Share

Menenangkan diri.

Author: iva dinata
last update Last Updated: 2023-10-12 16:37:08

Aku sudah tak punya kesabaran lagi, tanpa menunggu jawaban aku beranjak pergi meninggalkannya sendirian. Aku harus menjemput Azqiara yang tadi aku titipkan di rumah Mbak Sheza, istri Mas Zamar.

Tak sekalipun kudengar Mas Aska memanggilku sekedar untuk menenangkan aku. Sampai aku menyalakan motor, Mas Aska pun tak menyusulku. Kuhembuskan nafas berat. Sadar.... Nafisha.... Sadarlah kamu bukanlah orangnya.

Mungkin lebih baik jika malam ini aku menginap di rumah Mas Zamar untuk menenangkan diri. Aku merasa sangat kesal dengan Mas Aska. Kecewa bercampur marah menggunung di dalam dadaku sampai membuatku merasa sesak.

Dalam keadaan emosi tidak baik jika kami terus bersama. Lebih baik aku yang pergi untuk mengenangkan diri dan memiliki apa yang harus aku lakukan setelah ini.

Untuk saat ini itu keputusan yang terbaik, aku butuh waktu untuk menenangkan dan membuat rencana selanjutnya.

Jika nanti Mas Zamar bertanya alasanku menginap aku akan mengatakan Mas Aska sedang tugas di luar kota.

Tak sampai 15 menit aku sudah sampai di depan rumah Mas Zamar. Nampak Azqiara sedang bermain dengan putra Mas Zamar.

"Mama......" teriak Azqiara sambil menyongsongku.

Kupeluk erat tubuh mungil yang selalu memberiku semangat di saat-saat berat seperti ini. Rasanya aku seperti mendapat energi baru setelah memeluk gadis kecilku ini. Dia benar-benar seperti powerbank yang menyimpan banyak daya untukku.

"Kamu sudah datang?" tanya Mas Zamar berjalan dari ruang tamu rumahnya. "Masuk sholat dulu, maghrib-maghrib keluyuran di jalan," tambahnya mengomel.

Tak membantah aku hanya mengangguk sebagai jawaban dan langsung menggandeng Azqiara masuk kedalam rumah sederhana namun terasa hangat ini.

Rumah yang di dalamnya berisi orang-orang yang saling mencintai pasti memiliki aura yang sangat nyaman dan hangat. Berbeda dengan rumah yang hanya dijadikan tempat pulang tanpa diisi dengan cinta dan kasih sayang, maka akan terasa hampa.

Setelah sholat maghrib aku merebahkan kepalaku diatas sajadah, masih tetap mengenakan mukena. Setelah mengadukan rasa gelisahku pada sang kuasa masih belum juga membuatku tenang. Rasanya masih nyesek mengingat kejadian beberapa jam yang lalu.

Dari depan pintu Mbak Sheza memanggilku untuk makan malam.

"Nanti saja Mbak, aku belum lapar," tolakku setelah kepala Mbak Sheza menyembul kedalam.

"Kamu lagi ada masalah sama Aska?" tanya Mbak Sheza masih dengan berdiri diambang pintu kamar.

Aku diam, tak ingin menjawab. Bingung juga mau cerita seperti apa? Takut memicu kemarahan Mas Zamar.

"Keluarlah untuk makan! Jangan kayak anak abg yang lagi patah hati," ejeknya lalu tertawa renyah.

Astaga..... Aku menghela nafas. Begitulah keluargaku, semua masalah tidak pernah dijadikan beban.

Baik Mas Zamar atau Mbak Sheza sama-sama orang yang berpikiran santai dan tenang. Bagi mereka masalah itu bukan hal yang harus dikhawatirkan tapi sesuatu yang harus dihadapi dan diselesaikan.

"Mau diceramahin kakakmu atau menuruti perintahku?" Kembali Mbak Sheza berbicara.

Tak punya pilihan, meski malas aku pun beranjak lalu melepas mukena dan melipatnya. Setelahnya bergegas menuju meja makan yang bergabung dengan ruang santai.

Mas Zamar tinggal di rumah warisan orang tua kami. Sedangkan aku mendapatkan tanah di desa almarhum ayah yang selanjutnya aku jual dan kubelikan rumah yang sekarang aku tempati bersama Mas Aska dan Azqiara.

"Apa yang dilakukan Aska sampai membuat matamu sembab begitu? Aku tidak akan tinggal diam jika dia sampai mengangkat tangan sama kamu," ujar Mas Zamar begitu kami selesai makan malam.

"Cepat katakan! Ada apa sampai kamu menangis?" Mas Zamar menatap ke arahku dengan mata menyipit.

Kan.... belum juga satu jam. Apa yang aku khawatirkan benar terjadi. Mas Zamar tahu betul seperti apa aku ini. Aku buka wanita lemah yang sedikit-sedikit menangis. Hanya ada dua alasan yang membuatku menangis. Dipukul atau kehilangannya hal yang berharga.

Aku masih menunduk, tak berani menatapnya. Bukan aku tak ingin jujur tapi aku hanya takut Mas Zamar emosi dan membuat masalahnya tambah melebar dan melebar banyak orang.

Prinsipku jika aku masih bisa mengatasinya maka aku tidak ingin bercerita sehingga membuat satu-satunya saudara kandungku itu khawatir.

"Untuk sekarang, InsyaAllah aku masih bisa mengatasi. Kami hanya berbeda pendapat saja. Aku hanya butuh waktu untuk menenangkan diri." Ujarku menatap melas pada Masa Zamar. "Tolong beri aku watu sampai aku bisa menceritakan semuanya,"

Mas Zamar mendengus kasar, wajahnya nampak tegang namun tetap berusaha tenang. "Baik, aku memberimu waktu untuk menyelesaikannya sendiri. Tapi ingat,"

Mas Zamar menatapku lekat, "Aku adalah walimu pengganti Ayah, aku tidak akan membiarkan siapapun dengan sengaja menyakitimu. Termasuk Aska."

🌸🌸🌸

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   Extra part.

    [Kha, Nafisah mengalami kontraksi. Sepertinya akan melahirkan. Sekarang kami dalam perjalanan menuju ke rumah sakit Harapan Bunda. Kamu cepatlah menyusul.]Pesan dari Sezha yang seketika membuat Shaka panik. Dengan tangan gemetaran dia membereskan buku-bukunya. "Karena saya ada keperluan, tolong kalian kerjakan tugas harian halaman selanjutnya."Segera dia berlari keluar kelas setelah mengucapkan salam. Ruang guru yang ditujunya. Meminta tolong pada piket untuk menggantikan dirinya tiga jam ke depan. "Ada apa?" Geri yang baru masuk ruang guru langsung mengerutkan keningnya. Ada yang tak biasa dengan rekan kerjanya yang satu ini. "Istriku akan melahirkan," jawab Shaka tanpa menoleh ke lawan bicaranya. Yang nnya sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam ransel miliknya. "Katanya masih seminggu lagi, kok jadi sekarang. Dokter gak kompeten," gerutu Shaka sambil bergumam. Geri yang berdiri tak jauh darinya hanya mengulas senyum tipis, seolah melihat dirinya sendiri setahun yang lalu.

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   🌸🌸🌸

    Kabar bahagia tidak hanya datang dari keluarga kecil Shaka dan Nafisah. Dari luar pulau pun terdengar kabar yang tak kalah menggembirakan. Kabar dari dua sejoli yang terikat karena keterpaksaan. Arsya dan Kirana sudah mendaftarkan pernikahan mereka ke KUA setempat. Ternyata dalam hitungan bulan cinta itu akhirnya tumbuh di hati keduanya. Pernikahan yang terjadi karena keterpaksaan itu pun kini sudah sah di mata hukum dan agama. "Kehamilan Nafisah benar-benar membawa banyak keberkahan. Banyak berita bahagia setelah hadirnya calon anakmu itu, Kha." komentar Zamar sesat setelah Shaka memberitahu tentang keadaan perkebunan yang semakin baik juga tentang hubungan Arsya dengan Kirana. "Alhamdulillah, Mas benar. Banyak hal baik setelah kehadirannya. Aku benar-benar bersyukur atas anugrah yang Alloh berikan." Shaka pun tak henti-hentinya mengucap syukur atas anugrah yang tidak pernah ia sangka akan diberikan dalam waktu secepat ini. Saat menikahi Nafisah, pria itu tak pernah berani walau

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   🌸🌸🌸

    "Kayaknya kamu hamil deh, Naf." Seorang wanita cantik dengan hijab hijau toska berjalan masuk dengan seorang anak kecil di sebelahnya. "Mbak Sezha." Nafisah sedikit kaget melihat kakak iparnya yang tiba-tiba muncul. "Pintu gerbangnya gak dikunci. Nutupnya juga gak bener, jadi kami bisa langsung masuk." Sezha langsung menjelaskan tanpa ditanya. "Tapi aku sudah menguncinya kok," sahut Aydan dengan menepuk dadanya. "Terima kasih Aydan." Shaka mengacungkan dua jempolnya. "Sepertinya istri kamu itu hamil, Ka." Ujar Sezha mengulangi ucapannya tadi. "Beneran, Mbak" tanya Shaka dengan mata berbinar. "Dilihat dari tanda-tandanya sih gitu." Wanita berkulit putih bersih itu meletakkan tasnya diatas meja. Setelahnya memanggil Qiara yang sejak tadi memegangi tangan Bundanya. "Main sama Kak Aydan, ya. Bunda gak papa, sayang...." bujuk Sezha pada gadis kecil yang menampilkan raut wajah sedih. "Tadi Bunda muntah-muntah," jawab Qiara. Mata gadis kecil itu sudah mengembun. Nafisah mengurai s

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   🌸🌸🌸

    "Hidup tak selamanya tentang kebahagiaan. Namun terkadang hidup itu tentang menghadapi masalah dengan senyuman dan semangat. Hidup tidak akan lebih baik tanpa masalah tapi akan lebih bijak setelah mengalami banyak ujian."Hari terus bergulir tanpa terasa sudah lima bulan berlalu setelah kembali Shaka dan Nafisah ke Jakarta. Hari-hari mereka lalui selayaknya pasangan pada umumnya. Kadang bermesraan tak jarnah juga berdebat yang diakhiri dengan pengakuan salah dari Shaka. Seminggu sekali Aska akan menjemput Qiara untuk menginap di apartemen laki-laki itu dan satu bulan sekali berkunjung ke rumah kakek dan neneknya yang ada di luar kota. Namun tentu saja mengikuti jadwal kegiatan Qiara yang semakin besar semakin padat dengan Olimpiade dan eskul sekolahnya. "Ya Alloh.... Kak Shaka, kan sudah dibilangin kalah habis mandi handuknya jangan ditaruh di kasur. Tuh.... ada jemuran kecil di balkon," omel Nafisah begitu masuk kamar. Wanita itu baru saja dari kamar putrinya, memastikan gadis kec

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   🌸🌸🌸🌸

    Sudah di putuskan, Shaka dan Nafisah akan kembali ke Jakarta segera setelah kepulangan Arsya bersama Kirana. Tak mau menunggu lama satu haribsetalah kepulangan Arsya, suami Nafisah itu pun segera pamit. Sebelum pergi Shaka menyerahkan segala urusan perkebunan kembali pada Arsya. Tak lupa Shaka juga menceritakan tentang tawaran keluarga Gracia yang bersedia menanggung segala kerugian atas perbuatan Gracia dan Hartama yang sengaja berniat merusak citra baik hasil perkebunan milik mereka. "Aku sudah melaporkannya dan wanita itu sudah beberapa kali dipanggil ke kantor polisi namun masih sebagai saksi. Untuk kelanjutannya terserah kamu," ujar Shaka di malam sebelum keberangkatannya. "Silahkan, kamu putuskan sendiri apa yang menurutmu baik untuk perkebunan ini. Mulai hari perkebunan ini sepenuhnya tanggung jawabmu dan aku tidak akan ikut campur lagi. Tapi, jika boleh aku memberi saran, jangan pernah membukakan pintu untuk kucing yang pernah mencuri ikan di rumahmu." Tak bisa di pungkiri

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   🌸🌸🌸

    Kak Shaka berdiri membelakangi pintu dengan tatapan mengarah keluar jendela. Pelan aku mendekatinya. Kulihat rahangnya mengeras dengan otot-otot leher menonjol, ekspresi marah yang jarang sekali kulihat. "Mereka sudah pergi," beritahuku namun sampai beberapa menit tak mendapat respon darinya. Mungkin Kak Shaka merasa kesal padaku. Kurasa dia merasa aku membela Gracia. "Gracia meminta maaf. Dia menyesal sudah membuat kekacauan dan merugikan banyak pihak. Katanya dia akan menggangu rugi semuanya." Kusampaikan pesan dari Gracia. Sempat tak percaya namun itulah kebenarannya. Wanita sombong itu benar-benar meminta maaf. Entah tikus atau tidak, yang pasti dia tidak mau keluarga besarnya ikut menanggung hasil perbuatannya. Aku beralih ke sofa tak jauh dari jendela. Dari posisiku saat ini terlihat jelas ekspresi wajah Kak Shaka. Wajahnya memerah dengan dada naik turun. "Semua yang terjadi tentu tak bisa dikembalikan seperti sedia kala. Tapi dengan marah dan menyimpan dendam juga tak bisa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status