Cukup Sekali Mengucap Selamat Tinggal
Suamiku tidak mencintaiku, apalagi anak kami.
Saat putra kami lahir, dia bahkan tidak sudi melihat dan langsung melemparkannya ke dalam dekapanku.
Kemudian, pujaan hatinya kembali ke negara ini.
Pria yang selalu dingin itu, untuk pertama kalinya mabuk berat di rumah, lalu tersenyum menggendong anak kami dalam pelukannya.
Putra kami dengan gembira memeluk lehernya, lalu berbisik padaku.
"Ibu, paman kenapa?"
Aku meraih dirinya ke dalam pelukanku, lalu menjelaskan dengan mata berkaca-kaca.
"Orang yang disukai paman sudah kembali, jadi kita nggak boleh mengganggunya lagi. Kita harus pindah."