Rahasia Dibalik Perginya Istriku

Rahasia Dibalik Perginya Istriku

Oleh:  Yulistriani  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
7Bab
155Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Setiap manusia menginginkan keluarga utuh dan harmonis, begitupun denganku. Namun, bukan kehidupan namanya jika tak ada ujian. Di tengah kebahagiaan tiba-tiba saja aku harus dipenjara. Tak hanya itu, setelah bebas aku harus menerima kenyataan bahwa Ibu, istri dan anakku telah pergi. Sungguh duniaku terasa hancur saat Rengganis yang merupakan orang tercinta telah pergi tak tahu ke mana. Akan tetapi, perlahan-lahan sebuah misteri tentang perginya istriku yang janggal terkuak. Lalu, ke mana dia sebenarnya?

Lihat lebih banyak
Rahasia Dibalik Perginya Istriku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
7 Bab
Misteri Kematian Istriku
"Mas, gimana keadaan kamu?" tanya Rengganis.Istriku yang tengah berbadan dua nampak sendu. Di balik wajah itu, aku yakin dia tengah menyimpan kesedihan yang mendalam."Aku baik-baik aja, kamu gimana kabarnya?" "Aku baik, Mas, anak kita juga sekarang tumbuh semakin sehat," katanya. Aku tersenyum penuh syukur, meskipun saat ini tengah berada di penjara lantaran menjalani hukuman, tetapi aku bahagia melihat istri dan calon anakku sehat. "Maafkan aku ya, Nis, nggak bisa jadi suami yang baik, nggak bisa selalu ada untuk kamu dan anak kita."Aku merasa bersalah. Dipegangnya erat tangan belahan jiwa yang kini mulai terasa kasar. Setelah kepergianku, sepertinya dia sangat kelelahan dan harus bekerja keras. Setetes bulir bening hendak jatuh dari pelupuk mata, tetapi aku tahan semuanya di hadapan Rengganis. Sudah hampir empat bulan aku terkurung di jeruji besi. Selama itu pula aku meninggalkan istri dan calon anakku yang saat ini lima bulan di kandungan. "Nggak apa-apa, Mas, aku yang mint
Baca selengkapnya
Wanita Mirip Istriku
"Astaghfirullah."Aku menggelengkan kepala seraya mengusap wajah, sesekali memukulnya sembari mengedipkan mata. Pasti ini hanya ilusi karena aku terlalu merindukan Rengganis. "Maafkan aku sayang, aku ikhlas dan aku ridha, semoga kamu dan anak kita saat ini sedang bermain di taman surga," bisikku seraya menoleh pada jejeran makam.Merasa rindu, aku pun kembali ke rumah ibu mertua. Sesampainya di sana, dia nampak terburu-buru, sebuah mobil pun sepertinya baru saja melaju dari arah rumahnya. "Itu siapa, Bu?" tanyaku penasaran. "Oh, i-itu, itu Sinta, temannya Rengganis," jawabnya sedikit gugup, aku tak mengerti apa yang membuatnya seperti itu. Namun, aku tak mau banyak berpikir, kehilangan anak satu-satunya pasti sangat berat untuk mertua. "Oh, Sinta." Aku mengangguk. "Kamu sudah selesai, yuk masuk dulu Gama," ajaknya. "Iya, Bu."Saat kaki menginjak lantai rumah mertua, hatiku kembali teremas nyeri. Di setiap sudut banyak sekali kenangan indah bersama Rengganis, saat kami masih berp
Baca selengkapnya
Senyuman Bu Diana
"Mas Gama!"Aku tersentak setelah Pak Dirgantara sedikit meninggikan suara sembari menatap wajahku. Pun wanita itu, dia tak bersikap seperti tadi. Sebaliknya, dia justru tersenyum manis dan bergelayut manja pada bahu pria di hadapan. "Sayang, aku pergi dulu, ya," katanya dengan senyum manis.Sebuah senyuman yang mengingatkanku pada almarhumah Rengganis. Entah, aku pun tak mengerti kenapa. Padahal, wajah mereka sangat berbeda, akan tetapi sekilas terlihat sangat mirip. Namun, aku segera menepis pikiran itu, mungkin saja semua hanya ilusi karena aku sangat merindukannya. "Iya, kamu duluan ya, nanti aku nyusul," jawab Pak Dirgantara dengan mata berbinar. "Sampai ketemu di kantor sayang," katanya, wanita yang mengenakan blazer dan rok span pendek itu pun mencium pipi Pak dirgantara. Oh Tuhan, maafkan aku yang selalu merasa Rengganis masih di sini. Bukan, sama sekali bukan tak menerima takdir, tetapi aku hanya tak menyangka kini telah menjadi seorang duda. "Maaf, tadi itu calon istri
Baca selengkapnya
Anak Gadis Majikan
Lift terus merangkak naik, hingga di lantai tujuh tiba-tiba saja alat pengangkut itu berhenti, lampu seketika padam membuat Bu Diana ketakutan. "Aaaaaa," teriaknya sambil memelukku. Meskipun sangat gelap dan aku tak bisa melihat wajahnya, tetapi aku yakin dia benar-benar ketakutan, hal itu sangat jelas dari cengkraman tangannya. "Tidak apa-apa, Bu," kataku berusaha melepaskan tangannya di dada. Bukan karena tak ingin melindungi, tetapi aku rasa bersentuhan dengannya sangat tidak pantas, sebagai lelaki normal aku 'pun tak ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan, terlebih dia adalah calon istri bos ku. Beruntung, lift hanya mati beberapa detik saja dan kembali normal, sehingga kami tidak perlu tertahan lama di sana. "Terima kasih, Gama," katanya setelah keluar dari lift, wanita itu pun berlalu sembari memberi tahu karyawan lain bahwa lift itu tengah rusak. "Gama!" seruan Pak Dirgantara membuatku tersentak. "Eh iya, Pak, ini berkasnya, maaf tadi agak lama karena kebetulan di j
Baca selengkapnya
Celine Si Bunglon
Ponsel Celine berdering, dia menerima panggilan, tetapi sedetik kemudian wajahnya berubah panik. "Iya, nanti gue kumpulin, makasih ya udah ngabarin."Celine menutup panggilan, gadis itu segera membuka laptop di tas, wajahnya nampak gundah. "Ada masalah, Non?" tanyaku heran. "Berhenti di cafe depan, gue mau ngerjain tugas yang udah kelewat deadline," pintanya. Tanpa basa-basi akupun memarkirkan mobil ke cafe yang dimaksud. Majikanku itu langsung keluar dan mencari kursi, kemudian kembali disibukkan dengan laptopnya. Akan tetapi, dari raut wajahnya dia nampak kesulitan, aku pun memutuskan menghampirinya. "Ada yang bisa dibantu, Non?" tanyaku. "Ngga, lo nggak akan ngerti," jawabnya dengan tatapan fokus ke layar. Sekilas aku melirik ke arah laptop dan melihat tugas mata kuliah yang dikerjakan terbilang mudah, tanpa basa-basi aku pun membantunya hingga gadis itu keheranan."Lo bisa ngerjain tugas gue?" tanya Celine, seakan-akan tak percaya jika sopir sepertiku mengerti tentang tugas
Baca selengkapnya
Ada Apa Dengan Celine?
Waktu terus melangkah maju. Sejak hari itu aku sering ikut Celine mengajar anak-anak kurang mampu. Bersama mereka perlahan aku bisa melupakan kesedihan karena kepergian anak dan istri. Kini, aktifitas pagi selalu disibukkan dengan mengantar Celine, terkadang juga mengantar Pak Dirgantara untuk segala macam urusan kantornya. Di sela-sela itu aku selalu menyempatkan diri berziarah ke makam ibu, Rengganis dan Arka. Sering bersama membuatku semakin dekat dengan Celine. Meski hanya sebagai sopir dan majikan, tetapi komunikasi kami sangat baik, gadis itu juga sudah tak sering menghina dan lebih memanusiakanku. Bahkan, dia sering meminta bantuanku untuk urusan kuliahnya. ***Tiga bulan berlalu, hari ini aku tengah menunggu Celine pulang dari kampus. Tring. Sebuah notifikasi transfer masuk ke akun mobile banking, aku tersenyum penuh syukur melihat nominal yang tertera. Meski tidak sebesar gajiku dulu sewaktu masih kerja di kantor, tetapi aku senang sebab masih bisa mendapatkan pekerjaan.
Baca selengkapnya
Kejanggalan
"Sudah Kom, lebih baik kita pergi," ajakku. "Iya Mas," angguk Kokom. "Oh ya, kalau begitu saya pulang duluan ya, terima kasih browniesnya.""Sama-sama, Mas."Di tengah perseteruan majikan aku pun pulang, tak juga izin sebab suasana sedang panas. "Pulang Mas," sapa Pak Eko yang merupakan satpam di tempat Pak Dirgantara. "Iya Pak, yuk duluan," jawabku. Setelah keluar dari gerbang, aku pun menaiki angkot yang melintas. Namun, saat di tengah perjalanan aku baru sadar kalau ponsel tak ada di saku. "Astaga, hapeku ke mana ya?" Aku berbisik seraya berpikir. Aku ingat, saat makan kue yang dibuatkan Kokom tadi aku mentransfer uang, setelah itu langsung pergi begitu mendengar keributan. Ah, ya ampun Gama, kenapa kamu teledor banget, sih? "Pak, kiri!" Aku menyetop angkot, padahal lima menit lagi sampai di pemakaman Rengganis. Ya, aku senang Celine membatalkan agar aku membantu menyelesaikan tugas, sebab sebenarnya hari ini adalah ulang tahun istriku. Jadi, aku tak perlu menunda berziara
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status