Share

Wanita Simpanan

Author: ARY
last update Last Updated: 2023-08-19 12:27:39

Tepat pukul 10 malam handphone Bima berdering, namun Bima terlalu hanyut dalam tidurnya. Aisyah pun tersadar akan dering handphone Bima yang terus saja berbunyi.

“Siapa sih?” gumam Aisyah.

“Jihan (membaca nama kontak yang menelepon).”

Mata Aisyah terbelalak ketika menyadari siapa gerangan yang menelepon suaminya sedari

tadi, “Ngapain Jihan nelepon Mas Bima malam-malam? Hmm … mungkin karena hp aku mati

kali ya makanya Jihan nelepon ke Mas,” gumamnya dalam hati.

            Aisyah kembali meletakkan handphone Bima di meja dan membiarkannya karena sudah larut malam. Tak lama kemudian handphone Bima kembali berdering, kini Aisyah tak berusaha untuk mengangkatnya lagi dan beralih membiarkannya, namun hal yang tak disangka terjadi Bima beranjak dari tidurnya dan segera mengangkat telepon. Aisyah dengan perasaan penuh tanya hanya bisa memperhatikan suaminya itu dari tempat tidur dan berpura-pura tidak melihatnya. Bima merogoh jaket dari lemari, tampak berkemas-kemas kemudian beranjak pergi dari kamar.

“Mas Bima ngapain keluar malam-malam gini?” gumam Aisyah dalam hati.

            Keanehan yang terjadi membuat Aisyah semakin bertanya-tanya, terbesit dalam pikirannya alasan Bima pergi karena setelah menerima telepon dari seseorang yang bernama Jihan yang tak lain adalah sahabatnya sendiri. Perempuan malang itu pun menunggu suaminya dengan penuh kecemasan, namun tetap berusaha berpikir positif bahwa apa yang ia pikirkan bukanlah hal yang benar.

“Habis dari mana, Mas?” tanya Aisyah penasaran.

“Kamu ngapain bangun jam segini?” jawab Bima berkilah.

“Harusnya aku yang nanyain kamu, Mas. Larut malam malah ke luar rumah dan nggak bilang ke aku.”

“Emangnya kamu siapa? Rumah-rumah aku kok malah kamu yang ngatur sih!”

“Hebat kamu, Mas. Bisa ya kamu amnesia kalau aku ini istri kamu!”

“Bodo amatlah, mau aku pergi jam berapa, sama siapa itu bukan urusan kamu lagi.” Bima lantas pergi ke kamar di tengah percakapan mereka yang belum selesai sedangkan Aisyah hanya bisa menghela napas panjang dan mengelus dada.

“Permisi, selamat pagi!” seru wanita dari luar rumah.

            Bima bergegas menghampiri suara tersebut, baru sampai di depan pintu matanya terbelalak kaget karena wanita yang datang ke rumahnya itu adalah Jihan.

“Dompet kamu semalem ketinggalan di kamar aku,” ucap Jihan dengan polosnya.

“Kamu ngapain ke sini segala sih! Aku kan bisa ambil sendiri ke sana!” jawab Bima dengan nada ketakutan.

“Ya aku pikir itu kan dompet isinya hal-hal penting kalau kamu urgent gimana?”

“Ya … ya makasi, udah sana cepat pulang!” titah Bima yang mulai gelagapan.

“Kok kamu malah ngusir aku sih!” ucap Jihan kesal.

“Sayang, kamu pulang dulu, ya. Nanti sore aku janji ke sana sepulang ngantor,” sahutnya lembut.

“Janji ya!”

“Iya, sayang.” Sembari mengusap-usap rambut Jihan

            Sementara itu terdengar langkah kaki Aisyah sedang mendekati mereka berdua. Bima semakin terlihat gelagapan dan muncul keringat di keningnya.

“Siapa, Mas?” tanya Aisyah dengan polosnya.

“Hai, Ya!” sapa Jihan dengan tenangnya.

“Lo … Jihan,” jawab Aisyah sedikit bingung.

            Aisyah menatap Bima yang tak berkutik sedikit pun dan kembali memperhatikan Jihan yang berada di hadapannya sepagi ini, “Jihan, tumben kamu ke sini, ada apa?”

“Aku (sembari menoleh ke arah Bima) Aku kangen lah sama kamu Ya, makanya aku jalan-jalan ke sini,” jawab Jihan berkilah.

“Sepagi ini? Emang kamu nggak ada kerjaan ya di rumah?” tanya Aisyah masih penasaran.

“Kamu ini yang sopan dikit kenapa! Ada tamu bukannya dipersilahkan masuk malah ditanya-tanya kek wartawan,” timpal Bima yang sudah bisa bernapas lega, karena Jihan tak mengatakan yang sebenarnya kepada Aisyah.

“Maaf, Mas. Jihan ayo masuk.” Aisyah mempersilahkan Jihan untuk masuk dengan polosnya, bahkan ia sendiri tak tahu kalau yang ia sambut dengan baik adalah wanita simpanan suaminya sendiri.

“Ma, Mama ke sini sebentar. Ada yang mau Bima kenalin ke Mama.” Bima terlihat sangat bahagia dan semangat akan kehadiran Jihan ke rumahnya

“Iya, kenapa?”

“Kenalin, Ma. Ini Jihan temennya Aisyah."

        Aisyah yang sedang sibuk membuatkan minuman untuk Jihan hanya bisa menatap mereka bertiga bercengkrama akrab, untuk pertama kalinya Aisyah merasa seasing ini di rumah suaminya saat melihat Jihan sangat dekat dengan suami dan mertuanya, padahal yang menjadi istri Bima adalah Aisyah tetapi ia malah merasa seperti pembantu dan orang asing.

“Ow Jihan, ini ma Mama tau. Sahabatnya Aisyah kan, yang dulu pernah ke sini!”

“Iya, tante.”

“Ke mana aja kamu baru kelihatan? Sering-sering main ke sini ya, tante kesepian di rumah.”

“Iya, tante pasti. Belakangan ini emang lagi sibuk-sibuknya ngurus anak agak rewel.”

“Wah, sudah punya anak ternyata, pasti seneng banget ya mama mertua kamu nggak kesepian di rumah kayak tante, punya mantu tapi MANDUL!”

          

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Keteguhan Hati Aisyah [TAMAT]

    ***“Nak, semoga kamu nggak dendam sama Ibu ya. Ibu ngelakuin ini demi kebaikan kamu, Ibu nggak mau kamu sampai tahu kelakuan Ayah kandung kamu seperti apa, Ibu takut kamu kecewa berat Nak.” Aisyah berpikir keras. Aisyah masih meratapi nasibnya serta anaknya, ia takut tentang ke depannya akan ada masalah yang datang hingga menyangkutpautkan masa lalunya kembali dengan Bima dan Aisyah tidak akan pernah rela bila Arkanza terlibat di dalamnya. Wanita itu takut jika anaknya akan memiliki ingatan kelam tentang kedua orang tuanya terutama sesosok ayahnya yang begitu keji terhadap ibunya dan dirinya.“Ayo Nak, kita pergi sebelum ayah kamu dateng.” Aisyah tampak berkemas, ia pergi membawa Arkanza.* Jantung Aisyah berdegup kencang, tangannya gemetar, keringat pun membasahi keningnya. Langkahnya tampak berat.“Hahhh, bismilah ya Nak semoga ini sudah memang keputusan yang baik buat kita semua.” Aisyah berusaha meyakinkan dirinya.“Ada yang bisa dibantu ibu?”“

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Pelengkap Kebahagiaan

    ***“Arka sayang, Ibu udah lama sekali nggak lihat wajah kamu ini! Ibu kangen Nak, Ibu khawatir sama kamu sayang. Kamu pasti selama ini haus banget ya Nak,” ucapnya penuh kasih. Setelah sekian lama, akhirnya Aisyah kembali merasakan kehangatan tubuh bayi mungilnya. Ia terpaksa tak menjalankan peran seorang ibu untuk beberapa waktu yang lumayan menyiksanya, wanita itu tampak sudah sangat lelah dengan kejadian yang telah terjadi. Sangat menguras emosi dan perasaan seorang ibu.“Nanti tunggu Ayah pulang ya Nak, kita jalan-jalan ke rumah Nenek semuanya sudah nungguin kamu di sana, mereka kangen sekali dengan kesayangan mereka. Kamu anak yang kuat sayang, terima kasih ya sudah bertahan sejauh ini, anak Ibu pintar sekali.”“Assalamualaikum,” ucap seseorang dibalik pintu.“Waalaikumsalam, eh Mas. Kamu udah pulang rupanya.”“Iya, Ya. Halo anak Ayah, Ayah kangen Nak!” ucapnya lembut.“Ganti pakaian dulu Mas, makanan udah aku siapin di meja.”“Iya sayang, makasi ya.” Akh

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Tewas Mengenaskan

    ***“Innalillahi wa inna ilaihi raji’un, kasian sekali. Di mana keluarganya Ya Allah?”“Sudah berumur, seharusnya dijaga dengan baik! Anak-anaknya ke mana?”“Sepertinya ibu ini sudah bingung karena faktor umur, kasian sekali!” Di ujung jalan besar tampak terjadi insiden yang menggegerkan orang sekitar hingga menimbulkan kerumunan. Bercak darah berlumuran di jalan, sepertinya terjadi kecelakaan. Mobil ambulance dan polisi segera datang, kondisi korban sudah sangat memprihatinkan dilihat dari kondisi badannya sepertinya sudah tak bernyawa. Kepalanya terus mengeluarkan darah dan terdapat beberapa luka dibagian kaki serta tangannya, ia sudah tak sadarkan diri. Petugas segera melarikannya ke rumah sakit.“Ih, serem banget!” tukas orang yang lalu lalang.*“Apakah korban telah berhasil di identifikasi?”“Belum berhasil pak, kami cukup kesulitan karena tanda pengenal korban tidak ditemukan saat di lokasi kejadian. Namun, karena korban saat ditemukan mengenakan pakaian pasien kemu

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Pasal 328 KUHP [Hukuman 12 Tahun Penjara]

    “Bima!” Lelaki itu lekas memalingkan pandangannya, Aisyah menghampiri Bima-mantan suaminya.“Tega kamu Bima! Kamu pikir apa yang kamu lakukan ini sudah akan menguntungkan kamu? Sampai segitunya kamu terobsesi ingin memiliki dia, Arka itu darah daging kamu bisa-bisanya kamu nyakitin dia,” tukasnya kesal.“Gua nggak pernah nyakitin dia, lu yang rebut Arka dari gua Aisyah! Mungkin kalau lu nggak misahin gua dengan dia gua nggak bakalan berbuat nekat kayak gini!” bantahnya.“Apa? Aku nggak salah denger Bima? Bukan aku yang jauhin kamu tapi kamu yang nggak pernah mau nganggep dia sebagai anak kamu, kamu lupa ya gimana biadabnya kamu ngusir aku sama almarhum ayah aku saat itu … saat itu aku ngemis dihadapan kamu Bima! Tapi apa kata kamu dan keluarga kamu justru malah nuduh aku dan menghina aku, dan kamu malah memilih menikah dengan perempuan lain yang kamu anggap bakalan bisa ngasi kamu keturunan karena kamu nuduh aku mandul kan!” ucapnya geram.“Ya itu kan dulu! Karena aku mema

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Kehancuran Di Depan Mata!

    *“Jadi di sini kamu sembunyikan anak saya!” ucap Aisyah geram.“Sabar ya.” Hendra berusaha menenangkan. Polisi mengerahkan seluruh pasukannya untuk mengepung tempat persembunyian Bima, tentunya ini menjadi bagian yang sangat menegangkan mengingat lelaki bejat itu bisa saja nekat melakukan sesuatu yang bisa membahayakan nyawa Arkanza.TOK! TOK! TOK! Polisi berusaha mengetuk pintu rumah, mereka berharap Bima bisa ditangkap dengan mudah.“Permisi! Bapak Bima, kami ada urusan penting dengan anda!” Tampak seperti tak ada siapa pun di dalam rumah. Tidak ada suara sahutan seorang pun.“Permisi!” Polisi masih terus mencoba. Sementara itu di dalam rumah, Bima, Jihan dan Kiara tengah makan bersama di meja makan. Mereka rupanya mendengar suara sayup-sayup dari luar.“Siapa Mas? Perasaan seperti manggil nama kamu!” ucapnya penasaran.“Mana aku tau!”“Kamu buat masalah lagi ya? Atau kamu ada ngutang lagi? Jangan-jangan itu debt collector yang waktu

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Titik Terang

    ***“Gimana Mas?” tanya Aisyah penuh harap. Hendra terkulai, ia tampak lemas. Napasnya terengah-engah dengan keringat mengucur dari dahinya. Dokter itu kelelahan.“Nggak ketemu Ya, maafin Mas ya. Mas juga udah usaha keras buat nemuin anak kita,” jelasnya lesu.Aisyah menarik napas dalam, “Hah, gimana ya Mas? Aku juga bingung harus gimana lagi, aku tau kok Mas, Papa sama Mama juga udah usaha keras buat nemuin anak kita tapi aku juga nggak bisa bohong tentang perasaan aku.”Hendra meraih tubuh istrinya, ia memeluk tubuh Aisyah erat. Mereka berdua berakhir menangis bersama.Drrttt! Drrrttt! Drrrrt! [gawai Hendra berdering]Hendra gegas mengusap air matanya dan segera meraih gawainya.“Ha-halo,” jawabnya terbata.“Halo, selamat siang. Dengan bapak Hendra?”“Siang, iya dengan saya sendiri. Ada apa ya Pak?”“Baik, bapak Hendra kami dari kepolisian maksud menelpon bapak izin memberitahukan informasi terkait pencarian putra bapak!” jelasnya.DEG!!! Dada Hendra terasa b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status