"Kamu lihat kakakmu sama istrinya itu," ucap Mira bicara pada anak bungsunya sambil tangan sebelahnya menyibak gorden. Mischa yang sejak tadi sedang duduk-duduk di sofa menghampiri ibu kandungnya, dan ikut mengintip ke arah yang sama. "Mau ke mana lagi mereka, Ma?""Ke mana lagi kalau bukan shoping." Mereka mengintip Bima yang baru saja membukakan Intan pintu, masuk ke mobil. Sebelum akhirnya mobil itu bergerak menuju keluar gerbang. "Kak Intan itu lama-kelamaan ngelunjak ya, Ma," komentar Mischa yang lantas kembali duduk di sofa. Mira pun menutup gorden. "Iya, ini semua gara-gara Bima manjain dia. Sikap Bima juga berubah sama Mama karena istrinya itu." Mira ikut duduk di kursi di seberang anaknya. Sejak pertengkaran itu terjadi, sikap Bima terhadap ibunya memang berubah. Dia jarang bicara pada ibunya. Bahkan ketika ada waktu untuk berkumpul keluarga, menghabiskan waktu di hari libur, Bima tidak ikut bergabung dan lebih memilih untuk menghabiskan waktu diluar. Entah itu menyibukka
"Dan asal Mama tahu, ya, Ma. Keluarga Maya itu nggak sebaik yang Mama pikirkan. Keluarga Maya itu punya niat nggak baik sama kita, Ma. Terutama Tante Fara." Bima coba menjelaskan tentang siapa Fara yang sebenarnya kepada mamanya. Mira malah menatap anaknya tidak percaya. "Mama nggak salah dengar, Bima? Kamu ngomong begitu tentang Tante Fara, sahabat Mama yang kita udah sama-sama kenal baik?"Bima menggeleng. "Mama jangan tertipu, Ma. Tante Fara itu nggak sebaik yang Mama pikirkan.""Oh Mama tahu ..." Mira mengangguk-angguk. "Pasti istri kamu kan yang sudah menghasut kamu? Istri kamu itu memang nggak suka sama sahabat Mama. Jadi kamu terpengaruh juga, Bima? Padahal kamu sendiri kan mengenal Tante Fara seperti apa orangnya?" Bima menggeleng. "Enggak, Ma. Tante Fara ternyata nggak sebaik yang kita pikirkan selama ini.""Mama nggak habis pikir dengan jalan pikiran kamu. Kamu itu memang sudah dipengaruhi sama istrimu itu. Bisa-bisanya kalian mencurigai keluarga sahabat Mama sendiri. Mam
"Dan asal Mama tahu, ya, Ma. Keluarga Maya itu nggak sebaik yang Mama pikirkan. Keluarga Maya itu punya niat nggak baik sama kita, Ma. Terutama Tante Fara." Bima coba menjelaskan tentang siapa Fara yang sebenarnya kepada mamanya. Mira malah menatap anaknya tidak percaya. "Mama nggak salah dengar, Bima? Kamu ngomong begitu tentang Tante Fara, sahabat Mama yang kita udah sama-sama kenal baik?" Bima menggeleng. "Mama jangan tertipu, Ma. Tante Fara itu nggak sebaik yang Mama pikirkan." "Oh Mama tahu ..." Mira mengangguk-angguk. "Pasti istri kamu kan yang sudah menghasut kamu? Istri kamu itu memang nggak suka sama sahabat Mama. Jadi kamu terpengaruh juga, Bima? Padahal kamu sendiri kan mengenal Tante Fara seperti apa kan orangnya?" Bima menggeleng. "Enggak, Ma. Tante Fara ternyata nggak sebaik yang kita pikirkan selama ini." "Mama nggak habis pikir dengan jalan pikiran kamu. Kamu itu memang sudah dipengaruhi sama istrimu itu. Bisa-bisanya ka
"Dan asal Mama tahu, ya, Ma. Keluarga Maya itu nggak sebaik yang Mama pikirkan. Keluarga Maya itu punya niat nggak baik sama kita, Ma. Terutama Tante Fara." Bima coba menjelaskan tentang siapa Fara yang sebenarnya kepada mamanya. Mira malah menatap anaknya tidak percaya. "Mama nggak salah dengar, Bima? Kamu ngomong begitu tentang Tante Fara, sahabat Mama yang kita udah sama-sama kenal baik?"Bima menggeleng. "Mama jangan tertipu, Ma. Tante Fara itu nggak sebaik yang Mama pikirkan.""Oh Mama tahu ..." Mira mengangguk-angguk. "Pasti istri kamu kan yang sudah menghasut kamu? Istri kamu itu memang nggak suka sama sahabat Mama. Jadi kamu terpengaruh juga, Bima? Padahal kamu sendiri kan mengenal Tante Fara seperti apa kan orangnya?" Bima menggeleng. "Enggak, Ma. Tante Fara ternyata nggak sebaik yang kita pikirkan selama ini.""Mama nggak habis pikir dengan jalan pikiran kamu. Kamu itu memang sudah dipengaruhi sama istrimu itu. Bisa-bisanya kalian mencurigai keluarga sahabat Mama sendiri.
"Dan asal Mama tahu, ya, Ma. Keluarga Maya itu nggak sebaik yang Mama pikirkan. Keluarga Maya itu punya niat nggak baik sama kita, Ma. Terutama Tante Fara." Bima coba menjelaskan tentang siapa Fara yang sebenarnya kepada mamanya. Mira malah menatap anaknya tidak percaya. "Mama nggak salah dengar, Bima? Kamu ngomong begitu tentang Tante Fara, sahabat Mama yang kita udah sama-sama kenal baik?" Bima menggeleng. "Mama jangan tertipu, Ma. Tante Fara itu nggak sebaik yang Mama pikirkan." "Oh Mama tahu ..." Mira mengangguk-angguk. "Pasti istri kamu kan yang sudah menghasut kamu? Istri kamu itu memang nggak suka sama sahabat Mama. Jadi kamu terpengaruh juga, Bima? Padahal kamu sendiri kan mengenal Tante Fara seperti apa kan orangnya?" Bima menggeleng. "Enggak, Ma. Tante Fara ternyata nggak sebaik yang kita pikirkan selama ini." "Mama nggak habis pikir dengan jalan pikiran kamu. Kamu itu memang sudah dipengaruhi sama istrimu itu. Bisa-bisanya kalian mencurigai keluarga sahabat Mama sendi
"Ma, Mama apa-apaan, sih, Ma?" Bima langsung saja melempar tanya pada mamanya yang masih sibuk bermain game di ponsel. Mira mendongak heran. "Apa-apaan, apa maksud kamu?" "Intan udah cerita semuanya sama aku, Ma." Bima berterus-terang saja. "Cerita apa, sih?" Mira masih cuek saja dan tetap berkutat pada ponselnya. "Mama jangan pura-pura nggak tahu gitu, Ma. Aku udah tahu semua yang terjadi tadi siang waktu aku nggak ada." Mira lalu mendongak menatap anaknya. "Istri kamu ngadu apa memangnya?" "Mama mau menjodohkan aku dengan Maya, kan, Ma?" Bima bertanya dengan tenang, memastikan. Dan detik berikutnya, Bima bisa melihat ibu mertuanya terdiam. Bahkan jari-jarinya berhenti menyentuh layar ponsel. "Kenapa diam, Ma?" tanya Bima lagi. Mira pun kembali menatap anaknya, wajahnya masih terlihat tenang. "Kamu duduk dulu, dong. Kita bisa bicarakan ini baik-baik." Mendengar itu, Bima pun duduk di samping ibunya. "Yang Mama lakukan ini demi kebaikan masa depan kamu, Bima. Supaya kamu