Novel Hamil Anak Ular Part 30

Setelah lama menghilang, Mas Rafi datang dan ingin mengambil anakku. Aku sudah menganggap kamu mati, Mas! Jangankan mengambil, menyentuh keringatnya saja haram bagimu. Dia anak lima puluh juta ku.

Alissa terpaksa diam-diam kabur meninggalkan rumah yang sudah ditinggalinya sejak masih kecil. Hal itu karena orang tuanya bersikeras menjodohkannya dengan Juragan Darso demi membayar hutang mereka yang sangat besar. Dengan sisa tabungannya yang sangat sedikit, dia memutuskan untuk ke ibu kota dengan naik kereta. Untung saja, dia sudah mempunyai tujuan, yaitu ke alamat lowongan kerja sebagai pengasuh anak yang tadi malam dilihatnya di media sosial. Beberapa interview dijawabnya dengan baik. Dia diterima untuk bekerja dan dibawa menuju rumah majikan sebenarnya. Namun, Alissa sungguh benar-benar terkejut dengan keadaan rumah tersebut. Rumah besar dengan banyak penjaga berwajah seram dan membawa senjata. Siapakah pemilik rumah ini? Anak siapakah yang akan dia asuh?

Arranged marriage, enemies to lovers, Mafia/cartel romance As the only daughter of the Kansas City capo, at eighteen years of age, I was given to the son of my father’s consigliere, a man who was expected to accomplish great things for the famiglia. Things didn’t go the way we planned. There wasn’t love. My husband was a traitor, taking part in a coup against the famiglia. He’s now dead. I’m free. Until the fateful night my brother, our new capo, informs me that I’ve once again been promised in marriage. He explains that as a childless widow and the daughter of the late capo dei capi, I am desired. Requested. Aléjandro Roríguez is the son of the leader of the Roríguez cartel. My brother married a woman from the cartel, securing the Mafia/cartel alliance. He says that it’s now my turn. I’ve only met my future husband a few times, but I know without a doubt that I don’t like him. Loving him is impossible. I’ve lived in a marriage without love. I won’t do it again. Aléjandro lives a dangerous existence. Death saved me once before. Maybe it will again. Have you been Aleatha’d?

Meet Cameron Ezekiel MacMillan, all six feet, two inches tall. Ice blue eyes that can melt off your panties, and make you fall head over heels in love with him, with a sinfully gorgeous body. Cameron lost his wife five years ago, left alone with two kids; Summer and Spring, five and seven years respectively. All he wanted was a good nanny who wouldn't quit after a month or few weeks, not a purple-eyed woman who would make his heart race like never before. He hated the way she made him feel because he knew that feeling came with a weakness, one he couldn't afford while being the CEO of a multinational company. Meet Ruby Miller, all five foot five tall, with a very sexy figure, even though she wasn't really aware of her shape that way. Rare purple eyes that feel like they are looking into your soul, with kissable lips. Aside from that, losing people and things were her specialty. Five years ago, she had lost her parents, and now, her job, and her boyfriend just broke up with her. Finding a new job to tide over before going to law school was the plan, not falling for her boss. It is a billionaire-nanny story. Enjoy!

"Ma ... Stella tak mencintaiku, aku juga tidak pernah bisa mencintainya. Kami tidak akan bisa bersama." Bian Dominic. "Kalau begitu, berikan Mama cucu yang berasal oleh kalian berdua!" Calista Dominic. Stella Danasya Gracia harus menekan rasa sakit di hatinya demi menuruti permintaan ibu mertuanya yang menginginkan cucu. Pernikahan tanpa cinta yang dilakukannya dengan Bian Dominic, sudah berlangsung lima bulan dan itupun karena permintaan ibu mertuanya juga. Bian adalah anak tunggal, sekaligus CEO dan juga pewaris tahta kekayaan keluarganya. Dia sudah pernah menetapkan takkan pernah menghabiskan waktu layaknya suami istri dengan Stella. Namun, akibat permintaan ibunya, dia menuruti permintaan istrinya dan mulai melakukan percintaan itu. Mampukah dia menghadapi suaminya yang perlahan-lahan mulai terasa posesif tanpa dia pahami apa sebabnya?

“Anak yang saya kandung milik dari Pak Kevin, suami Bu Selin!" ungkap seorang wanita muda berusia sekitar sembilan belas tahun sambil mengelus perutnya yang membulat besar. Awalnya Jeceline tidak mempercayai perkataan wanita muda itu hingga akhirnya pengakuan sang suami menghancurkan semua kebahagiaannya. "Maaf, aku khilaf," ucap Kevin memasang wajah penyesalan. Jeceline melotot, berupaya membendung bening dikelopak matanya, "Kau sebut ini khilaf hingga bisa menimbulkan masalah sebesar ini?!" "Aku mohon, beri aku kesempatan. Tolong bersabar dan memaklumiku lagi," balas Kevin setengah membujuk Jeceline. "Aku bisa bersabar, memaklumimu, bahkan memberikan seribu kali kesempatan bagimu ... tapi jika harus menerima hasil dari perbuatanmu dengan wanita lain, takutnya aku atau pun semua Istri di dunia ini tidak akan sanggup!" Tujuh tahun menikah dengan seorang lelaki kaya dan tampan, Jeceline Lorena masih belum juga menjadi wanita seutuhnya yang bisa memberikan keturunan bagi sang suami. Namun ketika harapan itu datang, justru membuat kehidupan Jeceline berantakan sebab seseorang hadir di tengah kebahagiaan keluarga dan membawa apa yang selama ini telah mereka tunggu. Jeceline diperhadapkan dengan kenyataan pahit dari seorang wanita berbadan dua yang mengakui janin di dalam perutnya milik Tuan Kevin Andriko—suami Jeceline. Mulai saat itu badai pertama dalam rumah tangga Jeceline datang tak henti-hentinya.

Saat hendak menghadiri kencan buta yang dipaksakan oleh Ibunya, tiba-tiba seorang anak kecil datang ke rumah Mikel dan memanggilnya Papa. Anak siapa ini? Sementara Mikel tidak tertarik dengan menikah maupun asmara, ia bersedia berkencan dengan Xia karena terpaksa. Suatu hal apakah yang membuat Mikel di masa depan bisa merubah mindsetnya sehingga Lennon ada di hidupnya?. Apakah benar Xia bisa membuatnya jatuh cinta?. Sedangkan mereka akan menghadapi berbagai kekacauan yang akan membuat bumi rusak.

Di antara nenek yang sakit, rentenir yang mengancam, dan bos lama yang membuatnya hampir tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, membuatnya benar-benar kehabisan pilihan. Suatu hal yang harus dia pertaruhkan untuk mendapatkan uang, yakni tubuhnya sendiri. Dia berakhir menghabiskan satu malam bersama seorang milyarder muda bernama Leon, pria yang terkenal dengan tempramen buruk. Hidupnya kacau ketika sang nenek meninggal dan dia mengetahui bahwa dia hamil. Jecy memutuskan membesarkan anak itu sendiri. Tetapi, setelah dua tahun, Jecy datang menemui Leon dengan membawa seorang anak laki-laki.

“No! Please, Santiago--” I whimpered, as his hand seized my wrist with an iron grip, yanking me forward, dragging me effortlessly toward the chair he had pulled into the center of the room the night before. The symbol of my humiliation. He stopped right in front of the chair, spinning me around, facing him. "You want me to be your monster, mi ángel?" His hand grabbed my throat, tilting my chin up until my eyes locked with his dark gaze. I flinched from the sudden movement. "Cause I’ll be your favorite monster — just say the word, cariño." Santiago’s face hovered only inches from mine. His lips so close, I could taste the sweetness of his breath — once making butterflies take flight in my stomach, now curdling my insides into a cold, suffocating fear. Slowly, his free hand rose toward my face. I held my breath. His touch was deceptively soft and gentle, caressing my cheek. His thumb lingered against my lips, tracing them slowly, his eyes fixed there as he spoke — his voice soft, yet heavy with menace. "Divorce is not an option, mi amor. We took a vow five years ago. Remember?" He finally lifted his gaze to meet mine, catching every flicker of fear before he delivered his last words like a verdict: "Till death do us part."

At the party for our first wedding anniversary, I hit the floor—face-first on a red carpet, gasping like a fish out of water. Carlo Pipino, my husband, had his arm draped around Gianna Verde, his childhood flame, sipping champagne and laughing. Gianna knew I was allergic to nuts. So, obviously, she bathed everything in hazelnut dressing. One bite and boom—my throat locked, my lungs lit up, and hives popped like confetti. I reached for my allergy meds—came up with a fistful of melted M&Ms instead. Gianna laughed when she saw my face. "Surprise! Carlo swapped your meds. Seriously, Siena, one nut? Dramatic much?" I slid off my chair, wheezing, while the crowd placed bets on how long my "performance" would last. "Carlo... my meds..." I croaked. "Please. I'm gonna die." He sighed, annoyed. "God, you're so dramatic. Why do women always play dead for attention? You know I love you. Just stop this show already." Right then, my heart shattered faster than my lungs could. I stopped begging. Hit the distress signal. Called my real family.