Share

Bab 17

Penulis: Liazta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-21 19:52:49

Cerai-cerai, enak sekali mulut kau bilang cerai. Kau bayar dulu hutang empat puluh juta, ketika melahirkan. Jika kamu ingin cerai dengan Sandy.

Deg!

Eliza membeku ketika mendengar kata hutang 40 juta. Hutang apa yang dimaksud?

Wati mengeluarkan kertas dari dalam tasnya dan menunjukkan surat perjanjian hutang Eliza.

"Saat kau melahirkan, Sandy hanya punya uang 5 juta, sisa 25 juta hutang dengan saya. Di surat perjanjian ini, kamu berhutang 25 juta dengan bunga 10% setiap bulan. Denda keterlambatan membayar 10 persen. Karena kamu sudah tidak membayar selama 3 bulan maka denda keterlambatan tujuan juta lima ratus. Bunga hutang tujuh juta lima ratus ribu. Jadi total 40 juta." Wati berkata dengan entengnya.

"Setelah acara resepsi dan mereka sudah kembali dari bulan madu, kamu akan tinggal di rumah saya."

Wati tersenyum memandang Eliza. Meskipun wajah menantunya itu sudah pucat namun dia tidak merasa kasihan sedikitpun.

Wanita itu sudah tidak sabar menunggu Eliza tinggal di rumahnya. Keha
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (109)
goodnovel comment avatar
Indah Setia Pretty
hooookah...back to backnya kepanjangngan..mw buka babnya aja harus buka iklan sampai berkali2...
goodnovel comment avatar
Boru Lubis Borlub
babnya sikit banyakna iklan ceritanya pun bertele tele
goodnovel comment avatar
Me Mark
terlalu bertele-tele ceritanya jadi kurang greget. jadi g menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 493

    Dan pada saat yang sama, di dalam kamar pelayan, Lina sedang menekan nomor asing di ponselnya. Wajahnya serius. Pandangannya dingin.“Target mulai curiga. Tapi aku akan teruskan. Kita akan dapatkan apa yang kita cari. Bahkan jika harus lewat anak-anaknya.”Suaranya pelan, tapi tajam seperti pecahan kaca. Di seberangnya, suara pria terdengar samar, memberinya perintah selanjutnya.Lina mematikan panggilan dan berdiri di depan kaca kecil di sudut kamar. Ia menyisir rambutnya perlahan. Tatapannya kosong. Tapi di balik mata itu, ada luka. Ada dendam. Ada rencana yang belum selesai.Setelah memberikan laporan kepada orang itu, ia kemudian mengirimkan pesan ke nomor handphone Sherly. Setelah pean terkirim, Lina keluar dari dalam kamar, dan bergabung dengan para asisten rumah tangga yang lainnya.***Sore itu, langit di Puncak perlahan berubah jingga. Kabut tipis turun perlahan, menyelimuti vila yang tampak damai di permukaannya. Namun di dalam ruang keamanan Teddy, sebuah rencana berbahaya

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 491

    “Kurang lebih dua tahun, Nyonya,” jawab Lina, tetap menjaga wajahnya agar terlihat netral.“Dan sebelumnya?”“Saya… sempat bekerja di rumah keluarga Belanda yang tinggal di Jakarta.”Eliza mengangguk perlahan, meski dalam hati menyimpan kebingungan. Ia pernah mendengar nama itu, tapi tak pernah melihat wajah Lina di antara staf-staf sebelumnya yang pernah dia periksa. Keganjilan lain yang makin menumpuk.Mereka akhirnya tiba di tepi danau. Airnya tenang, memantulkan langit biru yang cerah. Eliza berdiri di sana, menikmati pemandangan. Tapi pikirannya sibuk mengurai benang kusut yang baru saja dimulai.Lina berdiri tak jauh darinya, menunduk, namun kedua matanya terus memperhatikan setiap gerak Eliza. Ponsel kecil di saku switer-nya masih menyala diam-diam, merekam percakapan mereka. Siapa pun yang mengirimnya, pasti akan menerima laporan yang sangat lengkap.Namun sebelum Lina bisa mengumpulkan lebih banyak informasi, Eliza memutar badan dan berkata lembut namun tegas, “Kamu tahu, ada

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 490

    Momen sarapan pagi ini ditutup dengan suasana yang hangat dan penuh cinta.Tawa Olivia yang polos, candaan ringan Hermawan, serta kebersamaan yang tercipta di meja makan, membuat pagi itu terasa begitu berharga. Para pelayan mulai merapikan meja saat semua anggota keluarga bersiap melanjutkan aktivitas masing-masing.Namun di tengah kehangatan itu, insting Eliza yang tajam tiba-tiba menangkap sesuatu yang ganjil.Bukan dari Aruna. Bukan dari Albert. Tapi dari sudut ruang makan, tepatnya dari arah dapur.Seorang asisten rumah tangga berdiri di sana, membawa teko kopi. Wajahnya tenang, senyumnya ramah, dan gerak-geriknya sopan. Terlalu sopan. Terlalu diam dan terlalu mengamati.Wanita itu meletakkan teko kopi di atas meja dengan sangat hati-hati. Ia sedikit membungkuk sopan, lalu berbalik dan berjalan kembali menuju dapur.Eliza menoleh perlahan, lalu membisik pada Kiara yang duduk di sebelahnya, “Siapa nama asisten yang tadi itu?”Kiara menoleh sekilas, lalu menjawab pelan, “Yang baru

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 489

    Udara pagi di vila terasa begitu menyegarkan. Kicauan burung menggema lembut, tanpa gangguan suara kendaraan, menciptakan suasana yang tenang dan damai.Di meja makan panjang yang dipenuhi berbagai hidangan lezat, aroma roti bakar berpadu dengan wangi mentega yang meleleh, menguar ke seluruh ruangan. Gelas-gelas berisi susu hangat telah tertuang rapi, sementara buah-buahan tersusun cantik dalam mangkuk kaca bening.Hermawan duduk di ujung meja, mengenakan sweter hangat dan celana santai. Di sisi kirinya, Mawar duduk dengan senyum teduh, sedangkan di sisi kanan, Nathan dan Eliza tampak duduk berdampingan, penuh kebahagiaan.Eliza memandangi wajah suaminya dengan tatapan penuh cinta. Dari sorot matanya, terlihat jelas betapa ia mengagumi pria itu. Mungkin ini ulah hormon kehamilan, tapi juga bisa jadi karena cinta yang memang begitu dalam.“Mau yang ini?” tanya Nathan, sambil mengangkat semangkuk bubur ayam.Eliza tersenyum manja, lalu mengangguk pelan tanpa mengambilnya. Ia hanya diam,

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 488

    Malam itu begitu dingin. Angin dari jendela balkon menggoyangkan tirai tipis di apartemen mewah milik Sherly, menebarkan aroma rokok yang baru saja dinyalakan. Jemari wanita itu sedikit gemetar, bukan karena takut, tapi karena kegembiraan yang nyaris tidak bisa dikendalikan. Ia merasa permainan ini semakin menarik.Telepon khususnya kembali berdering. Ia menjawab dengan cepat.Suara perempuan di seberang terdengar pelan, seperti berbisik dalam kegelapan."Aku belum mendapatkan akses ke setiap kamar. Villa tua ini dirancang dengan keamanan yang sangat tinggi."Sherly menggeram pelan. Kepulan asap rokok mengaburkan pandangannya sesaat, namun tak bisa menyembunyikan rona merah kemarahan di wajahnya."Apa kabar Aruna? Masih bersama Albert?""Masih. Mereka tampak semakin dekat. Tapi dia itu gadis polos. Mudah dipercaya, terutama oleh orang-orang yang ia anggap keluarga."Sherly menutup matanya sejenak. Jemarinya mengetuk permukaan meja secara ritmis, seirama dengan degup jantungnya yang be

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 487

    Nathan duduk di kursi penumpang sambil memeluk putranya yang sedang tertidur. Sedangkan, Eliza bersandar dengan bantal leher, tangannya memegang perut yang semakin besar. Wajahnya lelah, tapi ada senyum kecil yang tak bisa disembunyikan.“Kalau bayinya lahir nanti, kita harus datang lagi ke sini ya by,” bisiknya. “Liza mau mereka lihat awan dari atas bukit.” Eliza berkata dengan tersenyum. Baru membayangkan keindahan di villa saja sudah membuat Eliza bahagia. Apalagi merasakan udara yang dingin dan bersih sambil memandang pemandangan yang indah.Nathan meliriknya, tersenyum, lalu menggenggam jemari istrinya. “Tentu saja. Ingat ya, di sana harus nurut. Jangan terlalu capek. Kamu juga harus pakai kursi roda, biar kedua anak kita aman." Meskipun Nathan senang melihat istrinya bahagia, namun tetap saja ia cemas jika Eliza kelelahan. "Iya," jawab Eliza dengan tersenyum. Baginya yang terpenting bisa beristirahat, dan menikmati keindahan alam. "Apa mau makan buah?" Nathan berkata sambil m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status