Share

Bab 9

Author: Esther
Liana membuka pintu dan melihat Winda berdiri di samping tempat tidurnya, memegang syal yang diberikan oleh Yohan di tangannya.

"Liana?" Melihat Liana sudah pulang, Winda buru-buru memasukkan barang-barang itu kembali ke dalam tas dan menarik tangan Liana, "Liana, kapan kamu kembali ke asrama? Kenapa kamu nggak memberitahuku?"

Liana menarik tangannya dan berjalan tepat di depannya, "Bukannya kamu sudah pindah?"

"Ya, aku kembali untuk mengambil sesuatu." Winda menghampiri dan menunjuk ke tas bermerek di lemari, "Liana, apa syal itu punyamu?"

"Ya." Liana menatapnya dengan tatapan dingin dan cuek, "Emang kenapa?"

"Nggak kenapa-kenapa." Senyuman Winda terlihat palsu, "Syal ini adalah edisi terbatas yang baru dirilis LV bulan lalu. Harganya sangat mahal dan sulit didapat. Aku cuma mau tanya, bagaimana kamu mendapatkannya? Aku juga mau beli itu."

Liana melihat tas itu dan melihat logo mereknya. Itu hadiah dari Yohan. Dia tidak berniat menerimanya dan dia juga tidak melihat dengan teliti saat menerimanya. Tidak disangka, ternyata benda itu sangat mahal.

"Itu hadiah dari teman." Liana berkata dengan santai, "Aku juga nggak tahu jelasnya."

"Teman yang mana?" Winda bertanya, tapi ada lebih banyak rasa tidak percaya di matanya. Dia telah berteman baik dengan Liana selama bertahun-tahun dan dia paling tahu betapa bersihnya lingkaran teman Liana. Selain dia dan Hamdan, Liana tidak punya teman lain.

Liana berkata dengan santai, "Kamu nggak kenal dia."

Winda ingin menanyakan sesuatu lagi, tetapi ponselnya berdering saat itu. Setelah melihat penelepon, Winda tidak ragu-ragu menjawab panggilan itu di depan Liana, "Halo, Hamdan ... oke, aku di asrama. Ya. Siang ini aku mau makanan Perancis yang kita kunjungi terakhir kali ... oke, aku akan menemuimu nanti."

Setelah menutup telepon, Winda berkata kepada Liana, "Liana, istirahatlah, aku pergi dulu."

Liana bahkan tidak menanggapinya. Dia duduk di tempat tidur dan membuka laptopnya.

Saat itu, Winda cuma mengerutkan bibir, berbalik dan meninggalkan asrama.

....

Restoran Perancis.

Winda memesan beberapa hidangan dan menyerahkan menunya kepada Hamdan.

Hamdan melihat dan membatalkan beberapa hidangan, "Kenapa pesan banyak banget, emang kamu bisa menghabiskannya?"

"Nggak masalah kalau nggak habis. Pokoknya aku bisa mencicipinya," kata Winda acuh tak acuh dan menambahkan foie gras yang mahal.

Hamdan meliriknya, "Sebelumnya, aku rasa kamu nggak seboros ini."

Dulu, saat masih pacaran dengan Liana, dia sesekali mengajak Winda makan malam. Saat itu, Winda selalu sangat pendiam dan menahan diri lebih dari Liana. Belakangan, Hamdan mengetahui kalau hal itu disebabkan oleh latar belakang keluarga Winda yang miskin dan harga diri yang rendah.

Salah satu hal yang paling membuatnya terkesan adalah suatu saat ketika mereka bertiga selesai makan dan pergi, Winda kembali ke ruangan itu dan meminta pelayan untuk mengemas sisa makanan. Saat itu Winda benar-benar berbeda dengan yang sedang menyantap makanan Perancis di hadapannya sekarang.

Melihat ekspresi Hamdan, Winda menutup menu dan berkata, "Apa aku memesan terlalu banyak dan kamu nggak setuju?"

"Bukan begitu." Keluarga Hamdan kaya dan kedua orang tuanya adalah profesor di universitas, jadi mereka tidak peduli dengan sedikit uang ini. Setelah Winda berkencan dengannya, dia selalu membawanya ke tempat-tempat mewah seperti ini. Dia tidak berpikir ada yang salah sebelumnya. Mungkin karena dia melihat Liana di rumah sakit hari ini, kemudian dia menyadari kalau selama ini, dia dan Winda sudah berubah, tapi Liana masih sama seperti dulu.

"Hamdan? Ada apa denganmu?" Winda mengangkat tangannya dan melambai di depan matanya, "Apa kamu ada masalah? Kenapa nggak fokus malam ini?"

Hamdan tersadar dan berkata, "Nggak apa-apa."

Winda sedang memotong foie gras, dia berpura-pura tidak tahu dan berkata, "Liana pindah kembali ke asrama sekolah."

Hamdan menghentikan gerakan pisau dan garpunya sejenak, lalu berkata dengan tenang, "Benarkah?"

"Tadi sore, aku bertemu dengannya saat aku kembali ke asrama untuk mengambil barang. Aku melihat dia memegang tas LV yang berisi syal yang sangat aku inginkan. Liana mengatakan itu hadiah dari seorang teman. Aku bertanya padanya teman yang mana. Tapi dia nggak menjelaskannya." Saat Winda mengatakan ini, dia melihat ke arah Hamdan.

Hamdan mengerutkan kening, "Benarkah?"

Winda memegangi dagunya dan berkata dengan polos, "Kupikir kamu diam-diam membelikan untuknya."

"Aku?" Hamdan menggelengkan kepalanya, "Bukan aku."

"Aku tahu itu bukan kamu. Meski kamu yang memberikannya, aku juga nggak akan marah. Siapa yang menyuruhku untuk meminta maaf padanya? Kalau memberi syal bisa menyelesaikan kebencian di hati Liana, aku juga bersedia. Hanya saja ... Liana kan nggak punya teman lain selain kita. Lagipula, bahkan teman biasa pun tidak akan memberikan barang semahal itu, 'kan?

Hamdan meletakkan pisau dan garpunya, "Aku mau ke kamar mandi sebentar."

Kata-kata Winda membuatnya merasa tidak nyaman. Hamdan pergi ke kamar mandi untuk merokok dan menenangkan diri.

Setelah merokok, dia sepertinya mengingat sesuatu dan merogoh sakunya. Dia menyadari kalau ponselnya tertinggal di meja makan.

Winda langsung mengambil ponselnya, membuka layar dan membuka beberapa aplikasi belanja luar negeri. Sejujurnya, dia masih tidak percaya kalau ada orang lain yang memberi hadiah semahal itu pada Liana selain Hamdan.

Namun, setelah mencari-cari, dia hanya menemukan pesanan syal Hamdan sebelumnya.

Ekspresi Winda berubah setelah mengklik dan melihatnya. Dia sangat menginginkan syal itu dan dia menyukainya pada pandangan pertama saat produk baru dirilis. Butuh waktu lama membuat Hamdan setuju untuk membelinya. Tepat saat dia berharap untuk memamerkan apa yang dia terima, Hamdan mengatakan kepadanya kalau dia tidak bisa mendapatkannya.

Namun, sekarang dia mengetahui faktanya, bukan karena dia tidak mendapatkannya, tetapi ternyata dia membatalkan pesanannya.

Kenapa dia membatalkan pesanannya? Jawabannya sederhana, Hamdan tidak mau memberikannya!

Dua menit kemudian, Hamdan kembali ke meja makan. Dia melihat ponselnya masih dalam posisi semula, seolah belum disentuh.

Winda menyerahkan potongan foie gras, wajahnya penuh sanjungan, "Hamdan, aku sudah memotongnya untukmu, kamu bisa mencobanya."

"Terima kasih."

....

Keesokan paginya, Liana naik kereta bawah tanah untuk pergi ke bekerja.

Sebelum rekan-rekan departemennya tiba, dia membawa tas yang diberikan oleh Yohan dan diam-diam memasuki kantor CEO.

Tirai di kantor tertutup rapat dan sunyi. Liana masuk dan langsung menuju meja Yohan. Dia tidak memperhatikan kalau ada seseorang yang duduk di sofa di sebelah kiri.

Saat dia menaruh tasnya dan hendak kembali, dia menoleh dan menatap mata orang di sofa itu.

"Pak Yohan!"

Pertanyaan: Bagaimana rasanya tertangkap basah sebagai pencuri?

Jawab: Itu sangat memalukan.

Yohan sedang duduk di sofa hitam, dengan kerah kemeja terbuka dan kaki panjangnya sedikit ditekuk. Tetapi alisnya terangkat dan dia tampak dalam suasana hati yang baik. Dia menatap Liana dengan sedikit lucu, "Aku berpikir keamanan perusahaan sangatlah ketat, bagaimana mungkin ada pencuri yang bisa masuk? Setelah aku perhatikan baik-baik, ternyata itu kamu Liana?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
nadya buaya
di pegawai magang kak masih kuliah juga mungkin libur sekolah kayaknya
goodnovel comment avatar
Bee
Aku baca sampai bab ini masih kurang paham, Liana udah kerja tapi kok tinggal nya di asrama sekolah?
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 960

    Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 959

    ....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 958

    "Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 957

    Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 956

    Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 955

    Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status