Harga Diri Seorang Suami
Gunawan kehilangan segalanya dalam sekejap.
Dipecat dari pekerjaannya. Istrinya pun memilih pergi. Rumah pun tak lagi bisa ia pijak. Ia dianggap gagal dan tak pantas memimpin, tak layak jadi suami.
Dulu ia dihormati. Kini bahkan sekadar harga diri pun harus ia perjuangkan.
Sendiri di tengah reruntuhan hidup, Gunawan menatap waktu. Katanya, waktu bisa menyembuhkan luka. Akan tetapi, bagi Gunawan waktu justru terasa seperti pisau. Semakin lama, semakin makin dalam menggores hatinya.
Lalu apa yang akan ia pilih? Tenggelam dalam pahitnya nasib atau bangkit, meski harus merangkak dengan sisa harga diri yang melekat padanya?