Naskah Drama Bullying 8 Orang

Manda dan Arman, 2 orang asing dengan latar belakang keluarga yang berbeda, dipertemukan dalam sebuah ikatan pernikahan. Manda, seorang gadis desa sederhana kini menjadi istri dari seorang pemuda kaya raya. Kehidupan pernikahan yang dikiranya akan memberikan kebahagiaan, nyatanya membuat dirinya menderita. Setelah dua tahun pernikahannya, Manda baru mengetahui bahwa Arman memiliki istri kedua. Bagaimana sikap Manda atas pernikahan kedua suaminya? Apakah dia akan bertahan atau memilih pergi dari Arman?

On my 30th birthday, my boyfriend of seven years asked to meet at the City Hall. He even told me to bring my ID and wear a wedding dress. But when I showed up just as he asked, he was laughing and looked really excited. “Pay up, pay up! I told you all. No matter how embarrassing it is, Wrenna will always do what I say!” I just looked at him wordlessly. Matthew Young raised his eyebrows at me. “Come on, it was just a joke. You’re not mad, are you?” When I stayed quiet, he got annoyed. “Alright, alright. I said I’d marry you, and I will. Just not right now.” His good-for-nothing friends started laughing and making fun of me. They said I was his simp and would never get angry. And they were right. I was not angry. I did not come here today for him anyway. After everyone left, I walked into the City Hall. “Sorry I’m late. Let’s go get married.”

Ana tak percaya kalau Randi tega membatalkan pernikahannya hanya karena dia anak dari orang tua yang memiliki keterbelakangan mental. Di sisi lain, Haikal--kaka angkat Ana harus menggantikan Randi atas permintaan orang tuanya yang juga orang tua angkat Ana. Pada awalnya Haikal dan Ana menolak tapi akhirnya mereka menyerah dan akhirnya menikah. Semula pernikahan mereka berjalan lancar tapi sayangnya badai kembali menyerang dan mereka pun mendapat banyak masalah terutama dari kedatangan masa lalu keduanya.

ปีที่ 8 ของการคบหาดูใจกับฟู่จิ่ง หลินเหยียนกลับต้องเข้าโรงพยาบาลเพราะอาการป่วย วันแรกที่ออกจากโรงพยาบาล หลินเหยียนบังเอิญได้ยินบทสนทนาระหว่างฟู่จิ่งกับพี่สาวของเธอขณะเดินอยู่ตรงทางเดิน "ฟู่จิ่ง นายบ้าไปแล้วหรือไง? นายแอบเอากระดูกสันหลังของหลินเหยียนไปให้ฉีชูหร่านจริงๆ เหรอ?" "ทั้งๆ ที่นายก็รู้ว่าหลินเหยียนร่างกายไม่แข็งแรง แต่ยังโกหกเธอว่าเป็นแค่โรคกระเพาะแล้วให้เธอเสี่ยงอันตรายทั้งอย่างนั้น?" ฉีชูหร่านเป็นเพื่อนสนิทตั้งแต่เด็กของฟู่จิ่งที่เขาแอบรักมานานหลายปี หลินเหยียนไม่ได้ร้องไห้หรือโวยวาย เพัยงยกโทรศัพท์ขึ้นมาต่อสายหาพ่อกับแม่ที่อยู่ต่างประเทศ และตอบตกลงเรื่องการแต่งงานทางธุรกิจกับตระกูลลู่ทันที...

Dijodohkan dengan lelaki yang berasal dari desa, Saudah dan suaminya, Uamir, dianggap hanyalah orang biasa oleh mama dan saudara tirinya. Namun, kenyataan berkata lain, tuduhan mama dan saudara tiri Saudah rupanya salah besar. Bagaimana kisah selanjutnya? Ikuti terus ya. Terima kasih.

Apa jadinya ketika niat baik untuk membantu orang lain justru menjadi boomerang bagi diri sendiri? Ah, iya. Seringnya kebaikan itu ternyata justru disalah artikan. Ini tentang kisahku, Aina Mardhiyah. Orang-orang biasa memanggilku dengan panggilan Inamah, perempuan biasa yang berusaha untuk menjaga keutuhan rumah tangga. Semua bermula saat Mbak Lastri, tetangga samping rumahku meminjam uang untuk keperluan hidupnya. Namun lama kelamaan, ia justru memanfaatkan keadaan. Tak hanya itu, ia justru memutar balikkan fakta, menebar fitnah seakan aku telah menggoda suaminya. Hingga suami dan mertuaku, membenci bahkan tak mengakui kebenaran berita yang kubawa.

Di antara putri orang kaya yang asli dan palsu, aku adalah putri orang kaya asli yang dibenci. Aku dan adikku diculik secara bersamaan. Penculik kami pun memotong salah satu jariku dan mengirimkannya kepada orang tuaku. Namun, orang tuaku malah bersyukur karena itu bukan jari adikku. Adikku diam-diam memberi isyarat pada orang tuaku untuk melapor polisi, tetapi malah ketahuan penculik kami. Demi melindungi adikku, orang tuaku mengatakan bahwa aku yang membocorkan alamatnya. Oleh karena itu, penculik itu pun menyiksaku sampai mati, sedangkan adikku berhasil diselamatkan. Namun, begitu melihat tubuhku yang dimutilasi, orang tuaku akhirnya menjadi gila dan mengatakan ingin adik dan penculik itu membayarnya dengan nyawa mereka.

เวลาเกือบสามทุ่มเห็นจะได้...ตอนที่เธอเดินเข้าไปในโรงสี ด้วยชุดนักศึกษาสวยงาม “พี่ขุน!” เธอเอ่ยเรียกด้วยน้ำเสียงห้วนสั้นให้อารมณ์หยิ่งยโสนิดหน่อย ขณะที่นายขุนทดกับลูกน้องสองสามคนกำลังตรวจเช็คความเรียบร้อยของงานตรงหน้า ข้าวเปลือกกองโตเป็นภูเขาหลายลูกตั้งอยู่ภายใต้แสงไฟสีส้มสลัวของโกดังขนาดใหญ่ “อ้าวคุณหนู” นายขุนทดหันมองเธอ ด้วยสายตาเป็นประกาย ความสวยและน่ารักของเธอเป็นเหมือนของขวัญของพวกคนงาน เธอรู้ดีว่าคนงานพวกนี้เอาเธอไปย่ำยีในความฝันและจินตนาการเสมอ “จะปีใหม่แล้ว ทำไมยังทำงานกันอยู่คะ ไม่หยุดงานไปเที่ยวกันเหรอ” “อ๋อ เป็นความสมัครใจน่ะครับ ใครทำงานช่วงสองสามวันนี้จะได้โบนัสพิเศษ ผมกับคนงานพวกนี้ไม่มีลูกเมียให้กลับไปหา เลยอยู่ช่วยงานเถ้าแก่ดีกว่า” “งั้นเหรอ?” ดวงตาสวยกวาดมองไปทั่ว เห็นคนงานหลายคนยังคงทำงานไปเรื่อย “ขยันกันจริง ว่าแต่ คืนนี้ทำงานกะกลางคืนกันกี่คนล่ะ?” “8คนครับ รวมทั้งผมด้วย คุณหนูมีอะไรจะใช้งานพวกผมรึเปล่าครับ” มีสิ...เธอมีงานจะให้คนงานพวกนี้ทำแน่นอน

Kehidupan Lala berubah setelah Mamanya, orang tua satu-satunya, menikah lagi dengan pria yang lebih muda. Sebagai anak tunggal, Lala merasa kesepian karena Mama lebih banyak menghabiskan waktu bersama suami barunya. Ditambah lagi rencana jahat Papa tirinya yang membuat Lala ingin pergi dari rumah. Gadis itu pun menyusun rencana untuk menjebak kekasihnya. Tapi yang terjadi malah dirinya yang terjebak dalam sebuah hubungan yang tidak diharapkan. Bagaimana kehidupan Lala selanjutnya untuk menghadapi suami berondong Mamanya?

Meine Stiefschwester schob mir die Schuld für ihre Allergie in die Schuhe. Also sperrten mich meine drei Brüder in einen engen, stickigen Keller und verriegelten die Tür mit einer Kette. Ich schlug mit aller Kraft gegen die Kellertür und flehte sie an, mich rauszulassen. Der älteste Bruder, ein erfolgreicher Geschäftsmann, funkelte mich nur kalt an, bevor er ging: „Du schikanierst Lilli sonst schon genug! Und lässt du sie noch absichtlich Meeresfrüchte essen, obwohl du genau weißt, dass sie allergisch ist? Willst du sie umbringen? Denk hier drinnen gut darüber nach, was du getan hast! ” Der zweite Bruder, inzwischen ein berühmter Sänger, und der dritte, ein genialer Maler, spotteten nur: „So böse wie du bist, tust du auch noch so, als wärst du unschuldig. Bleib schön hier drin und leid ein bisschen! “ Dann nahmen sie die zitternde Lilli in den Arm und fuhren mit ihr ins Krankenhaus. Die Luft wurde immer knapper, jeder Atemzug tat weh. Ich spüre, wie mir langsam schwarz vor Augen wird. Irgendwann blieb mir keine Luft mehr – und ich starb dort unten. Drei Tage später kamen meine Brüder mit Lilli aus dem Krankenhaus zurück. Da dachten sie plötzlich wieder an mich. Aber da war ich längst tot–erstickt in diesem engen Keller.