Home / Rumah Tangga / PIL KB MILIK IBU MERTUA / Huda yang Dimabuk Cinta

Share

Huda yang Dimabuk Cinta

Author: Wafa Farha
last update Last Updated: 2023-09-18 16:31:34

Naira tak boleh bercerai hanya dengan alasan curiga tanpa bukti.

Kakak lelakinya pasti akan sangat sedih jika melihatnya bercerai. Sudah banyak pengorbanan pria itu, sampai dia bisa kuliah, dan bertemu pria bertanggung jawab seperti Huda.

Ah setidaknya itu yang Danu pikirkan.

Pria bernama Huda itu juga yang menyembuhkan lukanya setelah putus dengan Anggara, mantan yang pergi begitu saja hanya karena salah paham. Pria yang tak mau mendengar penjelasannya lagi. Dan pria yang langsung menikahi wanita lain hanya berselang sebulan mereka putus.

Hari itu Naira hampir mati karena patah hati. Tapi keberadaan Huda seolah embun yang menyejukkannya. Dia datang menawarkan cinta. Hingga tak perlu waktu lama keduanya menikah. Meski, Naira yang mencampakkan Anggara, tetap saja dia yang membencinya. Pria dengan harga diri tinggi. Bukannya berusaha menenangkan dan membujuk, serta memperbaiki keadaan, malah menikah dengan wanita lain demi membalas sakit hatinya pada Naira.

____________

Baru juga masuk ruangan, Rena heboh. Menarik lengan Naira ke sudut ruangan menjauhi pegawai lain. Perempuan single itu seolah punya berita besar yang ingin dia sampaikan.

"Ada apa, sih. Ren?"

"Nai. Lo tau gak, istri bos kita yang katanya teman lo itu."

"Ya?" Naira bingung kenapa Rena menyebut-nyebut istri bos.

"Dia sudah menikah lagi," bisiknya antusias.

"Apa?!" Mata Naira melotot tak percaya. "Jadi?"

"Ya, Pak Bos sekarang duda Nay. Deuh, aku jadi geer beberapa kali diperhatikan di kantor. Jangan-jangan ... dia naksir sama aku." Rena bicara menye-menye, sampai Naira bisa menangkap raut wajahnya yang memerah.

"Ck. Dasar lo!" Naira mendecak.

Naira hanya tak habis pikir bagaimana bisa pasangan sebaik dan sesempurna mereka bisa bercerai?

'Itu artinya entah berapa lama Anggara single. Deuh, jadi was-was kalau gini. Aku harus jaga jarak agar hubunganku dengan Mas Huda tetap baik-baik saja. Aku takut sikap manisnya akan membuat cinta di dalam sini kembali hidup. Naudzubillah.'

Baru juga memikirkan Anggara, CEO yang tampak dingin tapi juga sikapnya selalu hangat itu datang, membuat semua pegawai menyapanya.

"Pagi, Pak" ucap mereka.

"Ya! Lanjutkan." Anggara membalas dengan senyum manis, dan merupakan senyum maut bagi perempuan single seperti Rena.

Naira sampai geleng-geleng melihatnya.

"Nai, kamu gak masuk?" tanya Anggara yang tiba-tiba sudah berdiri di depannya.

Naira yang sedang fokus pada tingkah konyol rekannya terhenyak kala disapa sang Bos.

"Ah, ya, Pak. Siap." Naira jadi gugup tak menentu. Aneh, harusnya ia tak perlu tahu masalah pribadi Anggara agar tak mengisi hatinya.

Ia lalu berjalan mengekor si Bos, duduk di ruangan pertama sebelum pintu kedua yang menghubungkannya dengan Anggara.

___________

Siang hari usai isoma, Naira tak membuang waktu dan segera kembali duduk di ruangan. Ia sempatkan membuka ponsel sebelum jam kerja dimulai.

Bibirnya menyunggingkan senyum manis kala netra mendapati pesan dari sang suami.

[Sayang, kita makan malam di luar malam ini?]

Cepat Naira membalas.

[Mau banget, Mas.😍] balasnya.

Namun, belum juga hatinya lama berbunga, panggilan datang dari Sinta.

"Ya, Sin. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, Nai. Aku kirim surel. Buruan, deh. Buka!"

"Oh ya."

Ia pun membuka email yang sahabatnya kirim, sambil masih melakukan panggilan.

"Udah?" tanya Sinta.

"Ya!"

"Aku aneh banget liatnya. Itu siapa sih. Bawain makan siang suamimu. Apa dia kakaknya, tapi kok gak wajar cipika-cipiki gitu."

"Apa-apaan ni? Duh. Serius. Masa ini ibu sih? Wajahnya gak jelas, Sin," protes Naira.

"Duh. Kalo kurang jelas. Mending besok kamu ke sini deh. Izin sama bosmu. Habis makan siang mereka keluar lagi. Entah ke mana. Besok bisa jadi gitu lagi." Sinta terdengar sangat kesal.

"Oya, Sin makasih." Naira mengucap lemah. Panggilan pun diputus. Kenapa mereka selalu tampak mesra. Seperti tak wajar hubungan ibu dan anak.

"Aku benar-benar harus mencari tahu, siapa sebenarnya ibu." Mata Naira menyipit. Dia urung memeriksa CCTV lantaran sang mertua sudah menjelaskan. Dan Huda tidur bersamanya semalam. Tatapan itu dipenuhi kekesalan, merasa dipermainkan. Baru juga tadi malam suaminya membuatnya senang kini bikin curiga lagi.

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PIL KB MILIK IBU MERTUA    Ending

    "Bagaimana kalau terbukti bayi dalam kandungan Sherly adalah anakmu?"Anggara tercenung, hanya sesaat. Kemudian menatap Naira lekat-lekat."Kalau itu memang anakku, aku akan bertanggung jawab penuh atas hidup anak itu. Tapi, tidak akan ada siapa pun yang bisa memaksaku untuk menikahi Sherly. Dan...."Anggara tidak melanjutkkan kalimatnya, dia berdiri dan duduk satu sofa dengan Naira. Keseriusannya membuat jantung Naira berdebar-debar cepat. Jari-jemari Naira digenggam erat Anggara."Dan, kalau memang itu anakku, aku berharap kebesaran hatimu untuk mau tetap menerimaku sebagai suamimu, dan meminta kebaikan hatimu untuk anak yang tidka berdosa itu."Anggara menahan napas, menunggu apa reaksi dan jawaban Naira. Ditengah perasaan khawatirnya, Naira justru mengulurkan tangan dan membelai lembut pipi Anggara."Aku memang memiliki keraguanku padamu sampai tadi sebelum masuk ke ruanganmu ini. Tapi, kemudian aku tahu, bahwa suamiku berkata benar."Kernyitan di kening Anggara melekuk-lekuk dala

  • PIL KB MILIK IBU MERTUA    Bagaimana Kalau Dia Anakmu?

    Huda menunggu dengan gelisah kedatangan Sherly. Perasaannya tidak enak. Suara kemarahan Sherly ditelepon, membuat pikiran Huda menjadi kalut. Dia merasa kalau situasinya berantakan."Brengsek kamu, Huda!"Sebuah hentakan di meja, menyadarkan Huda dari lamunannya. Sherly sudah datang, dengan setumpuk kekesallannya, hingga melempar tasnya ke atas meja, sebelum kemudian duduk. Dirogohnya isi tas dengan kalap, lalu mengeluarkan sebungkus rokok. Namun, saat melihat rokok itu, dia kemudian teringat bagaimana Anggara membentaknya kasar. Akhirya, Sherly meremas bungkus rokok beserta isi-isinya.Huda yang melihat itu, semakin penasaran sekaligus was-was. Dia merasa kalau yang akan dihadapinya bukan hanya tentang kekesalan si Sherly juga, tapi tentang rencana penghancuran pernikahan Anggara dan Naira."Gimana? Gimana tadi di sana? Si kunyuk Anggara itu, tidak bisa berkutik, 'kan? Dia mau menuruti maumu, 'kan?" Huda memajukan tubuhnya, menggeser kursinya, agar lebih dekat dengan Sherly.Sherly y

  • PIL KB MILIK IBU MERTUA    Aku Sabar

    Pintu ruang kerja Anggara ditutup Sherly dari luar dengan bantingan yang amat sangat keras. Itu membuat sekretaris Anggara tersentak dan menatap Sherly dengan melongo. Dalam hati ada si sekretaris, ada kekaguman dengan kekuatan Sherly membanting pintu daun jati yang cukup tebal itu.Sherly tak langsung melangkah. Dia tetap berdiri di depan pintu yang tertutup, dengan napas naik turun yang tidak teratur. Satu dua kali, dia menyisir rambutnya dari depan ke belakang dengan kasar, hingga membuat si sekreatris khawatir rambut itu akan jebol dari akar kepala.Setelah dia bisa menguasai diri, Sherly melangkah menjauhi ruang kerja, menuju lift. Ekspresi wajahnya menyiratkan sesuatu yang buruk. Dia tidak menyapa apalagi menoleh ke meja sekreatris, melainkan menghubungi Huda.Di depan lift, barulah telepon Sherly diterima Huda."Brengsek kamu Huda! Ternyata deskripsimu tentang perempuan itu, salah! Sekarang, aku yang terjebak. Kalau ngomong itu yang bener!" cerocos Sherly tanpa menekan tombol a

  • PIL KB MILIK IBU MERTUA    Jangan Mengujiku

    "Tidak, Nai." Cepat-cepat Anggara menanggapi. Khawatir istrinya akan salah tanggap."Aku tidak menyimpan foto-foto itu. Dia yang menunjukkan kepadaku tadi, sebagai bukti," lanjut Anggara."Foto apa?" Kali ini Naira menoleh ke Sherly. "Aku bisa lihat?""Gak perlu dilihat, Nai," cegah Anggara dengan suara lembut."Aku tetap mau melihatnya, Mas.""Aku tidak izinkan.""Kenapa?""Itu hanya akan membuatmu semakin berprasangka buruk terhadapku, sedangkan aku sendiri, tidak meyakini kalau foto itu mewakili apa yang sudah kuperbuat kepadanya," jelas Anggara."Kalau begitu, biarkan aku melihatnya dan menilainya sendiri."Anggara menatap ke dalam mata Naira yang memiliki keteguhan. "Aku tidak mau kamu terluka lebih banyak lagi, Nai.""Aku sudah terluka, Mas. Banyak atau sedikit, aku tetap terluka."Naira kembali menatap serius Sherly. Tangannya terulur dan meminta bukti foto itu."Biar aku melihat foto itu juga."Sherly tersenyum senang. Dengan gerakan gemulai, Sherly menyerahkan ponselnya."Ak

  • PIL KB MILIK IBU MERTUA    Menghadapi Pelakor dengan Elegan

    Naira melotot tak terima. Bagaimana bisa ada perempuan tak tahu malu seperti itu. Tanpa ragu, wanita bergerak maju mendekati Sherly dan menjambak rambutnya hingga kepalanya tertarik ke belakang. "Au! Jalang! Lepaskan! Aku bisa melaporkanmu ke polisi!" ancam Sherly sambil berteriak kesakitan."Kamu pikir aku takut, hah?!" Naira melotot di depan wajah Sherly. Dulu mungkin dia tak bisa melawan fisik Rindi yang merebut Huda, tapi tidak sekarang. Anggara di sini untuknya, dia bukan tukang selingkuh seperti suami pertamanya.Anggara panik, ia tak mau kejadian ini heboh dan menarik perhatian yang lain. Rasanya kesabaran Anggara sudah sampai di batasnya. Ia tak mau diam saja. Naira bisa merasakan bagaimana tangan suaminya yang merangkul pinggangnya terasa mengetat, yang artinya Anggara sedang berada pada kemarahannya yang masih ditahan.Naira tentunya tidak ingin martabat suaminya buruk di mata banyak karyawannya. Itu tidak baik karena juga bisa mempengaruhi nama baik perusahaan. Naira harus

  • PIL KB MILIK IBU MERTUA    Bukan lagi Pengecut

    Di luar ruang kerja Anggara, Naira dan seorang sekretaris, duduk gelisah di tempatnya masing-masing. Si sekretaris, beberapa kali mencuri pandang ke arah Naira dan juga ke pintu ruang kerja bosnya. Ingin sekali dirinya mendekati Naira, lalu mencoba menenangkan.Namun, ia sadar kalau itu pasti tidak akan bisa mengubah perasaan kalut seorang istri yang mengetahui suaminya berdua-duaan dengan wanita lain.Naira sendiri, sebenarnya tidak keberatan dengan kesendiriannya di sofa. Itu membuatnya leluasa berpikir antara tetap di kantor atau pulang, dan antara masuk menerobos ke ruang kerja Anggara atau sabar menunggu sampai tamu wanita bernama Sherly itu keluar.Sebenarnya Naira sangat ingin masuk, dan melabrak wanita itu serta Anggara bersamaan. Rasa kesal, marah, akibat merasa pernikahan ini tidak adil, adalah yang membuat Naira ingin meluapkan pada keduanya sekaligus. Seandai kata Anggara jujur sejak awal, sebelum menikah, atau Sherly datang menemuinya sebelum menikah, pastinya hidup Naira

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status