Share

Perubahan Sikap

Author: ARY
last update Last Updated: 2023-08-19 12:26:25

“Mulai hari ini dan seterusnya kamu nggak usah buatin Mas bekel kerja lagi,” ujar Bima datar.

“Emang kenapa, Mas?”

“Kalau dibilang nggak usah ya nggak usah, lagian kan kasian kamu repot tiap pagi nyiapin bekel. Aku kan masih bisa beli di luar.”

“Tapi, Mas aku nggak pernah ngerasa direpotin, kamu kan suami aku dan itu emang udah kewajiban aku sebagai istri kamu.”

“Dan patuh sama perintah suami juga kan kewajiban seorang istri, bener nggak?” tanyanya menegaskan.

Aisyah menarik napas dalam, “Iya, Mas.”

            Bima bergegas berangkat kerja sedangkan Aisyah segera bersiap-siap ke luar rumah sebelum teman-teman mertuanya datang.

“Ma, semuanya sudah Aisyah siapin. Aku pamit ya.” Aisyah bersalaman lantas pergi

       Aisyah sudah lama diperlakukan menjadi orang asing hanya karena ia belum bisa memberikan keturunan untuk keluarga Bima meskipun demikian ia tak pernah menceritakan kepedihannya itu sedikit pun pada kedua orang tuanya. Perempuan malang itu berusaha sendiri mencari berbagai pengobatan medis ataupun herbal, namun hingga sekarang tak kunjung membuahkan hasil, saat-saat kritis seperti itu tak sedikit pun perhatian Bima tertuang padanya alih-alih memberikan support pada istrinya, Bima justru semakin membuat Aisyah terpuruk dalam keadaan itu. Aisyah seorang yang kuat dan pantang menyerah, ia tetap mempunyai harapan kelak ia bisa menjadi seorang ibu walau ia harus berjuang sendiri.

“Mas, aku udah masakin ceker ayam balado kesukaanmu,” ucap Aisyah sembari melontarkan senyum.

“Aku udah makan di luar tadi, kamu makan aja sendiri,” sahut Bima datar.

“Tumben, Mas makan di luar? Udah laper banget ya, Mas? Kalau besok-besok kayak gitu lagi Aisyah boleh kan bawain langsung ke kantor?”

“Kamu kok cerewet banget sih! Kamu mau mempermalukan aku di depan teman-teman kantor? Di bawain bekal segala kek anak kecil,” ucap Bima kesal.

“Aku kan nanya baik-baik, Mas. Nggak perlu marah-marah juga kan? Kalau Mas nggak mau aku nggak maksa kok.”

“Kamu ini emang hobi buat suami kamu marah ya!” timpal wanita tua itu dari ruang makan.

“Maaf, Ma.”

“Udah mending kamu jauh-jauh deh, Mas mau istirahat daripada panjang lebar urusannya aku males debat hari ini.”

“Di luar dingin, Mas. Mas mau aku siapin air anget buat mandi?”

“Kamu ini budek atau apa sih? Udah nggak usah peduli, sana jauh-jauh ilfeel aku liat kamu lama-lama.” 

Aisyah mengelus dada, “Astagfirullah, Mas.”

Mertua Aisyah hanya menatap tajam perempuan malang itu, berdalih menasehati anaknya agar tak berlaku demikian pada istrinya seperti biasa wanita tua itu sudah pasti akan membela anaknya yang sudah nyata salah.

“Mas, kamu sibuk nggak?”

“Kenapa?” sahutnya sembari menggosok-gosok rambutnya yang masih basah.

“Aku mau bicara masalah penting,” ucap Aisyah ragu.

“Masalah apa?”

“Kalau, Mas bulan ini nggak sibuk. Mas mau nggak kita jalanin program hamil lagi?”

Bima menepuk jidat, “Gila kamu ya! Ini udah yang keberapa kali? Kalau udah nggak bisa nggak usah mimpi deh kamu.”

“Mas! Bisa nggak kamu, nggak usah ngerendahin aku kayak gitu. Aku ini siapa sih di mata kamu? Kamu tu suami aku Mas harusnya kamu dukung aku di kondisi kayak gini.”

“Ya emang kenyataannya kayak gitu, kalau emang bisa udah dari dulu kamu hamil!”

“Mas, usaha itu dari kita berdua. Selama ini yang usaha itu cuma aku, berobat ke sana ke mari lagian selain kesehatan tubuh pentingnya menjaga kesehatan mental itu perlu! Kalau Mas bersikap kayak gini terus ke aku, aku lama-lama bisa stres tau nggak,” ucap Aisyah gemetar.

“Lagian kamu mimpinya ketinggian, aku kan udah bilang dari dulu kamu itu emang nggak bisa hamil! Udahlah terima nasib aja susah banget.”

“Mas! Sejak kapan sih hati nurani kamu hilang Mas? Mungkin ini sebabnya Allah belum ngasi kita keturunan. Kamu jadi suami yang baik untuk aku aja nggak bisa apalagi jadi seorang ayah nanti,” sahut Aisyah geram.

Tangan Bima meraih mulut Aisyah dan memegangnya dengan keras, “KAMU KALAU BICARA DIJAGA YA!” pekik Bima.

“Apa lagi ini, Mas? Akhir-akhir ini kamu udah banyak berubah! Sekarang kamu udah berani main tangan sama aku?” ucap Aisyah ketakutan.

Bima menatap Aisyah tajam dengan napas yang menggebu, “Sekali lagi aku kasi tau ke kamu ya! Kalau ngomong sama aku itu dijaga mulutnya, Paham!”

Pertikaian di antara keduanya semakin memanas.

“Mas, kenapa sih? Aku salah apa sama kamu, Mas.” Aisyah sudah tak bisa lagi membendung air matanya

“Kenapa? Kenapa? Kenapa? Aku muak dengar pertanyaan itu, kapan sih kamu sadar diri! Aku tuh capek tau nggak, capek! Aku sekarang cuma punya Mama dan sampai sekarang aku belum bisa bahagiain dia dan itu semua karena aku nikah sama perempuan MANDUL!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Keteguhan Hati Aisyah [TAMAT]

    ***“Nak, semoga kamu nggak dendam sama Ibu ya. Ibu ngelakuin ini demi kebaikan kamu, Ibu nggak mau kamu sampai tahu kelakuan Ayah kandung kamu seperti apa, Ibu takut kamu kecewa berat Nak.” Aisyah berpikir keras. Aisyah masih meratapi nasibnya serta anaknya, ia takut tentang ke depannya akan ada masalah yang datang hingga menyangkutpautkan masa lalunya kembali dengan Bima dan Aisyah tidak akan pernah rela bila Arkanza terlibat di dalamnya. Wanita itu takut jika anaknya akan memiliki ingatan kelam tentang kedua orang tuanya terutama sesosok ayahnya yang begitu keji terhadap ibunya dan dirinya.“Ayo Nak, kita pergi sebelum ayah kamu dateng.” Aisyah tampak berkemas, ia pergi membawa Arkanza.* Jantung Aisyah berdegup kencang, tangannya gemetar, keringat pun membasahi keningnya. Langkahnya tampak berat.“Hahhh, bismilah ya Nak semoga ini sudah memang keputusan yang baik buat kita semua.” Aisyah berusaha meyakinkan dirinya.“Ada yang bisa dibantu ibu?”“

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Pelengkap Kebahagiaan

    ***“Arka sayang, Ibu udah lama sekali nggak lihat wajah kamu ini! Ibu kangen Nak, Ibu khawatir sama kamu sayang. Kamu pasti selama ini haus banget ya Nak,” ucapnya penuh kasih. Setelah sekian lama, akhirnya Aisyah kembali merasakan kehangatan tubuh bayi mungilnya. Ia terpaksa tak menjalankan peran seorang ibu untuk beberapa waktu yang lumayan menyiksanya, wanita itu tampak sudah sangat lelah dengan kejadian yang telah terjadi. Sangat menguras emosi dan perasaan seorang ibu.“Nanti tunggu Ayah pulang ya Nak, kita jalan-jalan ke rumah Nenek semuanya sudah nungguin kamu di sana, mereka kangen sekali dengan kesayangan mereka. Kamu anak yang kuat sayang, terima kasih ya sudah bertahan sejauh ini, anak Ibu pintar sekali.”“Assalamualaikum,” ucap seseorang dibalik pintu.“Waalaikumsalam, eh Mas. Kamu udah pulang rupanya.”“Iya, Ya. Halo anak Ayah, Ayah kangen Nak!” ucapnya lembut.“Ganti pakaian dulu Mas, makanan udah aku siapin di meja.”“Iya sayang, makasi ya.” Akh

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Tewas Mengenaskan

    ***“Innalillahi wa inna ilaihi raji’un, kasian sekali. Di mana keluarganya Ya Allah?”“Sudah berumur, seharusnya dijaga dengan baik! Anak-anaknya ke mana?”“Sepertinya ibu ini sudah bingung karena faktor umur, kasian sekali!” Di ujung jalan besar tampak terjadi insiden yang menggegerkan orang sekitar hingga menimbulkan kerumunan. Bercak darah berlumuran di jalan, sepertinya terjadi kecelakaan. Mobil ambulance dan polisi segera datang, kondisi korban sudah sangat memprihatinkan dilihat dari kondisi badannya sepertinya sudah tak bernyawa. Kepalanya terus mengeluarkan darah dan terdapat beberapa luka dibagian kaki serta tangannya, ia sudah tak sadarkan diri. Petugas segera melarikannya ke rumah sakit.“Ih, serem banget!” tukas orang yang lalu lalang.*“Apakah korban telah berhasil di identifikasi?”“Belum berhasil pak, kami cukup kesulitan karena tanda pengenal korban tidak ditemukan saat di lokasi kejadian. Namun, karena korban saat ditemukan mengenakan pakaian pasien kemu

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Pasal 328 KUHP [Hukuman 12 Tahun Penjara]

    “Bima!” Lelaki itu lekas memalingkan pandangannya, Aisyah menghampiri Bima-mantan suaminya.“Tega kamu Bima! Kamu pikir apa yang kamu lakukan ini sudah akan menguntungkan kamu? Sampai segitunya kamu terobsesi ingin memiliki dia, Arka itu darah daging kamu bisa-bisanya kamu nyakitin dia,” tukasnya kesal.“Gua nggak pernah nyakitin dia, lu yang rebut Arka dari gua Aisyah! Mungkin kalau lu nggak misahin gua dengan dia gua nggak bakalan berbuat nekat kayak gini!” bantahnya.“Apa? Aku nggak salah denger Bima? Bukan aku yang jauhin kamu tapi kamu yang nggak pernah mau nganggep dia sebagai anak kamu, kamu lupa ya gimana biadabnya kamu ngusir aku sama almarhum ayah aku saat itu … saat itu aku ngemis dihadapan kamu Bima! Tapi apa kata kamu dan keluarga kamu justru malah nuduh aku dan menghina aku, dan kamu malah memilih menikah dengan perempuan lain yang kamu anggap bakalan bisa ngasi kamu keturunan karena kamu nuduh aku mandul kan!” ucapnya geram.“Ya itu kan dulu! Karena aku mema

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Kehancuran Di Depan Mata!

    *“Jadi di sini kamu sembunyikan anak saya!” ucap Aisyah geram.“Sabar ya.” Hendra berusaha menenangkan. Polisi mengerahkan seluruh pasukannya untuk mengepung tempat persembunyian Bima, tentunya ini menjadi bagian yang sangat menegangkan mengingat lelaki bejat itu bisa saja nekat melakukan sesuatu yang bisa membahayakan nyawa Arkanza.TOK! TOK! TOK! Polisi berusaha mengetuk pintu rumah, mereka berharap Bima bisa ditangkap dengan mudah.“Permisi! Bapak Bima, kami ada urusan penting dengan anda!” Tampak seperti tak ada siapa pun di dalam rumah. Tidak ada suara sahutan seorang pun.“Permisi!” Polisi masih terus mencoba. Sementara itu di dalam rumah, Bima, Jihan dan Kiara tengah makan bersama di meja makan. Mereka rupanya mendengar suara sayup-sayup dari luar.“Siapa Mas? Perasaan seperti manggil nama kamu!” ucapnya penasaran.“Mana aku tau!”“Kamu buat masalah lagi ya? Atau kamu ada ngutang lagi? Jangan-jangan itu debt collector yang waktu

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Titik Terang

    ***“Gimana Mas?” tanya Aisyah penuh harap. Hendra terkulai, ia tampak lemas. Napasnya terengah-engah dengan keringat mengucur dari dahinya. Dokter itu kelelahan.“Nggak ketemu Ya, maafin Mas ya. Mas juga udah usaha keras buat nemuin anak kita,” jelasnya lesu.Aisyah menarik napas dalam, “Hah, gimana ya Mas? Aku juga bingung harus gimana lagi, aku tau kok Mas, Papa sama Mama juga udah usaha keras buat nemuin anak kita tapi aku juga nggak bisa bohong tentang perasaan aku.”Hendra meraih tubuh istrinya, ia memeluk tubuh Aisyah erat. Mereka berdua berakhir menangis bersama.Drrttt! Drrrttt! Drrrrt! [gawai Hendra berdering]Hendra gegas mengusap air matanya dan segera meraih gawainya.“Ha-halo,” jawabnya terbata.“Halo, selamat siang. Dengan bapak Hendra?”“Siang, iya dengan saya sendiri. Ada apa ya Pak?”“Baik, bapak Hendra kami dari kepolisian maksud menelpon bapak izin memberitahukan informasi terkait pencarian putra bapak!” jelasnya.DEG!!! Dada Hendra terasa b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status