共有

SALAH PAHAM

作者: Kumara
last update 最終更新日: 2021-12-21 09:30:56

Bella masih terkekeh dengan tubuh sempoyongan ketika Yusuf menyeretnya ke area parkir hotel berbintang tersebut.

"Ngerepotin aja!" damprat Yusuf sambil menuntun Bella untuk duduk di kursi depan mobilnya.

Setelah dia memasangkan sabuk pengaman di tubuh Bella, Yusuf duduk di kursi pengemudi dan mulai menyalakan mesin. Namun tiba-tiba tubuhnya tercekat, "Tunggu ... rumah kamu di mana?"

Bella yang tadi masih setengah sadar dalam keadaan agak oleng kini telah sepenuhnya kehilangan kesadaran. Yusuf mendecakkan lidah sebal. "Harus ke mana cewek ini dibawa?" lirihnya memutar otak, untung terbersit satu lokasi.

Satu tempat yang diyakinkan Yusuf akan aman untuk Bella, bukan rumah ayahnya tentunya, melainkan studio apartemen milik pribadinya, tempat yang kadang dikunjungi Yusuf apabila dia butuh waktu untuk sendiri.

***

Sinar mentari yang terik menembus kaca jendela besar, jatuh tepat di atas wajah Bella yang masih tertidur di atas sebuah tempat tidur queen size. Perlahan kelopak matanya terbuka, otomatis Bella membuang muka untuk mengurangi kadar silau yang menerpa.

Pelan-pelan diangkatnya tubuhnya untuk dapat duduk di atas tempat tidur lalu diedarkannya pandangan. "Di mana aku?" lirihnya sambil memegang kepala yang agak pening. Bella meraih kaca matanya yang tergeletak di atas meja lampu di samping tempat tidur, sekarang pandangannya menjadi lebih jernih.

Jelas tempat ini bukan kamar kos Bella yang sempit. Kamar yang sekarang dia tempati luas dengan dominasi warna krem dan cokelat kayu, diisi perabotan modern dan tampaknya mahal, dengan jendela kaca besar dan teras yang dipenuhi pot-pot tanaman hias.

"Rumah siapa ini ...?" lirihnya sambil mencoba mengingat-ingat. "Gawat! Jangan-jangan semalam aku ..."

Bella langsung terpikir pada kemungkinan yang paling buruk, dilihatnya wrap dress yang masih membalut tubuhnya, pakaian yang sama persis dengan pakaian semalam yang dia kenakan ke acara fashion show.

"Aku masih pake baju yang sama, aku juga nggak ngerasa ada yang aneh sama badan aku ... tapi ..." Bella meracau ketakutan.

Ketika dia sibuk mencemaskan semua kemungkinan yang bisa saja menimpanya, pintu studio apartemen itu terbuka, dan Yusuf masuk dengan santai menenteng sebuah kantong plastik berukuran sedang.

"Pak Yusuf?! Jadi ini ... tempat Bapak?!" pekik Bella sambil turun dari tempat tidur. "Apa-apaan ini?! Tolong jelasin sama saya, Pak! Kenapa saya bisa ada di sini?! Apa ... apa yang udah Bapak perbuat sama saya?! Nggak mungkin! Kenapa ... kenapa saya bisa ada di sini? Walau jelek gini juga, saya ini masih perawan, Pak!" tuding Bella panik sambil berusaha menutupi tubuh bagian depan meski sebetulnya gaunnya sama sekali tidak terbuka.

Yusuf menatapnya dengan ekspresi jijik. "Ngomong apa kamu? Jangan sembarangan! Dikasih gratis pun saya nggak minat sama kamu!" Dengan geram Yusuf menepuk puncak kepala Bella dengan tangan kirinya.

Entah Bella harus lega atau justru terhina mendengar pengakuan Yusuf yang blak-blakan.

"Lagian, kamu kira saya mau ambil keuntungan dari kamu? Emang saya keliatan kayak laki-laki brengsek macam itu, ya?! Harusnya kamu berterima kasih karena saya nggak ninggalin kamu semalam! Cuma gara-gara sampanye doang bisa mabuk!" hardik Yusuf mendadak jengkel. "Nih, makan dulu! Ini bubur sama jus buah. Habis kelar sarapan, saya antar kamu pulang." Yusuf meletakkan kantong plastik yang dia bawa ke atas meja kayu di depan TV.

Bella diam beberapa lama. "Ma ... makasih ya, Pak ... maaf udah nuduh yang macem-macem."

"Udahlah, lupain aja, makan aja buburnya sekarang."

Bella mengangguk seraya duduk di sofa, di depan meja tempat sarapannya diletakkan. "Jadi ... semalam Bapak nggak ngikutin acaranya sampe selesai, ya?"

"Ya gara-gara siapa? Habisnya kamu udah teler duluan!"

Mendengar jawaban jujur Yusuf, terbersit rasa bersalah dalam hati Bella, sekaligus heran. "Tapi kan Bapak bisa ninggalin saya atau ... minta orang lain buat antar saya, Bapak nggak perlu repot-repot--"

"Jadi nggak apa-apa misal ada laki-laki bejat yang mau ngapa-ngapain kamu?!" potong Yusuf agak kesal.

"Nggak, dong! Bukan itu maksud saya ..."

"Udah diam aja! Makan!"

Meski sulit untuk mengakui, timbul rasa kagum Bella terhadap Yusuf. Pria itu atasannya, namun dia betul-betul menunjukkan sikap tanggung jawab seolah Bella adalah wanita yang berharga baginya, bukan hanya sekadar seorang karyawan yang baru dia kenal.

Tenang, Bella ... jangan ge-er, dia mungkin emang orang yang baik, bukan berarti ada apa-apa, batin Bella berusaha menenangkan gejolak yang mulai mendera hatinya.

***

Bel apartemen berbunyi ketika bubur sudah hampir dihabiskan oleh Bella. Kening Yusuf mengerut, bertanya-tanya siapa yang datang, sebab tak banyak orang yang tahu tempat persembunyiannya yang satu ini. Ragu-ragu, Yusuf membuka pintu tanpa mengecek video interkom lebih dulu.

Pak Abizard berdiri dengan muka kaku di depan ambang pintu. Tak ada senyum di wajahnya.

"Mau apa Papa ke sini?" tanya Yusuf dingin.

Tanpa menjawab, Pak Abizard langsung masuk ke dalam dan mendapati Bella yang sedang duduk di sofa dengan muka tegang.

"Pak ... Pak Abizard, selamat ... selamat pagi, Pak ...!" sapa Bella tergagap sambil berdiri otomatis seperti robot.

Wajah Pak Abizard memucat, dia tak percaya dengan matanya sendiri. Seorang karyawan perempuan kini sedang berada di apartemen milik puteranya, pagi-pagi sekali, dengan rambut dan penampilan berantakan! Siapapun akan berasumsi macam-macam bila berada di posisinya.

"Kamu udah gila, Yusuf?! Kamu baru balik ke sini, dan ini yang kamu lakukan?! Papa nggak nyangka kalau kamu sebusuk dan setidak-bertanggung jawab ini! Kamu kira semua ini cuma main-main, ya?! Bukannya fokus sama kerjaan kamu, kamu malah main gila sama karyawan rendah kayak dia?!!" teriak Pak Abizard yang tanpa sungkan langsung meninggikan suara.

Bella tercekat mendengar tudingan yang menghina itu, buru-buru dia mencoba untuk meluruskan kesalah-pahaman.

"Pak ... ini nggak kayak yang Bapak kira, kami--"

"Jangan coba-coba kamu bicara sama saya! Tau diri siapa kamu!" potong Pak Abizard.

Rahang Yusuf menggeretak, kesabarannya mulai habis. "Bisa Papa tenang? Ini salah paham, kami nggak ada apa-apa, dan kalaupun emang kami ada apa-apa, apa hak Papa menghina dia? Dia bukan karyawan rendah kayak yang Papa kira! Papa bisa nuduh kami macam-macam, tapi kenapa harus merendahkan dia?!"

"Pak Yusuf nggak perlu membela saya, saya--"

"Kamu sebaiknya diam, Bella," tandas Yusuf yang membuat Bella mati kutu.

"Kamu nggak sadar ya? Sekarang semua media lagi membicarakan kamu sama perempuan ini! Berita kalian sudah tersebar! Mau ditaruh di mana muka Papa, Yusuf?! Papa nggak bisa menjawab semua pertanyaan wartawan! Ini tentang reputasi keluarga kita, jangan lupa juga soal Leila--"

"Aku nggak ada apa-apa sama dia," potong Yusuf tegas. "Aku udah bilang, kan?"

"Kita udah membicarakan ini dari jauh-jauh hari, Yusuf. Kamu sama dia--"

Sesaat Yusuf melirik Bella, berharap gadis itu tak ada di sana mendengarkan percakapan mereka yang terlalu bersifat pribadi. Lantas Yusuf memotong dengan menggunakan bahasa turki agar Bella tidak mengerti, selama beberapa menit ayah dan anak itu pun terlibat dalam perdebatan sengit menggunakan bahasa turki, membiarkan Bella untuk sesaat serasa jauh dan terpinggir dari mereka.

"Udah, Pa. Udah cukup. Obrolan ini nanti aja lagi kita lanjut, aku juga udah harus antar Bella pulang," tutup Yusuf mengalah pada akhirnya.

Pak Abizard menatap Bella tajam dan sinis, seakan menengok seonggok sampah yang kotor dan menjijikkan. "Intinya, kalian harus cepat-cepat membersihkan gosip ini dari media. Jangan sampe keluarga besar Leila tau soal ini! Atau ... jangan salahkan Papa kalau sampe cewek ini harus kehilangan pekerjaannya!" ancaman itu menohok Bella.

Yusuf memilih diam, enggan meneruskan perdebatan dengan sang ayah yang sama-sama keras kepala. Dan sebelum Pak Abizard keluar dari apartemen, dia berbalik sebentar, "Oya, Yusuf, adik kamu, Malik ... dia juga akan datang sebentar lagi. Kamu harus pulang hari ini, kita bicara di rumah."

Tubuh Yusuf rasanya tersengat aliran listrik saat itu juga. Sebuah nama yang telah lama tak dia dengar itu menyapa telinganya kembali. Bagai momok yang sekian lama lenyap kini timbul lagi merasuk pikirannya.

Malik ...? Buat apa dia datang? Apa lagi sekarang? batin Yusuf mulai cemas.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • HOPELESS ROMANTIC   EXTRA CHAPTER - SUAMI MANJA

    Tiga tahun telah berlalu sejak pernikahan Malik dan Leila berlangsung dengan lancar. Keduanya memutuskan untuk pindah ke Turki tahun lalu sebab bisnis fashion yang dikelola oleh Leila berkembang pesat di Turki seperti yang dia harapkan. Sama halnya dengan Malik dan Leila, hubungan Bella dan Yusuf pun terbilang stabil selama tiga tahun ini. Deniz kini telah menginjak usia lima tahun, baru-baru ini dia telah masuk ke Taman Kanak-kanak, dan hari-harinya pun lebih banyak dihabiskan di rumah neneknya, entah itu bersama Erika maupun Tiara yang kerap datang untuk menjemputnya. Seperti pada minggu pagi hari ini, suasana rumah Bella terlalu senyap, nyaris tak ada suara terdengar. Deniz sedang berada di rumah Erika menghabiskan libur akhir pekannya, di rumah hanya ada Bella dan Yusuf. Suami istri itu masih terlelap di atas tempat tidur empuk mereka meski jam telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Semalam entah berapa kali Yusuf menggempur Bella tanpa tahu waktu dan lel

  • HOPELESS ROMANTIC   SELAMANYA

    Janji Yusuf sungguh dia tepati. Berkat dirinya, Malik hanya mendapat hukuman satu tahun penjara, dengan beberapa syarat tentunya. Setelah lepas sebagai tahanan kota selama enam bulan pula, Malik akhirnya bisa pulang ke Indonesia. Ada rencana besar yang akan dia laksanakan di sana. Seluruh keluarga dan kerabat berkumpul di rumah induk yang kini ditempati Yusuf dan Bella untuk menyambut kepulangannya.Selain rasa kangennya terhadap puterinya sudah menggunung, dia pula telah berencana untuk menikahi Leila. Kabar itu sudah lebih dulu diketahui Yusuf dan Bella, keduanya mendukung niat mulia Malik.Sejak menjanda, Leila memang tidak punya niatan untuk mencari pengganti Yusuf, fokusnya hanya merawat puterinya yang diberi nama Aisyah Aktaf. Aisyah seusia dengan Deniz, sekarang usianya telah lebih dari dua tahun, sedang gemar-gemarnya berlatih bicara dan berjalan, sedang usia-usia paling gemasnya.Ketika tahu Malik ak

  • HOPELESS ROMANTIC   BUKAN LAGI BAYANGAN

    Sejak lama, nama lain Malik adalah BAYANGAN. Dia memang tak lebih dari bayangan Yusuf. Sejak lahir, Yusuf telah mendapat pengakuan, sesuatu yang tak pernah didapat oleh Malik. Seluruh keluarga dan kolega bisnis Pak Abizard melihat Yusuf sebagai penerus yang mampu, disegani, terpandang, dan punya karisma sebagai calon pemimpin hebat.Hal lain diperoleh oleh Malik. Dia adalah kebalikan, dia adalah aib yang harus disembunyikan, ibarat sampah yang harus ditimbun, atau dibuang jauh-jauh agar tak tercium baunya.Ketika kecil dulu, Malik selalu menatap iri sekaligus kagum kepada Yusuf. Yusuf sungguh sempurna di matanya. Sebagai anak yang tumbuh seorang diri, dia melihat Yusuf tak ubahnya seorang kakak, kakak yang dia harapkan bisa menjaga dan melindungi dia. Malik pernah beberapa kali mencoba mendekati Yusuf, ingin mengajaknya bermain selayaknya anak pada umumnya.Namun, pandangan Malik terhadap Yusuf seketika

  • HOPELESS ROMANTIC   HARAPAN BERSAMA

    Air mata Bella tak kunjung berhenti mengalir, dia terus berada di samping Yusuf yang telah berada di ruang perawatan. Pikiran-pikiran buruk terus mengisi benaknya.“Mas Yusuf ... Tolong jangan tinggalin aku sama Deniz, Mas bahkan sekarang lagi jauh dari Deniz. Aku mohon, Mas. Tolong kuat untuk anak kita ... Kita baru aja menikah, akhirnya kita bisa bersama, tapi kenapa semua langsung jadi buruk lagi?” isak Bella tak kuasa menahan kesedihan.Yusuf yang baru siuman dengan perut diperban berucap tawar, “Apa, sih kamu? Berisik banget, aku mau istirahat, tau.”“Mas Yusuf!” pekik Bella sambil mengguncang tubuh Yusuf. “Ya Tuhan ... aku kira Mas nggak akan bangun lagi! Aku udah panik banget tau, nggak?! Aku panggil Dokter ya sekarang!”“Nggak usah,” sahut Yusuf seraya bangkit untuk duduk.“Jangan dipaksa

  • HOPELESS ROMANTIC   PENUSUKAN

    “Kamu yang psikopat! Kamu yang nggak sadar diri kamu siapa!” teriak Bella sambil berusaha mendorong Malik agar menjauh darinya.Dengan senyum miring yang tampak mengerikan, Malik menarik Bella agar lebih dekat dengannya. “Aku dengar kamu melahirkan anak laki-laki, sayang banget ya, Bella ... seharusnya bayi itu perempuan ...”Mata Bella terbelalak mendengarnya, seolah dia tahu yang akan dikatakan Malik selanjutnya.“Kamu tau kenapa? Supaya aku bisa menyentuh dia juga suatu saat nanti. Hi hi~”“Nggak punya otak! Padahal kamu sendiri yang sekarang udah punya anak perempuan! Sadar kamu!”“Aku enggak anggap anak itu adalah anak aku, sayang sekali, Bella ...”Tawa Malik terdengar begitu menggelikan sekaligus mencekam. Bella yang sudah naik pitam berniat melayangkan satu pukulan di rahang Malik, tapi

  • HOPELESS ROMANTIC   LAKI-LAKI SINTING

    Usai berjalan-jalan bersama dan menikmati keindahan kota Kapadokia, Ririn mengajak Yusuf dan Bella untuk mengunjungi kedai kopi yang dia kelola sendiri. Kedai kopi itu juga masih berada di sekitar kota Kapadokia, orang-orang bisa menikmati segelas kopi di teras sambil memandang jalan-jalan dan kota yang indah.“Ya beginilah kerjaan aku sekarang, Suf. Aku udah nggak mau kerja kantoran lagi, menurut aku lebih enak buka usaha begini,” ujar Ririn sambil meletakkan nampan berisi tiga gelas kopi espresso. “Malik juga kemarin datang ke sini buat minum kopi. Dia juga kayaknya lagi betah di sini.”Bella langsung mengerling menatap Yusuf seolah ada teror di depan matanya. “Malik? Buat apa dia di sini?” Spontan Bella bertanya.“Kenapa emangnya?” Ririn balik bertanya. “Malik juga kan separuh orang Turki, sama kayak Yusuf. Dia juga udah sering kayaknya bolak-balik ke sini.&r

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status