Cinta Ini Tak Lagi Punya Kesempatan
Ketika Maria Wijaya keluar dari kantor catatan sipil untuk kesembilan kalinya, hal pertama yang ia lakukan adalah menelepon orang tuanya yang berada jauh darinya.
“Ma, aku dan Arhan cerai lagi.”
Ia bersandar pada pohon mahoni di pinggir jalan. Suaranya terdengar lelah.
“Kali ini aku nggak mau rujuk lagi. Keluarga Satria terus membujuk agar aku melakukan pernikahan aliansi dengan mereka, kan? Aku akan melakukannya.”
Di seberang sana, ibunya lama terdiam sebelum akhirnya menghela napas.
“Maria, kamu yakin? Anak dari Keluarga Satria itu sudah dua tahun terbaring sakit. Kamu tidak akan bahagia jika menikah dengan…”
“Aku tidak peduli,” ucap Maria memotong ucapan ibunya, matanya merah berkaca-kaca.
“Ma, semakin cepat pernikahannya, semakin baik.”