Aku Dimanfaatkan Mertua dan Suamiku

Aku Dimanfaatkan Mertua dan Suamiku

last updateLast Updated : 2022-02-28
By:  BemineCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.5
13 ratings. 13 reviews
58Chapters
167.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Aku Gina, seorang wanita kaya pemilik bisnis online yang sudah menggurita, tidak menerima penindasan dan tidak akan membiarkan orang-orang di sekitarku tertindas oleh perilaku kejam ibu mertua dan suamiku. Inilah kisahku, saat hidup mencoba menguji tanpa henti.

View More

Chapter 1

Bab 1: Aku Sudah Tahu Semuanya

“Gini loh, gini, Nita! Masa kerjaan begini saja kamu enggak becus? Mana masakan satu pun belum ada yang mateng. Aduh, punya mantu kok lemot banget, ya?” omel Ibu Mertua pagi itu.

Bukan! Bukan aku yang diomeli, sebab saat ini aku hanya duduk santai di kursi yang berlawanan dengan wanita kurus bernama Nita itu. Tidak ada satu tumpuk sayur pun di depanku, apalagi pisau serta talenan untuk memotong sayur.

Kedua tanganku bersih, jauh dari bau bawang apalagi amis ikan. Kuku-kukuku juga berkilauan, karena tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah selama menjadi menantu ibu mertua.

Tapi berbeda dengan Nita, wanita kurus yang sudah lebih dulu menginjakkan kaki di rumah ini, diperlakukan layaknya pembantu. Lihat saja, bagaimana lelahnya dia sejak pagi, mencuci piring, menyapu kemudian memasak. Namun, tidak pernah sekalipun kata-kata keluhan meluncur bebas dari bibirnya yang tipis.

“Nita ... ini gimana ini? Ikannya kamu cuci kok masih ada darahnya? Buta, ya?” lanjut ibu mertua seraya menerawang bagian perut ikan bandeng.

Wanita berusia enam puluh tahunan yang rambutnya telah memutih sebagian, dengan gaya boob serta setelannya yang selalu sama itu tidak henti-hentinya memarahi Nita. Sakitnya, Nita tetap tidak membantah. Diturutinya semua perintah ibu mertua dengan sukarela.

“Biar Gina aja, Bu?!” tawarku. Kasihan juga jika Nita yang terus bekerja.

“Eh ... eh, nggak usah, Gin! Kamu duduk aja di situ, ya? Nanti Teguh pulang kamu masih cantik dan wangi.”

Berbeda bukan respons ibu mertua? Hal itulah yang membuatku muak berpijak di rumah ini. Padahal, bukan aku yang tersiksa, bukan aku juga yang ditindas ibu mertua. Namun, aku tidak tega, jika wanita sebaik Nita akan terus bekerja keras di bawah telapak kaki ibu mertua.

“Kita sewa pembantu saja, Bu?!” tawarku lagi.

Ibu mertua terlihat melotot. Mungkin, khawatir jika menyewa pembantu, maka uang yang berkumpul di rekeningnya akan berkurang.

“Aku yang bayar, Bu,” lanjutku santai.

Sudah tahu benar karakter dari wanita ini, sebab itulah, aku tidak akan ambil pusing lagi. Rencana menyewa seorang pembantu di rumah bukanlah untuk ibu mertua, melainkan semata-mata hanya untuk Nita, mengurangi bebannya di rumah terkutuk ini.

“Nggak usah, Gin! Kamu kan sudah banyak transfer Ibu uang. Kalau kamu keluar uang lagi, Ibu jadi enggak enak. Mending, uangnya kamu kasih Ibu saja, hehe.”

“Aku sudah transfer Ibu bulan ini, kok. Dua juta setengah ya, Bu?” sahutku santai.

Aku mulai melirik ke arah Nita, wanita yang masih menundukkan wajah, menatap talenan yang kosong. Mungkin, Nita malu denganku, atau juga malu dengan nasibnya sendiri.

“Loh, kok?” Ibu mertua mendekat. Tidak terima dengan jumlah yang aku berikan.

“Maaf Bu ... mulai sekarang aku kasih dua juta setengah saja. Enggak lima juta lagi. Bukan kewajibanku nafkahin ibu dan rumah ini, tapi kewajibannya Bang Teguh dan Bang Willy— suaminya Nita,” tegasku pada ibu mertua.

Mendengar ucapanku barusan, wajah ibu mertua berubah pucat. Terlihat olehku juga, bagaimana ibu mertua mengepal tangan, mungkin ingin melayangkan satu bogem mentah ke arahku, sama seperti yang selama ini dia lakukan pada Nita.

Tapi aku, tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Akan kulindungi Nita sebagaimana aku melindungi diriku sendiri. Wanita itu, tidak boleh lagi terluka lebih dari ini.

“Uang dua juta setengahnya lagi, akan kuberikan sebagai gaji pembantu di rumah ini, Bu. Aku akan mencari pekerja, biar Nita dan aku bisa berleha-leha. Lagipula, kami itu menantu di rumah ini, bukannya pembantu, bukan juga gudang uang buat ibu,” tegasku lagi.

Aku beranjak dari duduk, memutari meja makan yang juga dibeli dari uang pemberianku. “Bangun kamu, Nit!”

“Mbak ... ini belum selesai, nanti ....”

“Bangun saja, Nit. Hari ini, biar kita makan pesan antar. Kamu pilih mau makan apa! Mbak yang akan bayar.”

Segera, aku menarik tangan Nita, menyeret paksa wanita ringkih itu hingga terseok-seok mengikuti. Tidak lagi kuperdulikan ibu mertua yang sibuk mengomel-ngomel di sana, di dapur yang masih berantakan.

“Hei ... mantu durhaka kamu, Nita!” Malah Nita yang kena maki.

——

Kutepis sementara kekesalan terhadap ibu mertua. Hal paling penting saat ini adalah, menyusun strategi agar Nita bisa diperlakukan sama denganku, serta ibu mertua yang berhenti menggerogoti uang-uangku.

“Mbak ... jangan begini?” protes Nita. Meski sebuah protes sekalipun, suara Nita begitu lemah. Tidak ada setitik tenaga pun terdengar dari ucapannya itu.

Ya ampun, Nita! Kenapa nasibmu buruk begini?

“Mbak, besok-besok ibu akan lebih kejam sama aku. Mbak jangan tentang ibu demi aku. Aku ikhlas, Mbak.”

“Ikhlas?” Aku memekik cukup keras. Tidak perduli jika ibu mertua mendengarnya. Kamarku dan Bang Teguh, cukup dekat dengan dapur dimana ibu mertua berada.

“Aku senang, Mbak. Asal bisa sama Bang Willy di sini, aku sudah senang.”

“Nita! Kamu ini kenapa, sih? Kenapa membiarkan orang lain menginjak-nginjak dirimu, hah?”

“Karena ....” Nita berhenti berbicara. Dia menatap lantai kamarku dengan sorot matanya yang sedih.

“Nita enggak punya uang milyaran kayak Mbak Gina,” lanjutnya yang membuat batinku tertekan.

“Gina ... Gin? Bukan pintunya?” Kudengar ibu mertua menggedor-gedor pintu kamarku.

Pembicaraanku dengan Nita sejenak terhenti. Wanita itu terlihat bingung, seperti panik hingga melirik sana sini.

“Kenapa, Nit? Jangan takut, ada Mbak di sini.”

“Mbak temui ibu, jangan bilang-bilang kalau Nita masuk ke sini. Ibu enggak izinin soalnya,” jelas Nita seraya bergerak menuju kamar mandi dalam.

Ditutupnya rapat-rapat pintu kamar mandi, lalu memutuskan untuk bersembunyi di sana. Nyess hatiku melihat bagaimana Nita ketakutan setiap kali melihat ibu mertua.

“Gina? Kamu di dalam, kan?”

Kuabaikan Nita sementara demi menghadapi ibu mertua yang kejam itu. Perlahan, aku menekan knop pintu meski rasa dongkol bersarang. Lalu dibaliknya, ibu mertua menyembul datang dengan sesuatu di tangannya.

Paket! Ya itu pasti paket. Ibu mertua pasti baru selesai membeli sesuatu dari toko online.

“Gin ... em, ini paketnya. Kamu pegang uang enggak? Lima ratus ribu saja, Gina. Ini COD, Ibu enggak pegang uang sama sekali. Mas kurirnya nungguin di depan.” Taktik baru ibu untuk menggerogotiku.

Sudah bukan kali pertama ibu mertua belanja COD, lalu memintaku untuk membayarnya dengan sejuta alasan dan jurus yang sudah dia persiapkan. Padahal, jelas-jelas jika di dompetnya selalu tersedia uang hingga jutaan jumlahnya. Memang dasarnya, ibu mertua hanya mau barang gratisan.

“Maaf, Bu ... enggak ada. Habis!” jawabku dingin.

“Loh, masa sih? Kan uangmu banyak, Gin.”

“Iya, banyak tapi di rekening, Bu. Aku enggak megang uang cash lagi. Semua serba debit.”

“Terus ini gimana, Gin?”

“Coba Ibu cek di dompet Ibu, kali aja keselip tuh lima ratus ribu. Bisa buat bayar CODnya.”

Wajah ibu mertua kembali memerah. Baru sesaat lalu, dirinya naik pitam karena aku yang menentangnya dan membela Nita. Sekarang, naik lagi berkat penolakanku membayar belanjaan ibu mertua.

“Sudah dulu, Bu? Aku mau ke gudang. Oh iya, Nita juga kuajak. Urusan makan siang dan malam, nanti aku pesankan sekalian,” ujarku terakhir kali pada ibu mertua.

— Bersambung

Follow aku di: @bemine_3897

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Yanie Abdullah
suka jln ceritanya
2023-02-19 02:01:18
1
user avatar
Lhina Ridwan
dr sinopis nya ky nya seruuu ini
2022-09-21 08:35:18
1
user avatar
Ifana Cataleya
saya suka alur ceritanya
2022-07-01 15:55:38
1
user avatar
Dewi
cukup bagus
2022-04-17 01:27:13
0
user avatar
UCABI
bikin ikut emosi cerita nya
2022-04-07 14:49:57
1
user avatar
Aulia Lia
suka dg alurnya tp trkadang ada kalimat yang menurut ku kurang tepat, selebihnya bagus ceritanya rekomended
2022-04-04 08:41:49
0
user avatar
andra
sudah tamat pemuda yang tidak terduga
2022-03-08 10:42:01
0
user avatar
Jodi Novianti
Koq blm lanjut lagi ya???
2022-01-24 08:37:51
0
user avatar
Jodi Novianti
Lanjutkannn
2022-01-17 23:32:33
0
user avatar
Selli Sebawati
gooddddddddddddd
2022-01-03 23:11:22
0
user avatar
Selli Sebawati
good cgyhjmkkkjgftjmlk
2022-01-02 12:30:25
0
user avatar
It's me Salaz4r
bagusnya dalan hal membalas dendam
2022-01-04 08:11:30
0
user avatar
diyah dhee
Lama amat thor lanjutannya. Ga ada lanjutanny kah? Udah nungguin sbulan lbh lho
2022-01-27 00:18:12
0
58 Chapters
Bab 1: Aku Sudah Tahu Semuanya
“Gini loh, gini, Nita! Masa kerjaan begini saja kamu enggak becus? Mana masakan satu pun belum ada yang mateng. Aduh, punya mantu kok lemot banget, ya?” omel Ibu Mertua pagi itu.Bukan! Bukan aku yang diomeli, sebab saat ini aku hanya duduk santai di kursi yang berlawanan dengan wanita kurus bernama Nita itu. Tidak ada satu tumpuk sayur pun di depanku, apalagi pisau serta talenan untuk memotong sayur.Kedua tanganku bersih, jauh dari bau bawang apalagi amis ikan. Kuku-kukuku juga berkilauan, karena tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah selama menjadi menantu ibu mertua.Tapi berbeda dengan Nita, wanita kurus yang sudah lebih dulu menginjakkan kaki di rumah ini, diperlakukan layaknya pembantu. Lihat saja, bagaimana lelahnya dia sejak pagi, mencuci piring, menyapu kemudian memasak. Namun, tidak pernah sekalipun kata-kata keluhan meluncur bebas dari bibirnya yang tipis.“Nita ... ini gimana ini? Ikannya kamu cuci kok masih ada darahnya?
last updateLast Updated : 2021-10-01
Read more
Bab 2: Masa Laluku
“Jadi ini gudangnya, Mbak Gini?” Nita menatap takjub bangunan tiga lantai yang telah menjadi sarang uangku selama ini.Bangunan luas yang kubeli dari hasil menabung, penjaja barang dagangan selama bertahun-tahun, hingga merambati bisnis online tujuh tahun lalu itu, berdiri megah di depan kami berdua. Dijejeri oleh beberapa motor yang merupakan milik para pekerja. Serta satu unit mobil berjenis Range Rover yang bersembunyi di bagasi.Khusus kendaraan besi yang besar itu, adalah milikku sendiri. Aku sengaja menyimpannya di gudang agar ibu mertua tidak tahu tentang hal ini. Bukannya bersikap pelit, tetapi satu unit mobil berjenis Jazz yang kubawa pulang, lebih sering dipakai ibu mertua dibandingkan olehku sendiri. Digunakannya untuk pamer kesana kemari, jika dirinya telah berhasil mencapai puncak kejayaan dalam hidupnya.Tidak apa-apa jika aku dianggap pelit sekalipun. Nyatanya, selama dua tahun menikahi Bang Teguh, aku telah menggelontorkan uang dalam
last updateLast Updated : 2021-10-02
Read more
Bab 3: Permintaan Bang Teguh
“Baru pulang kamu?!” hardik ibu mertua tepat setelah Nita menginjak lantai rumah.Aku yang baru memarkirkan mobil di garasi, menghela napas dalam-dalam. Entah bagaimana caranya menyelamatkan Nita dari kekangan ibu mertua, jika dirinya saja tidak mau berusaha lepas darinya.“Enak ya ... dibelain Gina?! Kamu deketin Gina sekarang biar kecipratan kaya, gitu?” Lagi ... ibu mertua tanpa henti mencibir. Bukan! Lebih tepatnya menghina. Suaranya menggema jelas hingga ke teras rumah. Entah apa kata tetangga setiap mendengar keruhnya suasana rumah ini. Raungan tanpa henti dari ibu mertua seolah menjadi melodi yang akan terus berputar.Kulangkahkan kaki, menyusul Nita agar ibu mertua sedikit melunak padanya. Namun, kutemukan sesuatu yang mencengangkan saat ini.Pria yang kunikahi dua tahun lalu itu, sudah duduk santai di sofa, menikmati makanan yang kupesan melalui ojek online. Sedang ibu mertua, masih saja melanjutkan marah-marahnya.
last updateLast Updated : 2021-10-03
Read more
Bab 4: Drama di Meja
Setelah menolak permintaan Bang Teguh untuk membeli tanah seharga 2 Milyar itu, ibu mertua mulai menatapku dengan sorot mata penuh kebencian seperti yang selama ini diberikannya pada Nita. Tidak cukup sampai di situ, intonasi bicara ibu mertua berubah drastis, penuh cibiran dan ketidaksukaan.Aku yang merasakan dengan jelas perubahan itu hanya bisa berpura-pura acuh. Karena, aku yakin benar jika semua yang dilakukan ibu mertua, hanya untuk menekanku, agar segera menyetujui keinginan putranya, membeli tanah dengan harga yang fantastis lalu mengganti namanya atas nama Bang Teguh. Sudah sinting hidup ini! Entah kenapa dulu, kuterima lamaran pria ini.“Gin!” Seruan dari suara Bang Teguh memanggil namaku.Hampir saja, aku duduk bengong di meja makan. Makanan yang sudah kuambil hanya tercampur aduk di piring. Tidak sesuap pun masuk ke dalam tenggorokan, apalagi jatuh ke lambung yang sudah daritadi meronta minta bagian.“Enggak usah dipanggil,
last updateLast Updated : 2021-10-04
Read more
Bab 5: Ibu Mertua Dirawat
Pagi ini, setelah memeriksa gudang dan pesanan pembeli, aku menyegerakan diri melangkah menuju rumah sakit tempat dimana mertuaku dirawat. Menggunakan jasa ojek online, aku menumpang hingga tiba di gedung bertingkat megah yang dipilih ibu mertua sebagai tempatnya berobat.Sejenak, aku menghela napas kala melihat bagaimana bagusya bangunan ini. Rumah Sakit Budiantara namanya. Salah satu perusahaan jasa yang menawarkan fasilitas mewah dan berkelas, tentunya dengan harga yang tidak ramah di kantong.Aku bergegas menuju ruang tempat di mana ibu mertua dirawat, tentunya sesudah membelikannya sekeranjang besar buah-buahan bagus dan segar dari toko buah yang berjalan beberapa meter dari rumah sakit. Aku tidak mau dianggap menantu celit dan kikir, hanya karena menghadiahinya buah-buahan dalam jumlah terbatas. Lagipula, Bang Teguh juga yang akan menikmatinya nanti.Baru langkah pertama memasuki lantai dasar, aroma menusuk dari alkohol dan obat-obatan menyeruak di rongga
last updateLast Updated : 2021-10-05
Read more
Bab 6: Bukti Pengkhianatan
Aku segera kembali ke rumah Bang Teguh dengan menyewa ojek yang mangkal di dekat rumah sakit meski kusadari beberapa kali ponsel berdering nyaring, mendendangkan panggilan dari suamiku sendiri. Mungkin, pria itu tidak menyangka jika aku benar-benar akan menentang dirinya dan memilih pulang dibandingkan menemui ibu mertua yang sibuk berpura-pura sakit.Begitu tiba di depan pagar, ojek yang telah menempuh jarak cukup jauh untukku itu meminta tebusan mencapai lima puluh ribu. Aku sedikit mengernyit awalnya, lalu mengeluarkan uang seratus ribu yang berjubel di dalam dompet dan memberikannya padanya.Terlihat dia yang mulai merogoh kantong jaket serta sakut celana. “Enggak ada kembaliannya, Mbak. Uang pas aja. Si Mbak pelanggan pertama,” pintanya santun.Aku mengulas senyum, kembalian sebesar itu memang tidak lagi terasa banyak sejak Rabbi memberi harta yang berlimpah. “Buat Bapak aja kembaliannya. Semoga bermanfaat.” Lantas, aku segera mendor
last updateLast Updated : 2021-10-17
Read more
Bab 7: Pertengkaran Tanpa Akhir
“Susah ya, ngomong sama menantu kayak kamu. Belagu!” Ibu mertua mencebik dengan keras, kemudian dia berusaha bangkit dari kursi yang didudukinya saat datang tadi.Melihatnya bergerak, aku masih diam membisu. Kenyataan pahit yang ditorehkannya selama ini membuatku enggan membantu.“Gin! Kamu diam aja di situ?” seru Bang Teguh tidak terima.“Istrimu tidak tahu diri, Guh! Sudah untung kamu mau nikah sama dia, kalau enggak jadi perawan tua sekalian!” Lagi ... ibu mertua mengumpatiku.“Sudah, Bu ... jangan marah-marah lagi, biar Teguh yang ngajarin Gina nanti. Sekarang, Ibu fokus istirahat dulu, ya?” pinta Bang Teguh tanpa beranjak dari posisinya saat ini.Aku menyunggingkan senyum, ucapan serta perbuatannya sama sekali tidak sinkron. Perkataan pria itu seolah-olah telah menempatkan ibu mertua di atas tahta, namun nyatanya memapahnya ke kamar saja tidak pernah dia dilakukan.“Nita!” Ibu
last updateLast Updated : 2021-11-14
Read more
Bab 8: Permintaan Tidak Masuk Akal
“Abang mau cerai?” tantangku sekali lagi.Kutahan sekuat hati selaksa air mata yang mulai membentuk di pelupuk. Tidak boleh sekalipun beningnya jatuh untuk Bang Teguh dan ibu mertua yang dengan mudahnya menoreh luka di batinku.“Eh .. siapa yang mau cerai, Gin!”“Itu, ibu ngomongnya gitu!” sambutku seraya mendelikkan mata dengan sengaja ke arah ibu mertua.“Bu ... Ibu ngomong apa, sih? Siapa yang mau bercerai?” Bang Teguh ikut melirik ibu mertua.Aku tersenyum tipis agar tidak terlalu kentara, kemudian memicingkan mata demi melihat sepuasnya perubahan raut wajah dari ibu mertua yang ditentang oleh putra kesayangannya. Inilah Bang Teguh yang sesungguhnya, demi menghindar dari perceraian yang memberinya kerugian, dia lebih memilih menbantah ibu mertua dibandingkan sebelumnya.“Abang pakai mobilnya, ya? Panas banget Gin.” Bang Teguh kembali mengemis. Aku muntab, lantas
last updateLast Updated : 2021-11-14
Read more
Bab 9: Kenapa Harus Aku?
“Maksudnya apa, Bu?” Aku menatap ibu mertua dengan sorot mata bingung.Wanita paruh baya itu menyunggingkan bibirnya, mungkin merasa malas saat mendengar suaraku.“Apa ini, Nit? Kwitansi apa ini?” tanyaku pada Nita seraya berharap wanita itu akan memberiku penjelasan. Meski demikian, Nita menggeleng, lantas menundukkan wajah. “Nita nggak tahu, Mbak.”“Ini, semuanya hutang-hutang Teguh, Mbak! Saya mau dibayar sekarang karena jatuh temponya udah terlalu lama. Gimana ini, saya juga butuh uang, masa sudah berbulan-bulan enggak balik uang saya?” jelas pria berkulit legam.Aku yang baru saja mendapatk an jawaban atas alasan dari kehadirannya lantas membelalakkan mata kembali. Kemudian, memandangi satu per satu lembar kehijauan yang dibubuhi tanda tangan milik Bang Teguh. Jumlah yang tertulis di atasnya tidak main-main, dan jika ditotal  maka mencapai tiga puluh juta rupiah.“Saya berani pinjamin
last updateLast Updated : 2021-11-16
Read more
Bab 10: Rumah Misterius
Aku menunggu sejenak di depan rumah asing yang didatangi Bang Teguh, memperhatikan dari dalam mobil dengan jarak aman demi mengetahui pemilik dari hunian mencurigakan itu. Jika memang itu rumah Adinda bersama suamiku, lantas kenapa halamannya tidak terurus? Bahkan lebih cocok disebut berantakan bak diterjang badai sungguhan. Selang beberapa lama, motor lainnya datang. Dua pengendara yang berboncengan di atasnya ikut masuk ke rumah itu. Pintunya tertutup rapat, namun saat ada yang mengetuk, maka segera terbuka seolah-olah ada sistem otomatis yang mampu mendeteksi kehadiran seseorang. Aku menanti lagi dengan sabar, hingga siang berganti jadi sore tanpa memindahkan pandanganku meski hanya sedetik ke pintu rumah itu. Apa yang dua orang tadi dan Bang Teguh lakukan di sana? Kenapa hawanya jadi semakin mencurigakan? Di tengah kekalutan itu, satu motor lain menyusul. Sama seperti Bang Teguh dan dua orang setelahnya, pengendaranya segera masuk dengan langkah penuh per
last updateLast Updated : 2021-11-17
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status