Share

Wanita Simpanan

Tepat pukul 10 malam handphone Bima berdering, namun Bima terlalu hanyut dalam tidurnya. Aisyah pun tersadar akan dering handphone Bima yang terus saja berbunyi.

“Siapa sih?” gumam Aisyah.

“Jihan (membaca nama kontak yang menelepon).”

Mata Aisyah terbelalak ketika menyadari siapa gerangan yang menelepon suaminya sedari

tadi, “Ngapain Jihan nelepon Mas Bima malam-malam? Hmm … mungkin karena hp aku mati

kali ya makanya Jihan nelepon ke Mas,” gumamnya dalam hati.

            Aisyah kembali meletakkan handphone Bima di meja dan membiarkannya karena sudah larut malam. Tak lama kemudian handphone Bima kembali berdering, kini Aisyah tak berusaha untuk mengangkatnya lagi dan beralih membiarkannya, namun hal yang tak disangka terjadi Bima beranjak dari tidurnya dan segera mengangkat telepon. Aisyah dengan perasaan penuh tanya hanya bisa memperhatikan suaminya itu dari tempat tidur dan berpura-pura tidak melihatnya. Bima merogoh jaket dari lemari, tampak berkemas-kemas kemudian beranjak pergi dari kamar.

“Mas Bima ngapain keluar malam-malam gini?” gumam Aisyah dalam hati.

            Keanehan yang terjadi membuat Aisyah semakin bertanya-tanya, terbesit dalam pikirannya alasan Bima pergi karena setelah menerima telepon dari seseorang yang bernama Jihan yang tak lain adalah sahabatnya sendiri. Perempuan malang itu pun menunggu suaminya dengan penuh kecemasan, namun tetap berusaha berpikir positif bahwa apa yang ia pikirkan bukanlah hal yang benar.

“Habis dari mana, Mas?” tanya Aisyah penasaran.

“Kamu ngapain bangun jam segini?” jawab Bima berkilah.

“Harusnya aku yang nanyain kamu, Mas. Larut malam malah ke luar rumah dan nggak bilang ke aku.”

“Emangnya kamu siapa? Rumah-rumah aku kok malah kamu yang ngatur sih!”

“Hebat kamu, Mas. Bisa ya kamu amnesia kalau aku ini istri kamu!”

“Bodo amatlah, mau aku pergi jam berapa, sama siapa itu bukan urusan kamu lagi.” Bima lantas pergi ke kamar di tengah percakapan mereka yang belum selesai sedangkan Aisyah hanya bisa menghela napas panjang dan mengelus dada.

“Permisi, selamat pagi!” seru wanita dari luar rumah.

            Bima bergegas menghampiri suara tersebut, baru sampai di depan pintu matanya terbelalak kaget karena wanita yang datang ke rumahnya itu adalah Jihan.

“Dompet kamu semalem ketinggalan di kamar aku,” ucap Jihan dengan polosnya.

“Kamu ngapain ke sini segala sih! Aku kan bisa ambil sendiri ke sana!” jawab Bima dengan nada ketakutan.

“Ya aku pikir itu kan dompet isinya hal-hal penting kalau kamu urgent gimana?”

“Ya … ya makasi, udah sana cepat pulang!” titah Bima yang mulai gelagapan.

“Kok kamu malah ngusir aku sih!” ucap Jihan kesal.

“Sayang, kamu pulang dulu, ya. Nanti sore aku janji ke sana sepulang ngantor,” sahutnya lembut.

“Janji ya!”

“Iya, sayang.” Sembari mengusap-usap rambut Jihan

            Sementara itu terdengar langkah kaki Aisyah sedang mendekati mereka berdua. Bima semakin terlihat gelagapan dan muncul keringat di keningnya.

“Siapa, Mas?” tanya Aisyah dengan polosnya.

“Hai, Ya!” sapa Jihan dengan tenangnya.

“Lo … Jihan,” jawab Aisyah sedikit bingung.

            Aisyah menatap Bima yang tak berkutik sedikit pun dan kembali memperhatikan Jihan yang berada di hadapannya sepagi ini, “Jihan, tumben kamu ke sini, ada apa?”

“Aku (sembari menoleh ke arah Bima) Aku kangen lah sama kamu Ya, makanya aku jalan-jalan ke sini,” jawab Jihan berkilah.

“Sepagi ini? Emang kamu nggak ada kerjaan ya di rumah?” tanya Aisyah masih penasaran.

“Kamu ini yang sopan dikit kenapa! Ada tamu bukannya dipersilahkan masuk malah ditanya-tanya kek wartawan,” timpal Bima yang sudah bisa bernapas lega, karena Jihan tak mengatakan yang sebenarnya kepada Aisyah.

“Maaf, Mas. Jihan ayo masuk.” Aisyah mempersilahkan Jihan untuk masuk dengan polosnya, bahkan ia sendiri tak tahu kalau yang ia sambut dengan baik adalah wanita simpanan suaminya sendiri.

“Ma, Mama ke sini sebentar. Ada yang mau Bima kenalin ke Mama.” Bima terlihat sangat bahagia dan semangat akan kehadiran Jihan ke rumahnya

“Iya, kenapa?”

“Kenalin, Ma. Ini Jihan temennya Aisyah."

        Aisyah yang sedang sibuk membuatkan minuman untuk Jihan hanya bisa menatap mereka bertiga bercengkrama akrab, untuk pertama kalinya Aisyah merasa seasing ini di rumah suaminya saat melihat Jihan sangat dekat dengan suami dan mertuanya, padahal yang menjadi istri Bima adalah Aisyah tetapi ia malah merasa seperti pembantu dan orang asing.

“Ow Jihan, ini ma Mama tau. Sahabatnya Aisyah kan, yang dulu pernah ke sini!”

“Iya, tante.”

“Ke mana aja kamu baru kelihatan? Sering-sering main ke sini ya, tante kesepian di rumah.”

“Iya, tante pasti. Belakangan ini emang lagi sibuk-sibuknya ngurus anak agak rewel.”

“Wah, sudah punya anak ternyata, pasti seneng banget ya mama mertua kamu nggak kesepian di rumah kayak tante, punya mantu tapi MANDUL!”

          

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status