Share

Kehamilanku

Author: ARY
last update Last Updated: 2023-08-20 15:46:05

       Satu minggu telah berlalu, setelah ia memutuskan untuk menyewa kontrakan sementara, akhirnya Aisyah menyudahi pikiran keras kepalanya untuk memberanikan diri pulang ke rumah orang tuanya, Aisyah bergegas mengemasi barang dan membulatkan tekad untuk segera beranjak dari Jakarta ke Surabaya. Aisyah lekas berangkat ke stasiun kereta api, sembari menunggu kedatangan kereta ia duduk sejenak dan mulutnya terus komat-kamit seperti sedang menghapalkan sesuatu.

“Pak, Bu maafkan Aisyah baru cerita … ah bukan.”

“Bu, Yaya tau Ibu pasti kecewa … nggak-nggak gitu!”

            Aisyah sibuk menghapalkan kata apa yang harus ia ucapkan untuk menjelaskan apa yang terjadi pada kedua orang tuanya.

“Huek … huek … huk (segera menutup mulutnya).” Aisyah tiba-tiba mual

 Wanita malang itu berlari ke toilet, “Duh, kenapa ya (sembari menyentuh keningnya) enggak anget kok, apa karena belum sarapan ya.”

            Aisyah tak terlalu memikirkan terlalu jauh tentang hal ini, karena ada hal lain yang sudah memberatkan pikirannya, ia pun kembali ke peron untuk menunggu kedatangan kereta api yang akan ia tumpangi menuju Surabaya. Setelah lama menunggu akhirnya kereta pun tiba, Aisyah bergegas masuk. Baru melangkahkan kaki dan mulai memasuki dalam kereta, rasa mual Aisyah semakin menjadi dan ia masih sanggup menahannya, karena ia tidak ingin menciptakan ketidaknyamanan pada penumpang lain.

“Lagi hamil muda ya! (menyodorkan sebuah masker),” seru lelaki yang ada di sebelah Aisyah.

“Ha? Hamil?”

“Iya, biasa kalau hamil muda pasti bawaannya mual apalagi ini di kereta segala macam aroma mbak bisa cium di sini. Biar lebih aman pakai masker saja (kembali menyodorkan masker).”

Aisyah kikuk harus merespon apa pada orang asing tersebut yang tiba-tiba menegurnya terlebih responnya yang sangat mengejutkan Aisyah karena mengatakan dirinya sedang hamil.

“He … e iya, makasi ya, pak.” Aisyah mengambil pemberian masker dari lelaki itu

            Sejenak situasi kembali canggung di antara keduanya, “Ehem,” deham lelaki itu.

“Bapak, tujuan ke mana?” tanya Aisyah yang memberanikan diri merespon orang baru.

“Saya mau ke Surabaya,” jawabnya dengan penuh keramahan.

“O, ke Surabaya, sama saya juga.” Aisyah kembali bingung harus merespon apalagi

“Wah, bagus itu bagus.”

Aisyah hanya melempar senyum tipis, karena ia tak paham apa yang dimaksud dengan lelaki itu mengatakan bagus.

“Nama saya Hendra, panggil Hendra saja. Sepertinya umur kita tidak jauh beda jadi lebih baik panggil nama saja,” ucapnya lembut.

“Eee … iya Hen-dra,” jawab Aisyah ragu.

“Nama mbak siapa?”

“Saya? Nama saya Aisyah.”

“Namanya bagus, ow iya usia kehamilan mbak sudah berapa bulan?”

“Sebenarnya saya,” sahut Aisyah terpotong.

            Ternyata kereta sudah sampai di Surabaya, percakapan di antara keduanya pun berhenti. Semua orang bergegas keluar dari kereta termasuk Aisyah yang sudah tak tahan karena mualnya.

“Maaf saya permisi ya, terima kasih maskernya, Hendra.” Aisyah terburu-buru

“Kembali kasih,” balasnya sembari tersenyum.

            Aisyah tak melanjutkan basa-basinya dengan Hendra jadi ia bergegas pergi menuju rumah kedua orang tuanya. Namun,  Aisyah masih penasaran dengan perkataan lelaki tadi yang baru saja ia jumpai di kereta yang mengatakan dirinya sedang hamil, karena hal tersebut Aisyah terus memikirkannya apalagi ia sudah hampir 3 minggu telat datang bulan. Aisyah akhirnya memutuskan singgah ke minimarket untuk membeli tespek, ia ingin menghilangkan rasa penasarannya karena perkataan Hendra.

“Assalammualaikum, Ibu.”

“Walaikumsalam. Aisyah, nak. Kamu sendirian? Bima mana?”

“Ibu, maaf. Nanti Aisyah cerita ya, bapak mana Bu?”

“Bapak lagi ke luar, nak. Palingan sebentar lagi pulang, kamu istirahat dulu ya sekalian nunggu bapak kita cerita-cerita lagi.”

“Iya, Bu.”

            Aisyah beranjak pergi ke kamar mandi untuk melakukan tespek.

Mata Aisyah terbelalak saat hasil tesnya menunjukkan dua garis yang artinya ia positif hamil, air matanya sudah tak kuasa terbendung.

“Ya Allah, aku senang akan rejeki-Mu tapi apa yang harus hamba lakukan sekarang.” Aisyah menangis

Ibu Aisyah mengetok pintu kamar mandi, “Nak kamu kenapa?”

Aisyah keluar dan menyodorkan tespeknya, “Aisyah hamil, Bu.”

“Alhamdulilah ya Allah, terima kasih atas rejekimu ini akhirnya anak hamba kau percayakan menjadi seorang ibu,” ucapnya terharu

“Mas Bima, sudah kamu kabarin, nak? Dia pasti senang banget akhirnya dia sebentar lagi jadi ayah.”

Aisyah hanya diam mematung, “Iya, Bu,” sahut Aisyah pasrah.

“Bapak pasti senang banget ini, dia sebentar lagi jadi kakek.”

            Aisyah kembali goyah sepertinya dia akan menunda untuk menceritakan semuanya, wanita malang itu tidak ingin merusak kebahagiaan hari ini. Melihat ibunya yang teramat bahagia akan kehamilannya rasanya tidak tega kebahagiaan itu dihancurkan dengan semua masalah yang telah terjadi.

“Bu, Aisyah istirahat ya. Aisyah capek,” ucapnya lesu.

“Iya, Nak. Kamu harus banyak-banyak istirahat ya, jaga kesehatanmu dan bayimu, jangan lupa kabarin Bima, ya. Dia pasti bahagia akhirnya dia akan menjadi seorang ayah.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Keteguhan Hati Aisyah [TAMAT]

    ***“Nak, semoga kamu nggak dendam sama Ibu ya. Ibu ngelakuin ini demi kebaikan kamu, Ibu nggak mau kamu sampai tahu kelakuan Ayah kandung kamu seperti apa, Ibu takut kamu kecewa berat Nak.” Aisyah berpikir keras. Aisyah masih meratapi nasibnya serta anaknya, ia takut tentang ke depannya akan ada masalah yang datang hingga menyangkutpautkan masa lalunya kembali dengan Bima dan Aisyah tidak akan pernah rela bila Arkanza terlibat di dalamnya. Wanita itu takut jika anaknya akan memiliki ingatan kelam tentang kedua orang tuanya terutama sesosok ayahnya yang begitu keji terhadap ibunya dan dirinya.“Ayo Nak, kita pergi sebelum ayah kamu dateng.” Aisyah tampak berkemas, ia pergi membawa Arkanza.* Jantung Aisyah berdegup kencang, tangannya gemetar, keringat pun membasahi keningnya. Langkahnya tampak berat.“Hahhh, bismilah ya Nak semoga ini sudah memang keputusan yang baik buat kita semua.” Aisyah berusaha meyakinkan dirinya.“Ada yang bisa dibantu ibu?”“

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Pelengkap Kebahagiaan

    ***“Arka sayang, Ibu udah lama sekali nggak lihat wajah kamu ini! Ibu kangen Nak, Ibu khawatir sama kamu sayang. Kamu pasti selama ini haus banget ya Nak,” ucapnya penuh kasih. Setelah sekian lama, akhirnya Aisyah kembali merasakan kehangatan tubuh bayi mungilnya. Ia terpaksa tak menjalankan peran seorang ibu untuk beberapa waktu yang lumayan menyiksanya, wanita itu tampak sudah sangat lelah dengan kejadian yang telah terjadi. Sangat menguras emosi dan perasaan seorang ibu.“Nanti tunggu Ayah pulang ya Nak, kita jalan-jalan ke rumah Nenek semuanya sudah nungguin kamu di sana, mereka kangen sekali dengan kesayangan mereka. Kamu anak yang kuat sayang, terima kasih ya sudah bertahan sejauh ini, anak Ibu pintar sekali.”“Assalamualaikum,” ucap seseorang dibalik pintu.“Waalaikumsalam, eh Mas. Kamu udah pulang rupanya.”“Iya, Ya. Halo anak Ayah, Ayah kangen Nak!” ucapnya lembut.“Ganti pakaian dulu Mas, makanan udah aku siapin di meja.”“Iya sayang, makasi ya.” Akh

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Tewas Mengenaskan

    ***“Innalillahi wa inna ilaihi raji’un, kasian sekali. Di mana keluarganya Ya Allah?”“Sudah berumur, seharusnya dijaga dengan baik! Anak-anaknya ke mana?”“Sepertinya ibu ini sudah bingung karena faktor umur, kasian sekali!” Di ujung jalan besar tampak terjadi insiden yang menggegerkan orang sekitar hingga menimbulkan kerumunan. Bercak darah berlumuran di jalan, sepertinya terjadi kecelakaan. Mobil ambulance dan polisi segera datang, kondisi korban sudah sangat memprihatinkan dilihat dari kondisi badannya sepertinya sudah tak bernyawa. Kepalanya terus mengeluarkan darah dan terdapat beberapa luka dibagian kaki serta tangannya, ia sudah tak sadarkan diri. Petugas segera melarikannya ke rumah sakit.“Ih, serem banget!” tukas orang yang lalu lalang.*“Apakah korban telah berhasil di identifikasi?”“Belum berhasil pak, kami cukup kesulitan karena tanda pengenal korban tidak ditemukan saat di lokasi kejadian. Namun, karena korban saat ditemukan mengenakan pakaian pasien kemu

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Pasal 328 KUHP [Hukuman 12 Tahun Penjara]

    “Bima!” Lelaki itu lekas memalingkan pandangannya, Aisyah menghampiri Bima-mantan suaminya.“Tega kamu Bima! Kamu pikir apa yang kamu lakukan ini sudah akan menguntungkan kamu? Sampai segitunya kamu terobsesi ingin memiliki dia, Arka itu darah daging kamu bisa-bisanya kamu nyakitin dia,” tukasnya kesal.“Gua nggak pernah nyakitin dia, lu yang rebut Arka dari gua Aisyah! Mungkin kalau lu nggak misahin gua dengan dia gua nggak bakalan berbuat nekat kayak gini!” bantahnya.“Apa? Aku nggak salah denger Bima? Bukan aku yang jauhin kamu tapi kamu yang nggak pernah mau nganggep dia sebagai anak kamu, kamu lupa ya gimana biadabnya kamu ngusir aku sama almarhum ayah aku saat itu … saat itu aku ngemis dihadapan kamu Bima! Tapi apa kata kamu dan keluarga kamu justru malah nuduh aku dan menghina aku, dan kamu malah memilih menikah dengan perempuan lain yang kamu anggap bakalan bisa ngasi kamu keturunan karena kamu nuduh aku mandul kan!” ucapnya geram.“Ya itu kan dulu! Karena aku mema

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Kehancuran Di Depan Mata!

    *“Jadi di sini kamu sembunyikan anak saya!” ucap Aisyah geram.“Sabar ya.” Hendra berusaha menenangkan. Polisi mengerahkan seluruh pasukannya untuk mengepung tempat persembunyian Bima, tentunya ini menjadi bagian yang sangat menegangkan mengingat lelaki bejat itu bisa saja nekat melakukan sesuatu yang bisa membahayakan nyawa Arkanza.TOK! TOK! TOK! Polisi berusaha mengetuk pintu rumah, mereka berharap Bima bisa ditangkap dengan mudah.“Permisi! Bapak Bima, kami ada urusan penting dengan anda!” Tampak seperti tak ada siapa pun di dalam rumah. Tidak ada suara sahutan seorang pun.“Permisi!” Polisi masih terus mencoba. Sementara itu di dalam rumah, Bima, Jihan dan Kiara tengah makan bersama di meja makan. Mereka rupanya mendengar suara sayup-sayup dari luar.“Siapa Mas? Perasaan seperti manggil nama kamu!” ucapnya penasaran.“Mana aku tau!”“Kamu buat masalah lagi ya? Atau kamu ada ngutang lagi? Jangan-jangan itu debt collector yang waktu

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Titik Terang

    ***“Gimana Mas?” tanya Aisyah penuh harap. Hendra terkulai, ia tampak lemas. Napasnya terengah-engah dengan keringat mengucur dari dahinya. Dokter itu kelelahan.“Nggak ketemu Ya, maafin Mas ya. Mas juga udah usaha keras buat nemuin anak kita,” jelasnya lesu.Aisyah menarik napas dalam, “Hah, gimana ya Mas? Aku juga bingung harus gimana lagi, aku tau kok Mas, Papa sama Mama juga udah usaha keras buat nemuin anak kita tapi aku juga nggak bisa bohong tentang perasaan aku.”Hendra meraih tubuh istrinya, ia memeluk tubuh Aisyah erat. Mereka berdua berakhir menangis bersama.Drrttt! Drrrttt! Drrrrt! [gawai Hendra berdering]Hendra gegas mengusap air matanya dan segera meraih gawainya.“Ha-halo,” jawabnya terbata.“Halo, selamat siang. Dengan bapak Hendra?”“Siang, iya dengan saya sendiri. Ada apa ya Pak?”“Baik, bapak Hendra kami dari kepolisian maksud menelpon bapak izin memberitahukan informasi terkait pencarian putra bapak!” jelasnya.DEG!!! Dada Hendra terasa b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status