Share

Bab 3 Ada apa

Author: Shakeel
last update Last Updated: 2025-01-18 11:34:32

Malam hari, Amel dan Tika sedang mengobrol melalui sambungan telepon. Amel menceritakan jika dirinya bertemu dengan Pak Sandi dan juga menceritakan kejadian tadi. Tika yang mendengar, tertawa mendengar cerita Amel. Amel juga menceritakan pertemuannya dengan Eni yang begitu baik.

Tika juga menceritakan bagaimana hari pertamanya bekerja, dia juga merasa nyaman. Tika mengajak Amel untuk bertemu jika mereka libur.

“Eh, Mel, kayaknya benar apa yang Eni bilang. Hati-hati, kalau ketemu Pak Sandi lagi kamu jatuh cinta.” Terdengar suara Ketika tertawa di ujung telepon, lalu telepon mati begitu saja.

Amel sengaja mematikan telepon karena mendengar ucapan Tika tadi. Amel menaruh teleponnya dan memutuskan untuk tidur.

Keesokan pagi, di perjalanan Amel merasa motor yang dikendarai seperti bergoyang. Amel mengecek dan ternyata ban motornya kurang angin.

“Duh, bengkel jauh lagi, olahraga nih pagi-pagi,” gerutu Amel sendiri sambil mendorong motornya.

Tapi tiba-tiba, dari arah belakang seakan ada orang yang memanggil Amel, saat Amel lihat ternyata itu Yana, teman kerja Amel.

“Bannya bocor, Mel? Aku bantuin dorong, kamu naik motormu biar aku dorong.” Yana menawarkan bantuan kepada Amel.

“Makasih, ya, Yan,” jawab Amel dan segera naik ke motor.

Ternyata bengkel baru buka dan kebetulan karyawan belum datang.

“Maaf, Mbak, karyawan saya belum datang, kalau Mbak buru-buru bisa cari tempat lain,” ucap pemilik bengkel itu kepada Amel.

Amel terdiam seperti berpikir, tidak mungkin Amel cari yang lain, bisa nanti kesiangan. Di tengah lamunannya Amel dikagetkan dengan suara Yana.

“Tinggal aja motornya, bareng sama aku. Nanti pulangnya aku anterin ke sini,” ajak Yana kepada Amel.

“Kalau motornya ditinggal sampai sore enggak apa-apa kan, Pak. Aman ya, Pak?” tanya Yana kepada pemilik bengkel.

“Aman, Mas, saya yang jamin. Enggak apa-apa, Mbak, tinggal saja,” ucap pemilik bengkel.

“Ayo, enggak usah banyak mikir, nanti telat kita kena hukuman,” ucap Yana sambil menarik tangan Amel.

Amel sebenarnya merasa canggung, karena baru kenal Yana, tapi Amel juga enggak mau telat.

Sampai di parkiran sudah terlihat agak sepi, mungkin karena hari sudah siang. Karena Amel merasa tak enak jika ada yang melihat, Amel bilang jika dia ingin ke kamar mandi lebih dulu, dengan alasan ingin merapikan penampilannya.

“Makasih, ya, Yan. Kamu duluan saja, aku ke kamar mandi dulu,” ucap Amel lalu buru-buru pergi.

Belum sempat Yana menjawab Amel sudah berlalu begitu saja. Yana akhirnya melangkah ke ruang karyawan.

Amel yang baru selesai dari kamar mandi, sambil menuju ruang karyawan, Amel memikirkan gimana supaya nanti pulang tidak bareng Yana.

“Mel, jalan sambil bengong, ada apa?” tanya Eni yang kebetulan papasan di depan pintu masuk ruang karyawan.

“Enggak apa-apa, tapi ….” Belum sempat Amel menjawab Pak Zio sudah datang dan menyuruh mereka briefing.

***

Hari ini pekerjaan sangat sibuk sampai Amel tidak bisa cerita dengan Eni. Tadinya Amel mau cerita ke Eni. Mungkin Eni ada solusi, tapi karena kerjaan yang menumpuk tidak bisa.

“Duh, gimana ini, aku enggak mau bareng Yana,” gumam Amel sendiri.

Amel berjalan ke parkiran dengan memikirkan cara menghindari Yana. Amel ingat sepertinya Eni belum pulang, lebih baik Amel menunggu Eni. Amel duduk di sebuah kursi tidak jauh dari parkiran. Ternyata, yang datang lebih dulu Yana.

“Ayo, Mel, aku antar ambil motor,” ajak Yana.

“Ehem, maaf, duluan aja, aku nunggu Eni,” jawab Amel sambil berharap jika Yana percaya.

“Sama aku aja, kan kita satu arah,” ucap Yana agak memaksa.

Amel bingung harus jawab apa, tapi tiba-tiba senyum Amel menggembang. Eni datang dan seakan mengerti apa maksud Amel.

“Ayo, Mel, katanya mau ke toko buku,” ajak Eni yang tahu maksud Amel.

“Iya, En, Ayo. Maaf, ya, Yan, aku duluan. Terima kasih sudah mau bantuin,” ucap Amel langsung menarik tangan Eni tanpa menunggu jawaban dari Yana.

Yana menatap mereka pergi dengan wajah sedikit kecewa. “Gagal mau berdua sama Amel,” gumam Yana.

Amel bertanya ke Eni kenapa Eni tahu jika Amel butuh bantuan. Eni menjelaskan jika tadi Eni sempat mendengar percakapan Amel dan Yana.

“Emang motormu kemana, Mel?” tanya Eni.

“Motorku bocor, sekarang di bengkel, tadi pagi Yana yang tolong aku. Sekarang dia ngajak bareng lagi,” jelas Amel.

“Ayo, cepet jalan dulu, En. Yana lihatin tuh, nanti dia curiga,” ajak Amel yang cepat-cepat naik motor Eni.

Di perjalanan Eni tanya mau kemana. Akhirnya, Amel meminta tolong diantar ambil motornya dulu. Karena sebenarnya arah rumah Amel dan Eni beda, jadi sebagai ucapan terima kasih Amel mengajak Eni makan bakso.

“En, pesen aja terserah kamu, aku yang traktir,” ucap Amel setelah tiba di tukang bakso.

“Wah, makasih, Mel. Aku pesen porsi banyak. Haha,” seru Eni.

Amel dan Eni menikmati makanan yang mereka pesan sambil ngobrol santai. Amel merasa Eni nyaman diajak cerita.

“En, kamu mau jadi teman aku curhat. Rasanya kalau cerita sama kamu, aku nyaman,” ungkap Amel di sela-sela obrolan mereka.

“Hehe, kamu bisa saja, Mel. Ya boleh, aku juga senang bisa dengerin kamu cerita.”

Amel memeluk Eni, Amel merasa bersyukur bisa bertemu Eni di tempat kerja yang baru.

***

Hari demi hari telah berlalu, sudah beberapa bulan Amel kerja. Hubungan persahabatan Amel dan Eni semakin dekat, Amel juga dengan yang lain sudah saling mengenal.

Sore itu saat sudah jam pulang, di ruang karyawan, Ipul mendekati Amel dan mengobrol dengan Amel. Obrolan itu terlihat biasa, tapi setelah itu Ipul mengajak Amel jalan-jalan.

“Mel, besok hari libur, mau enggak temenin aku jalan-jalan?” tanya Ipul saat itu.

“Mau ke mana?” jawab Amel sambil menatap Ipul.

“Iya, jalan-jalan saja, mungkin kaya ke taman kota. Emang kamu ada acara?”

“Enggak, sih, cuma biasanya aku kalau libur tidur saja, hehe.” Amel menjawab sambil tersenyum.

“Daripada tidur, ayolah mau, ya?” bujuk Ipul sedikit memaksa. “Nanti aku beliin es cream, dech, atau kamu mau aku traktir apa, boleh pilih sesukamu, Mel”, lanjut Ipul berharap Amel mau diajak jalan-jalan.

“Gimana besok saja ya, nanti aku kabarin, aku duluan ya,” ucap Amel lalu berlalu pergi.

“Besok aku jemput jam sembilan, shareloc rumah kamu,” ucap Ipul sebelum Amel pergi.

Amel pun berjalan pergi meninggalkan Ipul. Amel juga belum menjawab jika Amel setuju dengan ajakan Ipul.

“Sebenarnya aku suka kamu, Mel, selain kamu cantik, hati kamu juga baik,” gumam Ipul sendiri setelah Amel pergi.

Ipul merencanakan mengajak Amel jalan-jalan dan sudah merencanakan sesuatu untuk Amel.

“Semoga besok berhasil dan berjalan lancar,” ucap Ipul berharap dan tersenyum lalu dia pun pergi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 36 Mengejutkan

    Semalam Sandi sudah memberikan undangan untuk pihak keluarga Amel. Rencananya hari ini akan membagikan undangan itu ke teman-temannya, tak terlupakan juga ke tempat kerja lamanya. Orang tua Amel juga sudah menyiapkan nama-nama yang akan mereka undang. "Mah, aku hari ini mau keluar, mau sebar undangan ke teman-teman," ucap Amel kepada Mama Dina di meja makan. "Iya, hati-hati ya, ayah tadi sudah mulai bawa undangannya," jawab Bu Dina. Mereka lalu menikmati sarapan dalam diam. Setelah semua selesai, Amel berpamitan, dia mengendarai motornya sendiri. Amel menemui Indra, teman sekolahnya di SMP dan SMA dulu. Dia minta tolong kenapa indra untuk menyebarkan undangan pernikahannya. Sebenarnya bisa saja Amel menyebarkannya sendiri tapi Mama Dina meminta Amel untuk minta tolong ke orang saja. Sementara untuk ke tempat kerja lama Amel yang akan datang sendiri. Sebelumnya, Amel sudah janjian dengan Indra di coffe shop dekat taman kota. Amel datang mencari Indra sepertinya belum keliatan,

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 35 Bahagia

    Semua persiapan pernikahan Amel dan Sandi sudah hampir siap, undangan juga siap dibagikan. Acara akad nikah akan diadakan di masjid dekat rumah Amel dan hanya dihadiri dari keluarga. Untuk resepsi kedua mempelai dan keluarga sudah setuju jika resepsi akan diadakan di gedung kota. Baju pengantinnya sendiri sudah diberikan Om Aryo sebagai kado pernikahan mereka. Om Aryo memberikan yang terbaik untuk mereka. "Terima kasih, Om, aku suka banget sama gaunnya," ucap Amel di saat Om Aryo menyuruh Amel mencobanya. "Iya, Yo, cantik," lirik Sandi yang masih di dengar mereka. "Untuk ponakan om pasti harus yang bagus," jelas Om Aryo."Aku juga kalau nikah mau dong om dibuatkan gaun," sela Mila, karyawan butik. "Emang kamu mau nikah sama siapa, Mil. Jomblo aja mikir nikah," ledek Om Aryo terseyum.Mereka semua tertawa tapi Mila malah cemberut. Melihat itu, Sandi ikut bicara."Nanti aku pinjemin gaun terbaik toko ini buat kamu, tapi kalau kamu mau miliki ada syaratnya," ucap Sandi melirik Amel.

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 34 Kabar bahagia

    Tiga bulan kemudian. Amel terbangun dengan senyum bahagia, melihat cincin yang melingkar dijarinya. Semalam Sandi telah melamarnya dan mereka akan melangsungkan pernikahan bulan depan. Kedekatannya dengan Sandi selama ini bisa membuat Amel membuka hati. Walaupun Sandi ke butik hanya seminggu dua atau tiga kali, tapi itu membuat mereka sering ketemu dan saling nyaman. Dua bulan yang lalu, Sandi menyatakan perasaannya kepada Amel, tanpa di sangka Amel menerimanya. Kala itu, Amel bilang kepada Sandi jika dia serius Amel ingin segera menikah, daripada harus pacaran berlama-lama. Sandi setuju dengan Amel, karena usia Sandi yang juga sudah matang dan Sandi sudah yakin kepada Amel. Dia berjanji akan segera melamarnya, dan tadi malam Sandi menepati janjinya. Dia membawa hampir semua keluarganya datang ke rumah Amel dan melamarnya. Acara berlangsung lancar dan sudah ditetapkan satu bulan lagi mereka akan menikah. Hubungan Amel sendiri dengan orang tua dan adik Sandi baik, mereka sudah saling

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 33 Temu kangen

    Sandi melajukan mobilnya menuju butik. Setelah kejadian saat berpamitan tadi, Sandi dan Amel tidak terlihat bicara, mereka diam saja. "Mel," "Mas," Ucap mereka bersamaan. "Kenapa, Mel, kamu dulu aja," ucap Sandi. "Apa masih jauh, kok nggak sampai-sampai?" Tanya Amel padahal hatinya ingin menanyakan hal lain. "Sebentar lagi, di ruko jalan merpati itu lho ruko kita. Kamu tau kan?" jelas Sandi dan bertanya kepada Amel letak ruko. "Oh, iya, Mas. Mas mau ngomong apa tadi?" "Nggak jadi, Mel," Sandi tersenyum melihat Amel. Keadaan di dalam mobil kembali sunyi, Sandi mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. *** Di tempat lain, persahabat Ipul, Yana, Gilang, dan Supri tidak membaik. Mereka kini terlihat asing satu sama lain. Tapi untuk menyapa Supri mereka masih mau, tidak dengan yang lain. Mereka masih mau berteman dengan Supri karena mereka tidak ada yang tahu perasaan Supri terhadap Amel. Yang mereka tahu Supri berpacaran dengan Eni. Entah apa jadinya jika mereka tahu peras

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 32 Pengakuan

    Aryo berpamitan dulu karena masih ada kepentingan. Amel dan Sandi juga sudah berada di dalam mobil Sandi, mereka akan menuju rumah Aryo. Sebenarnya Sandi juga sudah tahu rumah Aryo hanya saja untuk mengambil barang-barang memang perlu Amel yang masih saudara Aryo. Di dalam mobil mereka hanya diam saja, tidak ada yang mau membuka obrolan lebih dulu. Amel duduk di samping Sandi, Sandi yang meminta itu. Tadinya, Amel mau duduk di belakang tapi Sandi bilang dia seperti supir. Akhirnya Amel mengalah dan pindah ke depan. "Pak, bisa mampir pom bensin dulu. Saya ingin ke toilet," pinta Amel tanpa menoleh ke Sandi. "Boleh, kebetulan di depan ada pom bensin," ucap Sandi lalu menuju pom bensin. Mobil yang Sandi kendari belok ke pom bensin, berhenti di dekat toilet. "Saya ke toilet dulu, Pak," ucap Amel lalu keluar dari mobil. Sandi mengangguk dia juga keluar dari mobil dan menuju mini market. Dia membeli beberapa minuman dingin dan cemilan. Sandi menenteng kantung kresek dan menyimpanny

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 31 Teman Om Arya

    Pagi itu, Amel sedang bersiap-siap, dia merias wajahnya dengan sentuhan bedak tipis. Amel terlihat cantik, dia menggunakan kemeja berwana pink dipadukan dengan hijab berwarna hitam dan menggunakan rok panjang hitam. Amel terlihat begitu anggun, dia tidak seperti biasanya yang menggunakan celana panjang."Cantik sekali putri ayah ini," puji Pak Edi memuji Amel karena dimatanya hari ini terlihat segitu anggun."Emang biasanya Amel nggak cantik, Yah?" kesal Amel. "Hari ini kamu beda, Sayang. Oya, Om Aryo jemput kamu?" "Nggak, Yah, Om Aryo sedikit telat. Amel di suruh datang duluan ke cafe biru,""Kamu janjian di cafe biru? Bareng ayah saja kita searah," pinta Pak Edi tersenyum."Sarapan sudah siap, lagi ngobrolin apa sih tumben aku," ucap Bu Dina yang baru datang dari dapur membawa beberapa hidangan. "Aku bantu siapin, Mah, Mama duduk aja," Amel melangkah ke dapur mengambil beberapa makanan yang sudah siap. Setelah semua siap, mereka menikmati sarapan pagi itu dengan tenang. Hanya su

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status