공유

Polos Maksimal

last update 최신 업데이트: 2024-05-07 17:48:57

"T-tapi … gimana caranya, Pak??" tanya Santi bingung dan panik.

"Buka!!"

"Hah? Apa, Pak??"

"Aku bilang buka!!"

Santi segera membuka kait celana yang dikenakan Bima. Matanya sempat menatap tajam tak percaya ke arah senjata yang masih tertutup kain tipis itu.

Karena tak sabar dengan yang dilakukan oleh Santi, Bima segera menurunkan celananya sendiri. Dan begitu senjata tumpul itu tak tertutup apapun lagi, Bima duduk di kursi kerjanya dengan menyandarkan tubuhnya ke belakang.

"Kamu urut dia!" perintah Bima.

"Hah?? Apa, Pak??"

"Kamu nggak bisa jawab dengan perkataan lain??"

"Tapi, saya benar-benar enggak ngerti harus bagaimana!"

Bima menutup wajahnya dengan kedua tangan karena melupakan bagaimana polosnya sekretaris barunya itu. Akhirnya dengan menahan nafsunya, Bima menuntun tangan Santi untuk memegang miliknya.

"Emmmhhh … teruslah bergerak seperti itu!" kata Bima tanpa melepaskan tangan Santi.

Santi menuruti apa yang diperintahkan oleh Bima tanpa banyak membantah lagi. Sejujurnya dia pun mulai menikmati permainan baru yang sedang dia pelajari.

Santi merasakan ada dorongan kuat dalam tubuhnya yang membuat miliknya kembali basah. Bahkan tanpa sadar, Santi mendekatkan bibirnya untuk mengecup senjata Bima yang berotot itu.

"Kamu!!" Bima tersentak kaget ketika menerima kecupan singkat di bagian ujung miliknya. Entah kenapa hanya mendapat kecupan singkat seperti itu bisa membuat Bima hampir mencapai klimaksnya.

Dan benar saja, ketika Santi mempercepat ritme tangannya, Bima bisa melepaskan keinginannya tanpa harus tertunda lagi.

"I-ini apa, Pak?? Kok keluar cairan lengket dari sini??" tanya Santi. Benar-benar polos maksimal.

"Itu yang harus dikeluarkan dari tubuhku. Karena kalau enggak, kepalaku akan terus merasa pusing!!"

Santi hanya mengangguk-anggukkan kepalanya seolah mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh Bima. Padahal sebenarnya dia sama sekali tidak mengerti.

"Kamu jangan cuma angguk-angguk saja! Sebenarnya kamu ngerti nggak, sih?"

"Ma-maaf, Pak. Aku memang nggak ngerti!!"

"Aku jadi curiga, jangan-jangan kamu pakai ijazah palsu, ya?" tuduh Bima.

"Loh … kok Bapak menuduh saya seperti itu? Salahku dimana, Pak?"

"Memangnya kamu selama sekolah nggak pernah diajari tentang reproduksi?"

"Diajarin, Pak. Tapi kan yang dibahas reproduksi hewan, bukan manusia!"

"Astaga, Santiiiiiiiiii!!! Nggak mungkin kalau tidak dibahas tentang reproduksi manusia. Pasti kamu nggak nyimak 'kan?"

"Beneran, Pak! Ngapain aku bohong?? Ohhh … apa jangan-jangan waktu dijelaskan reproduksi manusia, aku sedang izin nggak masuk kali ya, Pak?"

"Kalau kamu tanya sama aku, aku mau tanya sama siapa?"

Santi tersenyum sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia bingung harus merespon bagaimana omelan Bos barunya tersebut.

"Ngapain malah senyum-senyum? Kamu ngeledek aku??"

"Eh, mana berani, Pak! Aku cuma bingung harus menjawab apa!!"

"Mulai besok kamu harus belajar dengan sungguh-sungguh dari para tamu yang datang ke kantor."

"Baik, Pak!"

"Ya sudah .. kembali ke meja kerjamu!" kata Bima sambil membenarkan posisi celananya.

Setelah Santi keluar dari ruangannya, Bima menghubungi Aldo untuk mengatur wanita yang nanti malam harus memuaskannya.

"Aku nggak mau tahu, nanti malam harus ada wanita yang bisa memuaskanku. Jangan kayak yang barusan!!"

"Iya-iya aku tahu!"

***

Lampu kerlap-kerlip disko membuat suasana diskotik terasa sangat ramai. Banyak gadis muda yang menari di lantai dansa dengan baju yang kurang bahan. Namun, entah kenapa Bima yang biasanya bersemangat melihat kemolekan para gadis yang menarik itu, malam ini tidak berselera sama sekali.

Saat ada seorang wanita cantik dan seksi menghampirinya, Bima sama sekali tidak tergoda. Bahkan ketika tangan sang wanita itu menggelitik pahanya dengan gerakan sensual, Bima tetap tak bergeming.

"Kenapa malam ini seperti nggak bersemangat gitu sih, Bim??" tanya wanita itu.

"Aku juga nggak tahu. Rasanya aku mulai bosan dengan aktivitasku ini."

Mendengar jawaban Bima, wanita itu tersenyum penuh kemenangan. Dia berpikir itu adalah celah untuk mendapatkan lelaki mapan tersebut.

Dengan gerakan tubuh yang erotis, wanita yang bernama Clara itu duduk di pangkuan Bima. Tangannya melingkar di leher Bima dengan tubuh yang menempel lekat.

"Mungkin sudah waktunya yang dibawa sana mendapatkan tempat yang terindah."

"Maksud kamu?"

"Bagaimana kalau kita pindah ke hotel saja dulu? Aku akan memberitahumu apa yang ku maksud."

"Baiklah. Kamu atur aja tempatnya, aku mau ke toilet dulu sebentar," ujar Bima seraya berdiri dan membiarkan Clara duduk di kursinya sendiri.

"Yessss!!!" pekik Clara sepeninggal Bima.

Clara mengambil sebuah obat perangsang dari dalam tasnya. Dan obat itu dia campurkan dengan minuman Bima yang belum disentuh sama sekali.

"Malam ini kamu akan menjadi milikku!" kata Clara dengan penuh percaya diri. Kali ini dia yakin akan berhasil membuat Bima bertekuk lutut di hadapannya.

"Gimana? Kamu udah pesan tempatnya?" tanya Bima setelah kembali dari toilet.

"Ya."

"Ya sudah kalau begitu, ayo kita berangkat sekarang!"

"Heiii … tunggu dulu!! Kenapa nggak minum dulu minuman yang sudah kamu pesan ini?"

"Ah, aku hampir saja melupakannya!" kata Bima. Diambilnya gelas minuman tersebut dan meminumnya hingga habis. Setelah itu dirangkulnya Clara untuk keluar dari diskotik tersebut dan menuju ke hotel yang sudah dipesan.

Sepanjang perjalanan, Clara tak henti-hentinya memuji ketampanan Bima. Dan dengan gerakan yang sensual, Clara sengaja memancing hasrat Bima.

"Silahkan ini kuncinya!" kata pegawai hotel begitu Clara menunjukkan bukti booking kamar di ponselnya.

Tanpa banyak basa-basi, keduanya segera menuju ke kamar tersebut. Baru saja duduk di atas ranjang beberapa menit, Bima merasakan tubuhnya terasa panas.

"Ada yang nggak beres sama tubuhku. Jangan-jangan wanita licik ini memberiku sesuatu?" gumam Bima sambil melirik ke arah Clara.

"Aku ke toilet dulu sebentar!"

"Baiklah, aku akan menunggu di sini …"

Clara merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan posisi satu kakinya ditekuk. Clara yang mengenakan dress di atas lutut berwarna merah cerah, terlihat sangat seksi dengan pose tersebut.

Apalagi posisi Bima yang berada di dekat ranjang, bisa melihat dengan jelas apa yang ada di balik dress tersebut. Namun, Bima masih bisa menahan dirinya dan pergi menuju toilet.

Tubuhnya terasa semakin panas sehingga Bima memilih untuk mendinginkannya dengan mandi di bawah air shower. Aliran air dingin yang membasahi kulitnya, nyatanya tak mampu mengurangi rasa panas yang menjalar di sekujur tubuhnya.

Dengan putus asa Bima menyambar handuk yang berada di sebelah tombol shower. Dililitnya sebagian tubuhnya dengan handuk tersebut.

Setelah itu Bima keluar dari kamar mandi dan mendapati Clara tengah tertidur dengan posisi yang begitu menggoda. Dengan rasa yang menggebu-gebu dan tak bisa ditahan lagi, Bima mendekati Clara dan langsung memposisikan diri di atas tubuh Clara.

Mata Bima mulai menggelap, ketika Clara meliukkan tubuhnya seperti ular. Apalagi ketika tangan nakal Clara berjalan di atas dada bidang Bima yang polos.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Istri Kampungan Kesayangan Presdir    Ileran

    Santi memijit pelipisnya saking kesalnya dengan tingkah dua lelaki hebat di sampingnya. Ada rasa senang tapi juga sedih, karena kebebasannya terenggut secara tidak masuk akal.***Bulan demi bulan terlewati dengan berbagai macam aturan yang diberikan oleh Adam dan juga Bima. Namun ketika kehamilan Santi sudah memasuki bulan ketujuh, Santi mulai mengutarakan keresahan dalam hatinya."Pa, Mas … Aku ingin pergi ke mall untuk membeli keperluan bayi ini, ya. Udah lama aku nggak jalan-jalan keluar," pinta Santi di sela sarapan pagi mereka."Emangnya kamu mau beli apa? Biar aku aja yang beli kamu tinggal sebutin aja mau apa," jawab Bima."Iya, bener!" timpal Adam. Santi memasang wajah memelas sambil mengelus perut buncitnya. "Kalau nanti kamu lahirnya ileran, salahin aja Opa dan juga papa kamu ya, Nak!"Adam dan Bima langsung bergidik ngeri. Mereka tak menyangka Santi akan berkata demikian. Biasanya Santi akan menurut saja pada apa yang dikatakan oleh mereka."Kamu jangan kayak gitu dong, S

  • Istri Kampungan Kesayangan Presdir    Mual

    "Kamu kenapa sih, Sayang?" keluh Bima.Santi malah sibuk menutup hidungnya dengan selimut dan mengibaskan tangannya agar Bima menjauh darinya. Mencium aroma sabun di tubuh Bima membuat Santi merasa mual."Jangan deket-deket, Mas! Aku nggak suka bau sabunnya!" kata Santi."Bukannya ini bau sabun favorit kamu, ya? Kenapa mendadak jadi nggak suka?" tanya Bima.Santi ingin menjawab tapi perutnya seperti diaduk-aduk. Dia bergegas menuju ke kamar mandi berusaha mengeluarkan isi perutnya namun tak ada yang keluar sama sekali.Matanya sampai berair karena mencoba memuntahkan isi perutnya. Kepalanya terasa sedikit berat dan matanya berkunang-kunang."Kamu ikut aku sekarang!" kata Bima seraya menarik tangan Santi keluar dari kamar mandi."Mau kemana, Mas? Aku belum mandi!" Santi mencoba menolak namun tenaga Bima tentu saja lebih kuat."Udah, ikut aja!" seru Bima. Dia memberikan syal pada istrinya untuk menutup hidungnya agar tak mencium aroma sabun di tubuhnya.Adam yang baru saja selesai lari

  • Istri Kampungan Kesayangan Presdir    Jangan Dekat-dekat

    "Kenapa gitu, San? Bentar lagi juga mateng kok!" kata Bima masih sambil mengaduk telur dalam wajan.Santi menghela nafas panjang sambil menyalakan kompor. "Mau sampai besok pagi juga nggak bakal mateng kalau kompornya belum dinyalain, Mas!" Bima garuk-garuk kepala sambil cengar cengir tak jelas. Dia mengalihkan pandangannya ke dalam wajan dan bertanya pada San, "Apa caraku memasak juga salah?""Nggak kok, Mas. Cuma mungkin ada cara yang lebih bagus lagi dari pada buang-buang minyak goreng," kata Santi seraya mengambil alih alat masak yang dipegang oleh Bima."Biar aku aja, Santi. Kamu kan lagi sakit juga," kata Bima."Nggak usah, biar aku aja. Kamu sama papa tunggu aja sambil nonton televisi," ucap Santi sambil mengurangi minyak goreng di wajan.Adam menarik Bima agar segera menjauh dari sana. Bagaimanapun juga memang lebih baik jika Bima menjauh dari dapur sebelum meledakkan dapur di rumah itu.Keduanya pun menuju ke ruang tengah sambil menonton televisi. Sesekali mereka bercengkrama

  • Istri Kampungan Kesayangan Presdir    Memasak

    "Ada apa dengannya?" tanya Adam tak kalah panik."Aku juga nggak tahu, Pa. Tadi dia masih baik-baik aja!" ujar Bima sambil menggendong tubuh istrinya masuk ke kamarnya."Kamu juga, sih! Kenapa kurang memperhatikan kondisi istrimu! Dia pasti kelelahan karena belakangan ini selalu sibuk mengurus kita berdua!" cecar Adam sambil berjalan mengikuti anaknya di belakang."Papa nggak usah bawel, deh! Mendingan sekarang bantuin aku buat nelpon dokter agar segera kesini buat memeriksa kondisi istriku!" kata Bima.Beberapa kali mendapati Santi dalam kondisi yang buruk membuat Bima merasa benar-benar gagal menjadi suami yang baik. Apalagi Santi juga yang berapa kali malah melindunginya dari serangan musuh.Dalam hati Bima merutuki kebodohannya yang tidak bisa menjaga istrinya dengan baik. Kalau boleh memilih tentu saja Bima tidak ingin berada di posisi seperti kemarin.Bima pun ingin mempunyai keluarga yang harmonis dan bahagia seperti orang kebanyakan. Bukan malah penuh dengan darah dan juga den

  • Istri Kampungan Kesayangan Presdir    Aku Ikuti Mau mu

    "Sepertinya aku kedatangan tamu istimewa! Selamat datang!" Ucap Rizwan berusaha tetap tenang. Dia tak mau terlibat gugup di depan semuanya."Aku nggak mau basa-basi di sini. Yang aku tahu kamu udah menyuruh orang untuk melenyapkan Septa!" kata Santi."Hahahaha … sayang! Bukankah kamu sudah menyetujui permintaan Papa untuk menikah denganku? Kenapa sekarang kamu malah menuduhku melakukan hal itu?" tanya Rizwan. "Lagi pula kalau bukan karena Septa berkhianat, pasti papa aku juga nggak akan pergi meninggalkanku sendiri!" imbuh Rizwan."Aku tahu kamu sedih kehilangan papamu, tapi percayalah itu sudah kemauannya. Dia sendiri yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya," kata Santi mencoba berdamai dengan Rizwan."Sayangnya aku nggak bisa percaya begitu saja," Rizwan berjalan mendekat secara perlahan.Santi tetap waspada dengan segala gerak gerik Rizwan. Dia melihat ada senjata di saku samping Rizwan dan bisa diperkirakan itu adalah pistol."Kami mempunyai rekaman CCTV yang membuktikan bahwa p

  • Istri Kampungan Kesayangan Presdir    Perubahan

    "Apa sudah ada informasi siapa dalang dibalik semua ini?" tanya Bima."Semuanya tersusun rapi seperti sudah direncanakan jauh hari sebelumnya. Bahkan mereka tahu seluk-beluk perusahaan ini sampai bisa melumpuhkan Septa begitu saja." Aldo merasa dirinya sudah gagal."Pasti ada kerjasama dengan orang dalam. Kamu pastikan untuk mencari Siapa yang terlibat dengan semua ini!" kata Bima kemudian.Aldo mengangguk setuju. Dia pun mengirim pesan pada orang kepercayaannya untuk mencari tahu siapa yang berani berkhianat pada Bima."Sekarang kita ikuti kemana perginya mereka," kata Bima.Dalam mobil Bima sudah terpasang GPS sehingga bisa melacak keberadaan istrinya. Namun, Bima punya pikiran lain. Lawannya bukan orang yang sembarang bergerak. Terbukti dia menyusun rencana tersebut dengan rapi.Orang itu tidak mungkin dengan sengaja membawa mobil pribadi miliknya untuk menculik Santi pergi jika tanpa satu alasan. Orang itu pasti mempunyai rencana tersendiri untuk menjebaknya."Siapkan orang-orang

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status