Share

BAB 4 RAY EMOSI

Author: Sigma Rain
last update Last Updated: 2023-10-18 12:08:22

“Sakit, Tuan! Tolong lepaskan tangan Anda, saya mohon!” Pinta Anna dengan suara pelan.

“Bagus, kalau kau merasa sakit! Ini belum seberapa!” Ray melepaskan cekauannya di dagu Anna, sambil mendorong gadis itu hingga ia terjatuh ke lantai.

Ray menatap Anna dengan tatapan yang tak terbaca. Bibirnya terkatup rapat jelas sekali, kalau ia sedang marah.

Ia kemudian berjalan dengan langkahnya yang panjang menuju pintu keluar. Sesampainya di luar ia langsung masuk mobil mewah miliknya.

Dikemudikannya mobil tersebut meluncur melewati pohon pinus, yang berjejer di kiri dan kanan menuju pintu gerbang rumahnya yang dijaga oleh seorang petugas keamanan.

Ray memukul setir mobilnya dengan kesal rahangnya mengetat dengan dengan mata yang menyorot marah. Tadinya ia akan pulang ke rumah untuk beristirahat, setelah berlayar selama beberapa bulan.

Dikemudikannya mobil dengan kecepatan tinggi menuju kantornya yang berada dekat dermaga, di mana perusahaan kapal miliknya berada.

Dalam waktu dua jam Ray sudah sampai di depan kantornya yang berdiri kokoh dengan arsitektur moderen. Dilemparkannya kunci mobil kepada petugas keamanan yang berjaga di depan pintu kantornya.

“Tolong sekalian bersihkan mobilku!” Perintah Ray kepada petugas keamanannya.

“Baik, Tuan!” sahut petugas keamanan Ray.

Ray masuk gedung kantornya yang berlantai tiga, di mana ruang kerjanya berada.

Ray mengambil botol minuman keras, berikut gelas bersih dari lemari kaca yang ada di ruangan tersebut. Ia, kemudian duduk di balik meja kerjanya.

Dituangnya anggur ke dalam gelas, yang langsung ia tenggak sampai tandas, kemudian dilemparkannya gelas itu ke dinding sampai pecah berkeping-keping dengan mata yang menyala karena amarah.

Ditenggaknya lagi anggur langsung dari botolnya sampai tandas. Ia hanya mau melupakan kenangan buruk bersama mantan istrinya. Namun, Ray merasa kalau dirinya pernah bertemu dengan Anna sebelumnya.

 Ray mengusap bibirnya yang tadi ia pakai untuk mencium Anna. Dan hal itu membuatnya menginginkan mencium Anna kembali. 

Asisten Ray yang ruangannya berada di sebelah ruang kerja Ray mendengar suara berisik di ruangan Ray. Ia pun datang untuk melihat bosnya itu. Tadinya ia mengira, kalau Ray tidak akan datang ke kantor mengingat dirinya yang baru saja pulang berlayar.

Diketuknya pintu ruang kerja, tetapi hanya sahutan tidak jelas saja yang terdengar. Asisten Ray membuka pintu tersebut, ia menggelengkan kepala melihat ruangan itu gelap.

Dinyalakannya lampu dan terlihatlah Ray yang kepalanya tertelungkup di atas meja.

“Whoa! Apa yang terjadi denganmu, Bos? Apakah kau mengalami pelayaran yang buruk?” Tanya asisten Ray.

Aroma alkohol menguar begitu kuat dari tubuh Ray dan juga ruangan tersebut. ‘Sial! Ini pasti sesuatu yang serius sampai kau mabuk lagi!”

Asisten Ray mengerutkan keningnya melihat Ray yang mencukur janggut yang selama beberapa tahun ini dibiarkannya tumbuh dengan panjang, begitupula dengan kumisnya yang lebat.

“Siapa dan apa yang membuatmu mau merapikan penampilanmu?” Tanya asisten Ray lagi dengan penasaran.

Yang dijawab Ray dengan gumaman tidak jelas, karena ia sedang mabuk berat.

“Semoga saja ini, bukan karena wanita lagi, Bos!” ucap asisten Ray. Ia, kemudian berjalan keluar dari ruangan itu.

Dibiarkannya lampu di ruangan Ray tetap menyala, barangkali saja tengah malam nanti Ray akan terbangun dari tidurnya.

Di tengah kabut kesadarannya yang setipis kulit Ray dapat mendengar suara orang berbicara. Hanya saja, ia tidak sanggup membuka suara, ia tidak memiliki tenaga sama sekali.

Ia hanya ingin tidur saja dan melupakan dunia untuk sementara waktu. Dan minuman keras berhasil membuatnya melupakan itu semua.

Tengah malam Ray terbangun matanya merasa silau melihat sinar lampu yang terang benderang. Dengan memijat kepalanya yang terasa sakit Ray berjalan terhuyung menuju kamar mandi di ruang kerjanya.

‘Sial, di mana Ray? Kenapa aku tadi, seperti mendengar ada orang yang terjatuh?’ Gerutu asisten Ray yang berjalan memasuki ruang kerja Ray, begitu didengarnya ada benda yang jatuh dengan keras.

Ia, lalu berjalan menuju kamar mandi di sana ia melihat Ray yang berada di lantai kamar mandi, dengan bekas muntah yang mengenai kemeja yang dipakainya.

“Astaga, Ray! Apa yang kau lakukan pada dirimu sendiri!” gerutu asisten Ray.

Dilepaskannya kemeja yang dipakai Ray yang telah terkena noda muntahan, kemudian ia menyeret badan bosnya itu ke bawah pancuran.

“Kau berutang banyak padaku, Bos! Kalau kau sadar nanti, kau harus mentraktirku!” ucap asisten Ray.

David, asisten Ray menyalakan air pancuran dengan suhu dingin yang tepat jatuh di atas kepala Ray.

Ray membuka matanya dan langsung memaki dengan kasar. “Brengsek! Apa yang kau lakukan? Cepat matikan air pancuran ini!”

“Aku tidak akan mematikannya, Ray sampai kau kembali sadar dari mabukmu!” Tegas David.

“Sialan, kau David! Aku tidak mabuk. Cepat matikan, atau aku akan memecatmu!” Perintah Ray.

“Yeah, lakukanlah! Dan kau akan kehilangan orang kepercayaanmu!” sahut David. Ia, kemudian keluar dari kamar mandi itu meninggalkan Ray mengurus dirinya sendiri.

Ray menyumpahi David dan ia berjanji, kalau sudah sadar nanti akan memberikan pelajaran kepadanya.

Beberapa menit, kemudian kesadaran Ray sudah pulih sepenuhnya. Dilepaskannya celana panjangnya, berikut pakaian dalamnya.

Diambilnya handuk yang tersampir di gantungan, kemudian ia lilitkan di pinggangnya. Dengan rambut yang masih basah dan menetes kewajahnya. Ray keluar dari kamar mandi tersebut.

“Kenapa kau duduk di situ? Keluarlah David, aku sedang marah kepadamu!” Usir Ray.

David tetap duduk di tempatnya tidak bergeming. “Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja dan tidak melakukan hal bodoh, seperti apa yang dahulu kau lakukan!”

Usai David mengucapkan kalimat itu, netra David dan Ray bertemu. Ada pemahaman di netra hitam Ray.

“Terima kasih, sudah mengkhawatirkanku. Aku tidak akan bertindak bodoh, seperti dulu lagi!” Tegas Ray.

Selama waktu yang singkat David menatap tajam Ray. Mencari kepastian, kalau bos, sekaligus sahabatnya ini tidak berbohong.

Dianggukkannya kepala, setelah ia merasa yakin ia pun bangkit dari duduknya. “Kau berutang penjelasan padaku! Dan ketika kita berbicara nanti tidak ada minuman! Sudah cukup kau mabuk hari ini!”

Ray hanya diam saja tidak menjawab apa yang dikatakan David. Didengarnya suara pintu ruang kerjanya di buka dan di tutup.

Ray berjalan menuju lemari yang ada di sudut ruang kerjanya. Diambilnya pakaian dalam bersih, lalu dipakainya. Ia, kemudian memakai kemeja dan celana panjang.

Selesai berpakaian dan penampilannya sudah rapi kembali mencerminkan dirinya, yang merupakan seorang CEO dari perusahaan perkapalan, serta perkebunan. Ray berjalan keluar ruangannya.

Ia masuk lift yang membawanya menuju lantai dasar, kemudian ia keluar dari gedung kantornya. Udara malam yang terasa dingin menyegarkan kepalanya. Aroma asin air laut yang terbawa angin tercium olehnya.

David melambaikan tangannya, ketika melihat Ray masuk bar. Ia, kemudian duduk di sampingnya.

“Siapa wanita itu, Ray? Yang membuatmu menjadi kacau, seperti dulu lagi?” Tanya David.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • JERAT PESONA CEO DINGIN   AKHIR BAHAGIA UNTUK ANNA

    Ray yang berada di ujung sambungan telepon berseru memanggil nama Istrinya. ‘Anna! Apa yang terjadi? Siapa yang masuk kamarmu? Apa yang dilakukan orang itu?’ Tanya Ray tidak sabar.Sayangnya hanya suara dengung yang berasal dari ponsel Anna saja. Sementara Anna sendiri tidak memberikan jawaban kepada Ray.Makanan yang sudah ada di atas meja Ray terlupakan. Ia langsung menghubungi orang kepercayaannya.‘Halo, apakah kamu sudah sampai di salon tempat Istri saya berada?’ Tanya Ray, begitu sambungan telepon terhubung.‘Saya sedang dalam perjalanan, Tuan! Saya berusaha secepat mungkin untuk sampai di tempat Istri Anda berada,’ sahut orang kepercayaan Ray.‘Cepatlah!’ perintah Ray.Ray menutup sambungan telepon, ia berjalan keluar dari ruang kerjanya dengan terburu-buru. Sorot mata dan wajahnya yang penuh dengan amarah membuat staf hotel urung menyapanya. Mereka menghindari untuk berbicara dengan bos nya itu, daripada kena marah.Sesampainya di luar sopir Ray sudah siap membukakan pintu. Ia

  • JERAT PESONA CEO DINGIN   KE SALON KECANTIKAN

    Anna yang sedari tadi terus-menerus untuk masuk kamar tidak dapat lagi menahan emosinya. “Mengapa tidak kamu dan pria itu, kalian semua memerintahkan kepadaku untuk masuk kamar? Apa kalian pikir saya akan aman di sana? Bagaimana, kalau pria itu menyusup masuk kamar, sementara kalian berdua tidak ada?”Ray menggaruk kepalanya yang mendadak terasa gatal. Ia ingin bersikap tegas kepada Istrinya itu, tetapi ia juga harus jujur, kalau Anna pastinya merasa tidak yakin dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi.“Turunlah kamu ke bawah! Dan lakukan apa yang tadi saya perintahkan,” tegas Ray kepada sopirnya.Sopir itu menganggukkan kepala, sambil memberikan sikap hormat kepada Ray. Ia berjalan meninggalkan Ray dan Istrinya yang tetap berada di tempat mereka berdiri.Ray merangkul pundak Anna, lalu membimbingnya untuk masuk kamar mereka. “Sekarang kita nikmati saja sarapan ini selagi masih panas.” ajak Ray ketika dilihatnya, kalau di atas meja sudah tersaji makanan dan minuman.Mau tidak mau An

  • JERAT PESONA CEO DINGIN   ANNA DIAWASI

    Anna memejamkan mata, sebelum ia memutuskan untuk mengikuti perintah nakal dari suaminya. “Kamu membuatku bersikap liar, Ray!”Ray memasangkan bathrobe ke badan Anna, lalu memegang pundak Istrinya dengan lembut. “Ini belum liar, seperti apa yang kuinginkan!”Anna berjalan mendahului Ray keluar kamar mandi, sambil berkata, “Saya tidak akan mau memenuhi fantasimu untuk bersikap liar!”Dalam tiga langkah panjang Ray sudah berhasil mensejajari langkah Anna. Ia mengatakan kepada Istrinya itu, kalau dirinya tidak akan memaksa, tetapi Anna sendirilah yang akan melakukannya.Anna memutar bola mata, ia tahu pasti suaminya akan menggunakan pesona maskulinnya. Yang dengan mudah akan membuat Anna bersedia melakukan apa saja untuk menyenangkan suaminya itu.Keduanya, kemudian berganti pakaian bersih. Setelahnya, Anna dan Ray berjalan keluar kamar menuju ruang makan.“Ray! Saya merasa, kalau ada yang mengintip kita.” Anna berhenti berjalan, ia melihat ke arah jendela kaca. Ia tadi merasa melihat ad

  • JERAT PESONA CEO DINGIN   MANDI BERSAMA

    Ray menjadi gusar mendengar apa yang dikatakan oleh Anna. Wajahya menjadi merah, dengan tatapan yang menyorot marah. “Kenapa menjadi pengecut, Anna? Kenapa kau suka sekali melarikan diri dari masalah?”Anna memaksakan diri untuk tetap menatap mata Ray, walaupun dalam hati ia merasa ciut melihat tatapan Ray. Kedua tangannya berkeringat dingin, tetapi ia harus menguatkan dirinya. “Saya buk annya ingin melarikan diri dari pesta itu. Hanya saja saya tidak yakin akan bisa menjadi seorang wanita yang anggun.”“Kamu terlalu memikirkan apa yang belum terjadi! Berhentilah untuk berpikir, seperti itu,” tegas Ray.Anna memejamkan mata, ia tampak berusaha untuk menenangkan dirinya, agar tidak berteriak kepada Ray, karena suaminya itu memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Satu hal yang berbeda dengan dirinya.Ia menjauhkan dirinya dari Ray berdiri di depan cermin besar. Dilihatnya pantulan dirinya, dengan mata yang sembab, karena terlalu banyak menangis. Dilepasnya ikat rambut, sehingga rambutn

  • JERAT PESONA CEO DINGIN   BERBINCANG SANTAI

    Anna mengambil pisau dari atas meja dapur, lalu ia genggam dengan erat. Jantungnya berdebar kencang, saat didengarnya suara langkah kaki dari arah luar rumah. ‘Ya, Tuhan! Siapa yang berada di luar dan tadi ia sudah masuk ke rumah ini? Diriku memang ceroboh, karena lupa mengunci pintu. Bagaimana, kalau itu adalah Derek dan ia mencoba untuk mencelakai diriku lagi?’ batin Anna.Tangan Anna terulur hendak menutup pintu dapur, ketika dilihatnya sebuah bayangan panjang. Lutut Anna terasa lemas, tetapi ia tetap memaksakan kakinya untuk tetap berdiri. Dengan tangan yang bergetar ia tetap memegang pisau berharap dapat dijadikan sebagai senjata untuk membela dirinya.“Anna! Apa yang kau lakukan berdiri di situ dengan pisau yang ada di tanganmu? Kau tidak mencoba untuk bunuh diri, bukan?” Tanya Ray dengan santainya.Mata Anna melotot tidak percaya, begitu melihat siapa yang berdiri di depannya. Pisau yang ia pegang jatuh ke lantai sampai menimbulkan bunyi yang nyaring.Begitu tersadar dari rasa

  • JERAT PESONA CEO DINGIN   BERBALIK ARAH

    Anna berjalan cepat mendekati Ray, begitu sudah dekat ia mengangkat kedua tangan hendak memukul dada bidang suaminya. “Kamu tidak punya hati, Ray!” maki Anna.Ray dengan cepat menangkap tangan Anna, lalu menghempaskannya dengan kasar. “Kamu yang sudah membuatku melakukannya!”Usai mengatakan hal itu Ray berjalan, lalu masuk mobilnya. Ia tidak peduli, ketika didengarnya suara tangis Anna.Sopir Ray menatap Anna dengan rasa tidak nyaman, karena melihat wanita itu bertengkar dengan bosnya sampai menangis.“Selamat tinggal, Nyonya Anna! Semoga Anda baik-baik saja.” sopir itu, kemudian memasuki mobil, karena ia mendengar suara tidak sabar dari tuannya.Anna hanya diam mematung tidak menyahut ucapan dari sopir Ray, yang memang tidak menunggu tanggapan darinya. Dipandanginya mobil itu perlahan menjauh sampai menghilang dari pandangan.Dirinya berjalan menuju bangku kayu yang berada di bawah pohon, lalu duduk di sana. Dirapatkannya jaket yang ia pakai, karena udara semakin dingin saja.‘Bagai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status