Share

Guru dingin itu Ayahku
Guru dingin itu Ayahku
Author: Gywnee

Chapter 05

Author: Gywnee
last update Last Updated: 2024-04-27 11:12:20

Sepulang dari sekolahaan, Gavin mampir ke rumah Leon.

"Bagaiamana? kau sudah melihat sesuatu?" Tanya Leon dengan heran.

"Iya. Ada satu orang yang aku curigai." Jawab Gavin dengan nada datar.

"Axel, jangan terlihat kau mencurigainya aku takut dia melakukan tindakan gila disana." Ucap Leon.

"Tenang saja kau pikir aku siapa bertindak ceroboh begitu," Jawab Gavin.

Leon tersenyum kecil. "Bagaimana kau sudah menemukan anak-anakmu? mereka kembar kan tapi tidak identik." Ucap Leon.

Gavin hanya diam, dia tidak menunjukkan ekspresi apapun.

"Kau menyelidiki anak-anak dan istriku diam-diam atau kau menyelidiki masa laluku?" Tanya Gavin.

"Aku hanya ingin tahu tentangmu saja, tenanglah aku tidak akan ikut campur. Misi kita menemukan teroris itu." Jawab Leon sambil tersenyum. Lalu Gavin pergi keluar tanpa mengatakan apapun ke Leon, dia sudah terbiasa bersikap seperti itu ke Leon dan Leon pun tidak masalah dengan itu.

"Semoga anak-anaknya tidak ada yang punya sifat kayak bapaknya." Gumam Leon dengan cemas.

Cafe!

Vani dan Ivan memakan ice cream berdua di cafe setelah mereka selesai membeli beberapa buku untuk Vani.

"Paman, bagaimana papaku itu?" Tanya Vani dengan heran.

"Eummm...papamu itu pinter, dia banyak di kejar-kejar cewek dulu ya sebut saja dia populer sejak dulu, dari TK, SD, SMP, SMA juga..." Jelas Ivan dengan heran.

"Paman dekat dari papa sejak dulu rupanya," Ucap Vani.

"Iya kita dekat sejak kita bayi malah, kalau kamu penasaran dengan wajah papamu saat muda dulu lihat saja kakakmu itu, Vyan sangat mirip dengan papamu hanya saja sifatnya mirip dengan Keara." Jelas Ivan sambil memakan ice creamnya.

"Aku tidak peduli dengan wajahnya atau apapun, aku hanya ingin tahu kenapa dia meninggalkan kita? apa dia tidak suka sama mama?" Tanya Vani dengan heran.

Ivan menoleh ke Vani lalu dia tersenyum, "Dia suka, dia cinta dengan mamamu hanya saja ada sesuatu yang tidak bisa aku jelaskan. Vani kalau waktunya tepat nanti Keara pasti akan menjelaskan ke kalian. Sampai saat itu tiba apa kamu mau menunggunya?" Tanya Ivan sambil tersenyum.

Vani menganggukkan kepalanya, "Iya." Jawabnya dengan singkat lalu dia memakan ice creamnya, Ivan tersenyum kecil melihatnya.

Gavin pulang ke rumahnya. Dia tinggal di apartemen elit di kota ini, banyak artis, pejabat yang juga tinggal di apartemen Gavin. Sampai di dalam rumah, Gavin melepas bajunya dan dia hanya telanjang dada. Setelah itu dia membuat makan malam untuk dirinya sendiri.

Gavin tinggal seorang diri di rumah semewah ini, dia tidak punya pembantu, dia bisa mengerjakan semua pekerjaan rumahnya sendirian tanpa bantuan orang lain.

Setelah selesai memasak, Gavin memakan masakan buatannya dan setelah itu dia mandi.

Gavin berendam di bath up sambil membaca buku dan meminum wine. Dan begitulah cara Gavin hidup sendirian, dia sering menghabiskan waktu dengan hobinya. Di dalam rumah Gavin juga ada beberapa alat gym, dan Gavin sangat rutin berolahraga sebelum dia berangkat kerja.

Vyan baru pulang jam 7 malam, karena dia masih berlatih band setelah taekwondo selesai tadi. Sampai di rumah dia melihat mamanya yang sedang sibuk menyiapkan bahan untuk membuat mie.

"Mama..." Sapa Vyan dengan heboh.

Keara tersenyum kecil, "Kamu sudah makan?" Tanya Keara.

"Iya tadi aku makan sama teman-temanku, apa yang bisa aku bantu ma?" Tanya Vyan sambil melepaskan tasnya.

"Ini sudah selesai kok, tadi Vani sama bibi Hera membantu." Jawab Keara.

"Bibi disini?" Tanya Vyan dengan heran.

"Dia di kamar mandi." Jawab Keara.

"Ohhhh putrakuuuu udah pulangg..." Teriak Hera dengan heboh, dia langsung memeluk Vyan dengan erat, Vyan tersenyum kecil.

"Sudah lama sekali tidak melihat bibi, bibi apa kabar?" Tanya Vyan. Lalu Hera melepaskan pelukannya.

"Baik sayang, kamu gimana?" Tanya Hera.

"Sangat baik." Jawab Vyan sambil tersenyum.

"Bibi bawain buah-buahan kesukaanmu, tapi sepertinya Vani tetap sama ya tidak suka buah dia lebih memakan snack sama cokelat tadi." Ucap Hera.

"Karena itu lebih enak daripada buah," Jawab Vani yang tiba-tiba keluar dari kamarnya sambil memabwa snack dari Hera.

"Emang enggak ada sehat-sehatnya tu orang." Ucap Vyan dengan heran.

"Pergi sana!" Usir Vani sambil mengunyah snacknya, lalu Vani duduk di kursi sebelah mamanya.

"Karena kalian sudah pulang, duduk disini sebentar mama mau bilang sesuatu tentang rapat tadi." Ucap Keara, dia sudah menyelesaikan pekerjaannya dan sekarang mereka duduk berkumpul bersama.

"Vyan kamu dapat peringat tertinggi lagi, tidak hanya di kelas tapi satu angkatanmu. Dan Vina..." Keara menoleh ke Vina, dan Vina terlihat bersantai sambil memakan snacknya.

"Kenapa kamu harus sama otaknya kayak mama sih," Gumam Keara dengan sedih.

"Jangan bilang Vina peringat bawah." Ucap Vyan sambil melirik Vina.

"Kelima dari bawah." Jawab Keara.

"Wah masih mending daripada di bawah sendiri kan," Jawab Vina dengan santai.

Keara, Vyan, dan Hera menghela nafas dengan heran.

"Tenang saja ma, ada Vyan aku pasti naik kelas kok." Jawab Vani sambil tersenyum kecil.

"Terus sampai nanti kelas 12 nyuruh aku kerjain tugasmu ha?" Omel Vyan dengan kesal.

"Kau bilang kau kakak jadi ya kakak harus bantu adik lah," Jawab Vani dengan santai.

Vyan menghela nafas dengan kesal, dia menyesal mengatakan hal itu ke Vina.

"Oh iya minggu depan kalian ada festival, kalian sudah dengar pengumumannya kan," Keara.

"Tidak boleh yat tidak ikut?" Tanya Vani dengan kesal.

"Tidak!" Jawab Vyan dengan kesal.

"Semua anak harus ikut, kau tahu betapa sibuknya aku menyiapkan penampilan band nanti." Ucap Vyan dengan kesal.

"Tidak ada yang menyuruhmu repot seperti itu, itu salahmu sendiri karena suka merepotkan diri sendiri." Jawab Vani.

"Daripada kau, pasif banget jadi anak. Ikut apa kek gitu biar tambah temen." Sahut Vyan dengan kesal.

"Mereka masih kayak gini ternyata," Gumam Hera dengan heran.

"Aku kadang pusing melihatnya," Jawab Keara.

"Semua yang aku lakukan ini untuk masa depanku, aku dapat banyak piagam dari dulu," Jawab Vyan. Memang kamar mereka berdua ini sangat berbeda, di kamar Vyan banya sekali piagam, dan sertifikat lomba yang Vyan ikuti, sedangkan kamar Vina lebih banyak buku novel.

"Diam adalah cara terbaik untuk hidup tenang. Itu mottoku." Ucap Vani sambil mengunyah.

Keara menoleh ke Vani, dan dia tersenyum kecil.

"Mirip banget sama...." Gumam Hera dengan heran, karena Vani sekarang sifatnya semakin mirip dengan papanya.

"Vyan, mungkin Vina punya jalan lain seperti mu....menurut mama tidak apa-apa kamu memilih jalan yang kamu sukai asalkan kamu tidak menyesal dan bisa bertanggung jawab atas pilihan sendiri ya putriku sayang." Ucap Keara sambil mengusap rambut Vani. Vani menoleh ke mamanya dengan terheran-heran tidak biasanya mamanya bersikap seperti ini.

"Mama benar sih, dengerin tuh!" Ucap Vyan dengan kesal ke Vina.

Vina hanya diam. Tapi sebenarnya dia senang mamanya mengerti tentang dirinya, hanya saja dia tidak mau menunjukkan rasa senangnya itu ke mereka semua.

Dan setelah itu mereka berdua masuk ke kamar masing-masing. Hera dan Keara masih mengobrol di meja makan sambil meminum teh hangat.

"Kau jangan terlalu cemas karena mereka camping, raut wajahmu tidak bisa bohong banget." Ucap Hera.

Keara mendengus kesal, "Vyan aku tidak cemas dengannya karena dia bisa jaga diri, tapi Vina...dia itu tidak terlalu peduli dengan dirinya sendiri, kalau Vyan sibuk sama bandnya terus gimana ya sama Vina." Ucap Keara dengan cemas.

"Keara, meskipun dia cuek gitu tapi Vina tahu kok mana yang baik untuk dia mana yang enggak...dia itu kelihatan banget kalau dia ingin di mengerti dan di percayai oleh kalian berdua." Jawab Hera.

"Iya kau benar, selama ini aku hanya memarahinya karena dia susah banget belajar, sampai Vyan pun ikut memarahinya. Aku tidak mau aja anak cewekku berakhir seperti ku." Jawab Keara dengan sedih.

"Apa maksudmu, kau kenapa emangnya? udah deh Keara percaya saja dengannya." Jawab Hera dengan kesal.

Keara tersenyum kecil. Dia tetap cemas dengan putri kecilnya itu. Keara selalu meminta Vyan untuk menjaga adiknya dari cowok-cowok, dan Vyan pun tanpa disuruh mamanya akan selalu jaga Vina meskipun mereka sering berantem dan tidak akur tapi Vyan diam-diam memperhatikan adiknya terus karena dia sangat menyayanginya.

Keesokan harinya.

"Kenapa pagi-pagi kesini, aku tidak menerima tamu." Ucap Gavin sambil ngegym.

Leon menghela nafas, "Aku kesini hanya ingin bilang saja kalau bos mafia sudah ditemukan, ternyata dia bersembunyi di Turki dan beberapa polisi sedang ke sana. Tinggal anak buahnya yang bandel itu yang belum di tangkap." Jawab Leon.

Gavin hanya diam, dan dia masih fokus gym.

"Setelah semua selesai apa kau mau kembali ke istrimu?" Tanya Leon dengan heran.

Gavin hanya diam, itu yang sedang dia pikirkan sebenarnya. Dia tidak tahu bagaimana cara untuk muncul di depan istrinya itu. Dia merasa bersalah karena membuat hidupnya hancur.

"Aku tidak tahu. Banyak hal yang harus aku pikirkan." Jawab Gavin.

"Apalagi?? kau tidak kasihan melihat istrimu banting tulang sendirian?" Tanya Leon dengan heran.

Gavin menghela nafas dengan kesal.

"Apa kau kesini juga untuk itu? apa pentingnya bagimu?" Tanya Gavin dengan heran.

"Aku hanya ingin kau hidup normal saja tidak perlu bersembunyi seperti ini Axel, kau harus kembali ke rumahmu!" Ucap Leon.

Gavin hanya diam lalu dia menundukkan kepalanya.

"Kembali ke rumah?" Gumamnya dengan sedih.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 121

    "Terimakasih sudah membimbing putraku. Dia tidak menyusahkan kan?" tanya Axel. Felix berdecih tersenyum, "Gila kau ya..kau kemana aja sih??" omelnya dengan kesal. "Banyak hal terjadi, itu nanti saja. Kalian kesini mencari papa kan..dia sudah kabur dengan Sharena dan semua anak buahnya aku sekap di dalam kamar..." jelas Axel. Vyan tidak peduli lagi dengan kakeknya itu, matanya masih terfokus ke pria yang sangat ia rindukan itu, dan air mata Vyan tidak bisa ditahan lagi untuk keluar. "Vyan, nanti akan papa jelaskan untuk saat ini kita fokus ke kakek." jelas Axel. Vyan mengepalkan tangannya dengan kesal, dia mau memukul papanya tapi Axel menahan tangannya itu. "Papa...kenapa papa selalu seperti ini?? papa selalu menghilang saat kita berdua butuh bahkan mama juga ikut menghilang...apa papa tahu Vina sangat terpuruk karena kalian meninggal..dia bahkan jarang keluar kamar dia selalu menangis setiap m

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 120

    "Kau gila?" tanya Vyan dengan heran."Aku ingin menikah denganmu." jawab Hana.Semua orang sontak melihat mereka dengan terkejut, Vyan juga sangat syok mendengarnya, dia mungkin terbiasa di tembak cewek tapi untuk di lamar ini sangat perdana baginya.Vyan berdecih tersenyum melihat Hana dan dia mengakui keberanian Hana itu."Pergilah ke kelas! jam mu sudah mulai." ucap Vyan."Ditolak kah..." gumam Hana sambil menundukkan kepalanya dengan sedih.Vyan menatap Hana dengan senyuman tipis di bibirnya, lalu Vyan mengusap rambut Hana."Terimakasih..tapi untuk menikah saat ini sangat tidak mungkin...bukankah kita seharusnya berada di tahap pendekatan dulu?" tanya Vyan sambil tersenyum.Hana mendongak ke Vyan dengan terkejut, "A.a.apa maksudnya?" tanya Hana dengan heran."Hana...aku sudah tentangmu dari Aldo beberapa kali...hanya kau saja yang direstui oleh Aldo itu katanya. Sesekali aku sering melihatmu, kau su

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 119

    "Papa..." lirih Vina dengan terkejut.Pria yang duduk di kursi itu berdiri dan menatap Vina dengan raut wajahnya yang senang."Vina?"Vina meneteskan air matanya mendengar nama dia disebut oleh pria itu.Pria itu berjalan pelan-pelan menuju ke Vina, dan pria itu mengusap wajah Vina dengan sedih."Ini benar Vina?" tanya pria itu.Vina menganggukkan kepalanya dan dia memeluk pria itu dengan erat."Papa...." lirihnya dengan senang.Barack menghela nafas melihat mereka, dia sudah terlambat ingin menghentikan Vina."Paman, maaf..." ucap Barack ke Axel itu.Axel tersenyum lalu dia melepaskan pelukannya dari Vina."Papa bagaimana papa bisa selamat? mama? mama bagaimana?" tanya Vina dengan cemas."Mama mu sedang dalam pemulihan, aku lebih cepat pulih dari obat itu karena ada penangkal racun ditubuhku. Tenang saja Keara sebentar lagi akan bangun." jawab Axel."Ini semua apa ma

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 118

    Vyan berdiri jauh dari rumah kakeknya sampai malam hari, dia berjanji kepada Felix jika dia tidak akan menghancurkan rencananya, Vyan penasaran saja dengan kehidupan kakeknya di belakang dirinya itu.Jam 11 malam, Andre baru pulang dan dia turun dari mobil dengan Sharena. Vyan berdecak tersenyum, dia tidak terkejut lagi karena Sharena mengkhianatinya. Sharena memberitahu padanya jika kakeknya ada sangkut pautnya dengan semua ini tapi Vyan masih tidak mengerti dengan hal itu tapi ternyata Sharena sekarang dengan kakeknya itu."Wanita apa dia." gumam Vyan dengan kesal.Vyan memasang earphone yang menyambungkan alat sadapnya. Vyan kini mendengarkan semua pembicaraan mereka, tapi yang dia dengar hanyalah desahan Sharena."Cih!" gumam Vyan dengan kesal, lalu dia melepas earphonenya. Setelah beberapa menit dia memasangnya lagi."Aku capek jika terus mejadi pemuas nafsu saja." ucap Sharena."Aku tidak bisa menikahimu." jawab Andre.

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 117

    "Vyan..." lirih Hana dengan terkejut."Kenapa disini? menyedihkan sekali!" ucap Vyan dengan nada ketusnya itu.Hana mengusap air matanya, dan dia segera berdiri dan berhadapan dengan Vyan."Ka.kamu bagaimana bisa tahu kalau....-""Aku kesini mau basketan!" sahut Vyan karena dia tidak mau Hana geer dengannya.Hana mengangguk dengan mengerti, dan Vyan memperhatikan pipi Hana yang memar itu tanpa dia tanya pun dia sudah yakin jika Hana pasti ditampar oleh Selena."Pergilah!" usir Vyan karena dia juga harus pergi dan memastikan jika Hana pergi dari tempat ini."I.iya." jawab Hana dengan pelan dia segera berjalan keluar karena tidak mau mengganggu Vyan, belum juga selangkah berjalan Vyan mendengar suara Selena dan beberapa anak yang berjalan ke arah ruangan ini, dan tanpa sadar Vyan langsung menggandeng tangan Hana lalu mengajaknya bersembunyi.Hana terkejut saat Vyan mendekapnya di balik troli berisi bola itu, Vyan

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 116

    Felix berjalan menyusul Vyan dengan raut wajah tenangnya itu."Ini..ini apa maksudnya..." lirih Vyan dengan terkejut, di ruangan itu ada banyak sekali tumpukan uang, dan di rak itu ada beberapa emas batang."Ini milik siapa?" tanya Vyan dengan heran."Menurutmu...kau tidak bisa memikirkan sampai sini?" tanya Felix dengan kesal.Vyan hanya diam, karena dia benar-benar tidak mengerti kaitannya dengan semua ini."Tenangkan dirimu dan berpikirlah!" ucap Felix.Vyan hanya diam karena dia masih kebingungan dengan semua ini..Sedangkan itu, Sharena keluar dari apartemennya untuk pergi ke suatu tempat. Dia pergi sendirian tanpa mengajak asprinya.Dan ada seseorang yang mengikutinya dari tadi, tapi Sharena tidak tahu itu.Sharena sampai di rumah seseorang, dia masuk ke dalam dan orang yang mengikutinya itu hanya berdiri didepan rumah ini."Kenapa disini." gumamnya dengan heran..

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status