai mengubah penampilan demi pujaan hati. Apakah perubahan yang bertujuan mendapatkan perhatian hamba-Nya ini bisa berhasil? Cover designed by Chay Graphic and owned by Leenagie

Kai Hunter is H University’s biggest player and heartbreaker. Known for his good looks and for being one of the brightest students on campus, he is one of the most eligible bachelors that everyone wants to ‘tame’. However, everything changes when freshman Night Winters becomes his new dorm mate. Kai is instantly attracted to the hot, young freshman who he had caught having a one-night stand at a bar and hasn’t been able to get out of his mind ever since. Night is openly gay, but Kai has been into girls his whole life…or so he thought. Can he let go of his pride and accept Night for who he is? Or will Night forever be forced to be just his dirty little secret, under the sheets, inside the closed doors to their dorm? However, Night is hiding secrets that can break the fragile foundation of their relationship at any time, and if Kai waits any longer…he just might end up losing the only person precious to him.

Kiara sepi pelangan saat menjajakan diri di pinggir jalan, siapa sangka ia justru bertemu dengan seorang ustadz yang ternyata membawa dirinya menuju jalan yang benar

Anita memutuskan bercerai karena suaminya berselingkuh. Dia berusaha kuat berdiri di atas kakinya sendiri. Hingga suatu saat ia bertemu dengan Nadia, gadis kecil yang kehilangan ibunya. Pertemuan itu membuat Anita dekat dengan ayahnya. Disaat bersamaan cinta pertama Anita datang membawa harapan. Pada siapa cinta Anita akan berlabuh?

Ana dan Cakra sudah berpacaran selama lima tahun. Selayaknya pasangan kekasih lainnya, ada banyak hal yang mereka lewati dalam kurun waktu lima tahun tersebut. Namun, tiba setelah sekian lama, Ana tiba di titik di mana dirinya lelah dengan hubungannya dengan Cakra. Ana lelah dengan Cakra yang otoriter. Namun, berpisah dengan Cakra tidak semudah yang dipikirkan oleh Ana. “Sadarlah! Kita memang tidak cocok. Waktu lima tahun, membuat kita menemukan lebih banyak hal yang bertolak belakang di antara kita. Maka dari itu, lebih baik kita putus.”—Tribhuana Halwatuzahra“Di sini, aku yang memegang kuasa. Karena itu, aku yang akan memutuskan kapan kita akan berpisah. Untuk saat ini, aku masih belum ingin berpisah denganmu. Karena … aku belum merasa bosan padamu.”—Cakradana Abinaya

Karena sebuah kesalah pahaman membuat Naura dan Alfarezi berpisah selama lima tahun. Benar-benar berpisah. Namun takdir kembali mempertemukan mereka. Hubungan mereka pun kembali diuji karena Naura sudah memiliki tunangan yang siap untuk menikahinya. Dapatkah Alfa meluruskan kesalahpahaman yang terjadi dan mengembalikan hubungan mereka seperti lima tahun silam? Lalu bagaimana tunangan Naura menyikapi masalah yang terjadi?

Bagaimana rasanya harus memilih di antara tiga cinta? Hati Qiya tertambat kepada Fatur, sahabat sang kakak. Tapi ia justru didekati oleh Bara, sahabat Fatur. Saat Qiya berada di antara dilema dan tidak ingin melukai siapapun, tak disangka seorang Irham, yang di masa lalu pernah mewarnai hari-harinya; tiba-tiba muncul kembali di hadapan Qiya dan ingin memulai cerita baru bersamanya. Mampukah Bara dan Irham membuat hati Qiya berpaling dari Fatur? Dapatkah Qiya bertahan jujur pada pilihan hatinya?

Nothing is ever going to be the same again. In a way I am glad, changes needed to be made, but for the people we have lost, there are some wounds that will never heal. My mate comes behind me and wraps me in a tight embrace. We have never been this close before. It feels like everything in the world, except the Goddess, has kept us apart. Let me step back. My name is Leah and I am the only daughter, only child of Alpha Benjamin of the Crescent Moon pack. We're a part of a cooperative pack alliance called the Concordat. I know, it's as pretentious as it sounds, note my eye roll here. All of our Elders got together years ago to come together for protection and to ensure the survival of our race. Our Concordat, yep say it as snooty as you can, was made up initially of 10 packs in the shadow of a vast mountain range. This alliance worked exactly as it was designed for about 5 generations. But the Elders became set in their ways and used to certain comforts. They stopped participating in regular pack training, only including themselves high rank training of the Alphas and Betas and begrudgingly dealt with the Lunas at the compound. Males were taught they were superior simply being male, not for any other show of merit. Women were seen, and that was only if dressed properly, and to produce strong male heirs. My father did not believe in females being lesser, so he trained me well from the time I could walk. I trained in secret, learning skills on and off the field. Let me take you on my journey through love, loss and truly knowing what it means to be a friend, lover, mate, leader and enemy.