“Kanda tidak jadi pergi ke Nusantara? Cakrabuana sudah menunggu Kanda di Aula Kerajaan!” tanya Rinjani yang heran dengan Candaka yang masih santai dan termenung di atas tempat tidur.
“Aku tidak jadi berangkat ke Nusantara, Adinda Rin!” sahut Candaka.Tentu saja Rinjani terkejut dengan keputusan Candaka yang tiba-tiba ini.“Kenapa tidak jadi pergi ke Nusantara, Kanda? Bukannya sebelumnya Kanda yang menggebu-gebu ingin membantu Raja Nusantara melawan invasi dari Kaisar Xian Ming?” tanya Rinjani.“Ada hal penting yang harus aku lakukan terlebih dahulu! Xian Ling juga bilang kalau Raja Nusantara bukanlah raja yang bijaksana, yang memperhatikan rakyatnya ... jadi biarkan saja Xian Ming menguasai Nusantara terlebih dahulu! Aku lebih mementingkan Kerajaan Kamandaria terlebih dahulu!” tegas Candaka.Rinjani merasakan kalau bukan itu alasan utama Candaka untuk menunda keberangkatannya ke Nusantara. Ada sesuatu yang lebih penting yang sepertinya ingin dilakukan Candaka.“Apa yang menganggu pikiranmu, Kanda? Aku bisa bantu mengatasinya!” ucap Rinjani sambil duduk di samping Candaka.“Kamu tahu kan kalau aku mempelajari seluruh ilmu bela diri dari Kitab Sembilan Naga Sakti yang aku temukan berdasarkan pertunjuk dari mimpi?” tanya Candaka.“Aku tahu! Kanda baru menemukan empat kitab saja dari keseluruhan sembilan Kitab Naga Sakti yang ada!” sahut Riujani.“Aku mengalami mimpi mengenai Kitab Naga kelima kemarin malam, Adinda Rin! Kitab Naga Ungu Menembus Langi serta Pedang Naga Ungu Penembus Langit yang akan aku peroleh apabila berhasil menemukan keberadaan Naga Ungu!” jelas Candaka.“Kanda bertemu denagn Naga Ungu di dalam mimpi?” tanya Rinjani.“Aku hanya mendengar suaranya saja di tengah kabut dingin yang menusuk tulang!” sahut Candaka.“Apa Kanda tahu lokasi tempat Naga Ungu ini berada?” tanya Rinjani.“Naga Ungu hanya menyuruhku ke sisi utara Benua Kamandaria ini! Setahuku sisi utara adalah Desa Kabut Hitam dan Gunung Tiga Jari, tapi hawa yang dingin sekali ini sepertinya merupakan lembah rahasia yang terletak di balik Gunung Tiga Jari!” ujar Candaka.“Lembah Terlarang, maksud Kanda?” tanya Rinjani memastikan.“Lembah Terlarang terkenal dengan kabutnya yang dingin, tapi juga banyak makhluk mitos yang tinggal di sana! Ada sejarahnya kenapa lembah ini dinamakan Lembah Terlarang, karena sangat berbahaya utuk dimasuki siapa pun!” ujar Candaka.“Tidak banyak yang tahu mengenai Lembah Terlarang ini, bahkan penduduk Desa Kabut Hitam juga tidak pernah menyebutnya atau mengetahuinya! Apa Kanda ragu untuk ke sana? Setahuku, Pendekar Naga Biru tidak takut terhadap apa pun!” seru Rinjani.“Aku tidak ragu, Adinda! Hanya saja aku sangat mencemaskan Mahesa dan kondisi Zhian yang masih belum pulih sepenuhnya! Aku khawatir kalau aku tidak bisa konsentrasi yang akan membuatku celaka di Lembah Terlarang!” kata Candaka memberikan alasan.“Bagaimana kalau aku menemani Kanda mencari Kitab Naga Ungu ini? Aku juga bosan berada di istana kerajaan terus! Untuk Kak Zhian, aku bisa minta tolong Alisha untuk menjaganya. Bagaimana pendapat, Kanda?” tanya Rinjani.“Kamu mau menemaniku?” tanya Candaka lagi.“Seperti dulu aku menemani Kanda kemana pun dan menghadapi bahaya apapun untuk melindungi Kanda!” sahut Rinjani.“Kalau Adinda yang menemani, aku yakin kalau aku akan terus konsentrasi mencari Kitab Naga Ungu ini! Aku akan minta Mala menginap di istana kerajaan untuk membantu Alisha menjaga Zhian!” kata Candaka menyebut adik angkat perempuannya, yang dahulu mencintainya.“Kalau begitu ... tunggu apa lagi! Ayo kita berangkat, Kanda!” ajak Rinjani sambil tersenyum bahagia."Tunggu dahulu! Aku belum memberitahukan Paman Cakra kalau kami tidak jadi berangkat ke Nusantara! Lebih baik meningkatkan pertahanan untuk menghadapi serangan yang lebih besar yang mungkin terjadi nantinya!" seru Candaka.*****Cakrabuana tampak sedang menunggu perintah Candaka untuk berangkat ke Nusantara.Begitu Candaka muncul, Pendekar pukulan petir ini langsung menghaturkan hormat."Panjang umur Paduka Raja!" sapanya."Hahaha! Tidak perlu sungkan, paman Cakra! Kamu dulu juga menyambutku dengan ramah, jadi tidak perlu terlalu formal!' ujar Candaka."Paduka Raja! kami menunggu perintah Paduka untuk berangkat ke Nusantara! Armada Laut kita sudah siap untuk bertempur dengan Kaisar Xian Ming!" "Aku tiudak jadi berangkat ke Nusantara, paman! Ada yang harus kulakukan yang menyangkut hidup Mahesa!" ujar Candaka."Kalau begitu biar aku yang pimpin armada laut kita untuk membebaskan Nusantara dari cengkraman kekuasaan Kaisar Benua Timur, Paduka Raja!" seru Cakrabuana."Belum saatnya kita melawan Kaisar Xian Ming! Dia sengaja memancing armada laut kita ke Nusantara agar dia lebih mudah menyerang Kamandaria saat pasukan utama kita berada di Nusantara!" ujar Candaka."Paduka Raja tahu dari mana kalau serangan Kaisar Xian Ming hanya pancingan untuk kekuatan armada laut Kamandaria berangkat ke Nusantara?" tanya Cakrabuana."Aku pernah melawan armada laut Benua Timur bersama Gandar! Saat itu armada laut mereka sangat kuat dan banyak jumlahnya, padahal bukan armada laut utama mereka! Sekarang, aku mendengar kalau Kaisar Xian Ming hanya mengerahkan sedikit armada laut mereka saja untuk menaklukan Nusantara!" jelas Candaka."Jadi, serangan ke Nusantara ini hanya pancingan belaka agar armada laut kita meninggalkan Kamndaria?" tanya Cakrabuana."Tepat sekali! Beruntung aku tersadar setelah ada urusan penting lainnya yang harus kuselesaikan di Kamnadaria ini! Urusan yang seharusnya sudah selesai sebelum aku menjadi Raja di Kamandaria!" ujar Candaka."Apa aku boleh menemani Paduka Raja untuk menyelesaikan urusan Paduk ayang belum selesai ini?" tawar Cakrabuana."Tidak perlu, paman Cakra! Rinjani sudah bersedia menemaniku untuk perjalananku ke tempat yang seharusnya sudah kudatangi sejak dahulu ini! Aku minta paman Cakra bersama Terakota menggantikanku untuk sementara memimpin Kamandaria ini! Tingkatkan penjagaan terhadap Permaisuri Zhian dan Putra Mahkota Mahesa! Aku khawatir akan datangnya Iblis Naga Biru membalas dendam saat aku tidak berada di istana!" seru Candaka memberikan perintah."Kami tidak pernah menemukan Iblis Naga Biru ini, Paduka! Tidak mungkin dia berada di Kamandaria ... karena kami pasti menemukan dirinya!" sahut Cakrabuana."Tidak ada salahnya berhati-hati, paman! Aku pergi agak lama, jadi aku harap paman menjaga Zhian dan Mahesa dengan baik, juga Alisha! Jangan sampai keselamatan mereka terancam karena masa laluku!" tegas Candaka."Aku akan menambah penjagaan untuk Permaisuri dan putra Mahkota, Paduka! Ada lagi yang harus kulakukan?" tanya Cakrabuana."Tingkatkan lagi pencarian terhadap Iblis Naga Biru! Apabila perlu, cari sampai keluar dari Benua Kamandaria! Cari informasi juga mengenai Infinity Dragon apabila paman pernah mendengarnya!" ujar Candaka."Siapa sebenarnya Infinity Dragon ini, Paduka?" tanya Cakrabuana."Sosok yang juga berbahaya bagi Putra Mahkota Mahesa! Tingkatkan saja penjagaan di istana dan juga pencarian terhadap Iblis Naga Biru dan Naga Tanpa Batas ini!" perintah Candaka."Siap ... Paduka Raja!" sahut Cakrabuana sambil menghaturkan hormat sebelum pergi meninggalkan Aula Kerajaan.Pertempuran di Kota Naga Biru Laut yang tadinya dikhawatirkan akan berlangsung sengit, ternyata selesai dengan lebih cepat.Gandar akhirnya memutuskan untuk menyerang armada kapal Benua Timur untuk memberi efek jera kepada Kaisar Xian Ming agar tidak lagi berambisi untuk menguasai Benua Kamandaria dan juga terutama Kerajaan Malaka.Seluruh kapal tempur Kerajaan Malaka menyerang habis-habisan kapal-kapal Benua Timur. Bunyi dentuman dan ledakan serta terlihat kobaran api di mana-mana menunjukkan betapa dasyat dan kejamnya sebuah pertempuran yang harus mengorbankan banyak nyawa.Sementara itu pertarungan antara Rinjani dan Jayanti juga selesai dengan perginya Iblis Naga Biru meninggalkan pertarungan mereka begitu melihat kehancuran kapal-kapal tempur Benua Timur."Selamat tinggal, Rinjani! Semoga kamu bisa membahagiakan Kanda Candaka! Aku akan pergi dari Kamandaria untuk selama-lamanya!" ucap Jayanti sambil lenyap begitu saja dari hadapan Rinjani.Rinjani juga tidak memiliki niat lagi be
Naga Emas Gandar meluncur di dalam air dengan kecepatan tinggi menerjang Naga Long Wan yang sedang mengejar Naga Air Rinjani hingga terpental beberapa meter.Naga Long Wan yang merasa terganggu oleh Gandar langsung berbali dan mulai menerjang balik Naga Emas Gandar yang telah menerjangnya tadi.Tubuh Naga Emas Gandar terdorong oleh terjangan Naga Long Wan ini tapi Naga Emas tidak menyerah begitu saja.Dia berbalik dengan cepat menerjang tubuh Naga Long Wan yang besar sampai terjatuh ke dasar samudra.Naga Long Wan yang terjatuh langsung bangkit kembali dan menerjang dengan cepat ke arah Naga Emas Gandar tanpa bisa dihindarinya. Tubuhnya langsung terpental lagi dengan sedikit luka akibat kuku tajam dari Naga Long Wan.Pertarungan antara Naga Long Wan melawan Naga Emas Gandar masih berlangsung sengit. Belum tampak siapa yang akan menjadi pemenangnya.Naga Long Wan yang bertubuh besar dengan ekor panjangnya yang tajam bergerak berusaha menusuk tubuh Naga Emas Gandar. Tapi kulit dan sisi
"Ternyata Iblis Naga Biru tidak memiliki pengikut ... hanya sendiri saja membawa prajurit emas yang sudah pernah kami kalahkan!' ejek Rinjani. Kesempatan bagi Rinjani menumpahkan segala kekesalannya. Tadinya dia mendukung Candaka untuk mencari Jayanti dan mengangkatnya menjadi Ratu keempat Kamandaria, tapi begitu melihat sikap Jayanti, tidak ada lagi rasasungkan di hati Rinjani."Tidak perlu pengikut kalau hanya ingin mengalahkanmu! Aku ingin tahu, seberapa hebat Dewi Racun yang berhasil memikat Pendekar Naga Biru!" balas Jayanti.Naga Merah Swantara berukuran lebih besar daripada Iblis Naga Biru, tapi untuk kecepatan masih unggul Iblis Naga Biru."Sudah cukup kekacauan yang kamu timbulkan, Iblis Naga Biru! Bekerja sama dengan bangsa asing untuk menjajah negeri sendiri sangat tidak bisa diampuni!" ujar Rinjani."Masih mending aku daripada dirimu, perebut kekasih orang!" tuduh Jayanti yang langsung menekan Rinjani dengan aura kegelapan miliknya."Cuih! Siapa yang merebut kekasihmu? Kau
TRAAANG!Saat Kanaya yang tidak berdaya pasrah dengan nasibnya, mendadak puluhan anak panah yang turun dari atas langit terpental jauh dan tidak mengenai tubuh Kanaya.Bahkan Kubilai juga terpaksa melepaskan golok emas kembarnya saat dirinya diserang oleh beberapa sosok yang bergerak sangat cepat. AAARRRGGGH!Teriakan Kubilai yang terluka sungguh mengejutkan Kanaya. Bukan hanya dirinya yang lepas dari ancaman maut anak panah tapi Kubilai juga terpaksa melepaskan jepitan golok emas kembar pada Pedang Petir-nya karena tubuhnya terluka oleh sabetan prdang."Siapa yang membantuku? Gerakannya cepat sekali!" batin Kanaya yang merasa bersyukur masih bisa selamat saat nyawanya sudah di ujung tanduk.Saat ketiga bayangan ini menampakkan wujud aslinya barulah Kanaya mengenali beberapa di anataranya. "Isyana? Gayatri?" ujarnya pada kedua gadis yang masing-masing memegang pedang dan tongkat. Kanaya tidak mengenali pria yang bersama mereka. "Aku, Brahmana ... aku datang atas undangan Ratu Rinjan
Kaisar Xian Ming berdiri gagah dengan pakaian bertarungnya setelah melepaskan jubah emas kekaisarannya. "Kamu terlalu lemah, Candaka! Untuk menjadi pemimpin sejati, kita harus mengorbankan semua yang kita kasihi dan sayangi! Tidak boleh ada kelemahan sedikit-pun yang bisa dimanfaatkan oleh lawan kita!" seru Kaisar Xian Ming.Raja Candaka tidak kalah gagahnya berdiri di hadapan Kaisar Xian Ming. "Kamu yang salah, Xian Ming! Pemimpin sejati tidak akan mengorbankan sanak saudara dan sahabatnya. Pemimpin sejati selalu mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingannya sendiri! Kamu menghancurkan satu benua hanya untuk mempermudahmu melintas? Sungguh kaisar yang tidak layak menduduki tahta kerajaan!"Sindiran Candaka membuat marah Kaisar Xian Ming. "Tahu apa kau tentang menjadi pemimpin? Kamu sudah ditakdirkan menjadi Raja bahkan sejak kau terlahir sebagai anak naga! Seharusnya hanya Kaisar yang bisa dianggap sebagai anak naga, penerus tahta kerajaan! Aku berjuang agar mampu menjad
GWAAARRR ...!!! Belasan Naga Wrath terbang di atas kerumunan kapal tempur Benua Timur dan membakar habis beberapa kapal dengan prajurit di dalamnya yang berlarian dengan kondisi tubuh terbakar melompat ke dalam lautan. Terlihat Naga Biru yang terbang meliuk-liuk dengan indahnya turut menyemburkan api ke kapal tempur Benua Timur. Namun, berbeda dengan Naga Wrath yang menyembur tanpa belas kasihan, untuk Naga Biru ini melakukannya dengan raungan terlebih dahulu untuk memberi kesempatan prajurit Benua Timur melompat ke laut barulah dia menyemburkan api membakar kapal tempur mereka. Teriakan menyayat hati terdengar dari ratusan prajurit yang terbakar hidup-hidup oleh semburan api naga Wrath. Suasana di perairan Kota Naga Emas sudah mirip kobaran api dengan banyak kapal yang terbakar. Sepertinya kemenangan akan diraih dengan mudah, tapi Zhu Fei terlalu menganggap remeh Panglima Xian Shung. KWAAAK! Tiba-tiba terdengar teriakan dari beberapa Naga Wrath yang terjatuh ke dasar lautan. Nag